[7] The Kiss

17.1K 1K 10
                                    

"Aku ingin kau berkata bahwa kita sudah berpacaran selama 2 tahun, tetapi aku tak pernah mengumbar pada siapapun."

"Okay." Danzell menolehkan kepalanya dan menemukan bahwa Anna sedikit gugup. Wanita itu sedari tadi menggigiti bibir bawahnya.

"Tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja. Keluargaku ramah."

"Yeah. Hanya sedikit nervous karena tak pernah pergi ke acara seheboh ini seorang diri."

"Hey. Kau tidak sendiri. Remember. I'm your boyfriend." Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Danzell membuat Anna tersipu malu.

Perjalanan selama beberapa menit kemudian hanya ditemani musik dari radio. Tidak ada satupun dari mereka yang tertarik untuk mulai membuka pembicaraan.

***

Sampai di depan pintu, Danzell menyodorkan tangannya agar Anna menggandengnya. Please, mereka adalah sepasang kekasih. Tentu saja mereka harus terlihat seperti sepasang kekasih, bukan musuh.

Setelah pintu dibukakan oleh pegawai yang ada di depan pintu, Anna bisa melihat bagian dalam bangunan megah itu sangat indah. Pencahayaan berwarna kuning, lantai yang ditutupi dengan karpet merah, pakaian-pakaian yang dikenakan oleh orang di dalam sana pun tampak berkelas.

Anna benar-benar terkagum. Walaupun dirinya termasuk orang berada, tetapi dia tak pernah sekalipun mengindahkan ajakan pamannya untuk datang ke acara-acara formal seperti ini.

Mungkin dirinya memang merasa lebih nyaman berada di dalam kamar seorang diri.

"Come on. Kita harus menyapa orang tuaku terlebih dahulu." Anna bisa merasakan Danzell yang membisikkan kalimat itu di telinganya. Anna juga bisa merasakan hembusan napas pria itu pada saat membisikkan kalimat padanya, membuat Anna merinding.

Yeah. Inilah efeknya jika tak pernah berdekatan dengan seorang pria sebelumnya.

Danzell dan Anna berjalan beriringan sambil bergandengan menuju ke tempat dimana orang tua Danzell berada.

Anna bisa melihat dari kejauhan sosok pria paruh baya yang mengenakan kemeja dibalut jas abu-abu, yang wajahnya mirip Danzell, tetapi dengan versi lebih tua. Disana juga ada wanita berambut pirang dengan senyum yang manis, yang diyakini Anna adalah ibu dari pria di sampingnya ini.

"Mom. Dad." Danzell melepaskan genggaman tangan mereka, lalu berjalan menuju ke kedua orang tuanya dan memeluknya singkat.

"Oh, my baby, Danzell. Kau sangat tampan hari ini. Kenapa kau sekarang jarang mengunjungi Mommy?"

"Demi menuruti permintaan kalian untuk segera mencari wanita. Perkenalkan, Mom, Dad. Ini kekasihku, Anna Spencer." Anna memasang senyum terbaik di wajahnya, berusaha sebisa mungkin melancarkan segala aktingnya.

"Oh My God. Look at you. You're so beautiful. Saya Belinda, ibu Danzell. Dan ini Alex, ayah Danzell."

"It's nice to meet you, Mr. and Mrs. Linwood."

"No. Panggil aku Belinda, darling. Panggil suamiku Alex, tidak perlu formal seperti itu."

"Okay, Belinda." Anna tersenyum.

"Danzell. Kenapa tidak pernah memperkenalkan Anna pada Mom? Lihatlah, dia wanita yang cantik dan baik. Mom menyukainya." Danzell hanya tertawa kecil.

"Sejak kapan kalian berpacaran?" Belinda penasaran.

"Dua tahun yang lalu, Belinda."

"Oh My God. 2 tahun? Danzell! Kau benar-benar jahat." Belinda memukul lengan anaknya, yang disambut pelukan singkat oleh Danzell. Oh, betapa Danzell mencintai ibunya itu.

"Dimana kalian bertemu?"

"Mmm... Pada saat itu, aku sedang duduk di taman dan mencari inspirasi. Tiba-tiba saja, Danzell datang menghampiriku dan duduk di sebelahku. Awalnya aku tidak menganggapnya, tetapi siapa yang tidak kenal Danzell. Dia ingin diperhatikan. Pada akhirnya pun, aku jatuh karena pesonanya."

"Oh My God. Itu sangat romantis." Belinda terpesona dengan cerita yang dikarang oleh Anna.

Untuk menunjukkan bahwa mereka memang benar berpacaran, Danzell meraih tangan Anna dan mengecupnya singkat.

"Oh, God. Kau benar-benar jatuh cinta padanya, Danzell?" Sekarang ibunya seperti seorang fans yang sangat mengidolakan dirinya dan Anna.

"Of course, Mom. I love her so much." Secara tiba-tiba, Danzell berjalan mendekati Anna dan mencium bibir wanita itu. Mata Anna membulat, terkejut akan apa yang dilakukan oleh Danzell.

Untungnya, suara dari atas panggung menyela kecanggungan yang terjadi di antara mereka. Sebentar lagi acara akan dimulai, yang langsung disambut dengan semangat oleh Belinda.

Danzell pun lebih memilih untuk mengajak Anna menepi karena terlalu berisik di tempat dimana orang tuanya berada.

Setelah mereka tinggal berdua, Anna langsung melepas genggaman tangan Danzell.

"What the hell, idiot?! Kenapa kau menciumku?! Jijik, asal kau tahu saja." Danzell menaikkan satu alisnya, merasa tertantang dengan ucapan yang keluar dari mulut Anna.

"Jijik? Kau jijik padaku? Tadi aku melihat pipimu merona saat aku berkata bahwa aku mencintaimu."

Anna mendesis dan menatap ke arah lain.

"Shut up." Anna melipat kedua tangannya di depan dahi sambil mengerucutkan bibirnya.

"Okay, Anna. As you wish."

Next update: Minggu

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Where stories live. Discover now