[25] Daddy

14K 813 10
                                    

"Danny... Please, bangunlah. I miss you so much." Anna kembali meneteskan air matanya. Sudah 3 hari pria itu tak sadarkan diri.

Anna dan yang lainnya selalu memberikan support, mengajak Danzell berbicara agar pria itu cepat sadar.

"Danny... Ingin kuceritakan sesuatu?" Anna tertawa kecil, tetapi dia tak bisa menahan tangisannya yang jatuh kembali, membasahi tangan Danzell.

"Dulu... Saat pertemuan pertama kita, aku begitu membencimu, bukan? Tapi kau tahu... Suatu saat aku dan Pam pergi ke club untuk bersenang-senang. Dan saat aku mabuk, aku merasa pusing dan tertidur. Aku bermimpi tentang seseorang. Kau tahu itu siapa? It's you, Danny. Disana aku dan kau berciuman... Entahlah, lebih ekstrem dari yang pernah kita lakukan, Danny. Aku..."

Anna bisa merasakan tangan Danzell bergerak. Anna langsung menghentikan pembicaraan panjang lebarnya.

"Danny..." Perlahan-lahan Danzell membuka matanya, yang langsung membuat tangisan Anna pecah.

"You idiot! Kenapa baru bangun sekarang?!" Anna menangis, lalu langsung memeluk Danzell.

Danzell sangat bahagia melihat Anna disini. Dia tahu ini bukanlah mimpi lagi. Setelah di dalam mimpi Anna memintanya untuk kembali, semua menjadi gelap dan dia tersadar.

Danzell merasa senang karena Anna baik-baik saja.

"Tunggu disini. Kupanggil dokter."

"Anna." Danzell menahan tangan Anna, mencegahnya untuk pergi.

"Kau harus menceritakanku secara detail... Mengenai mimpimu itu. Aku ingin tahu." Danzell tertawa kecil, sedangkan Anna menepuk dahinya, sangat malu. Kenapa juga dia menceritakan itu pada Danzell? Dan kenapa pria itu harus sadar saat dirinya menceritakan hal itu?

Anna melepas genggaman tangan Danzell, lalu berjalan keluar memanggil dokter yang merawat Danzell.

Sang dokter pun mengecek segalanya dan mengatakan padanya bahwa Danzell bisa pulang dalam beberapa hari lagi.

Anna segera mengabari kedua orang tua Danzell yang langsung disambut dengan gembira, terutama oleh Belinda.

Anna juga baru saja mendapat pesan dari Glenn yang mengatakan bahwa mereka akan mengunjungi Danzell di rumah sakit.

Oh, God. Semoga saja pamannya tak mencari masalah.

Kini Anna sudah kembali duduk di kursi samping ranjang Danzell. Anna terus menunduk, tak berani menatap pria itu.

"Jadi... Kita bercumbu di mimpimu? Atau lebih dari itu, Anna?"

"Ah. Lupakan, okay?! Aku malu." Anna kembali menepuk dahinya.

"Hey. Untuk apa malu, Anna? Lagipula, hal itu akan segera terjadi." Danzell menggoda Anna, membuat wanita itu semakin malu.

Percakapan mereka terhenti karena orang tua Danzell masuk ke ruangan itu dan Belinda langsung memeluk anaknya. Sedangkan Alex menepuk bahu anaknya sambil tersenyum.

"Oh, Anna. Terima kasih sudah menjaga anakku. Lihatlah, Danzell. Anna begitu menyayangimu, dan sampai-sampai kau sadar saat ditemani olehnya. Kalian benar-benar harus cepat menikah.

"Oh, Mom. Not again." Danzell berusaha menghindarkan Anna dari topik percakapan tentang 'pernikahan', karena ada kemungkinan wanita itu marah padanya karena hal itu saat itu.

Mereka berempat bisa mendengar kegaduhan diluar sana. Anna mengerutkan dahinya. Entah kenapa, dia merasa bahwa suara diluar sana adalah suara pamannya.

Anna berpamit pada Danzell dan orang tua Danzell untuk mengecek keadaan di luar sana.

Anna membuka pintu dan melihat keluarganya berada di luar sana. Dan saat ini pamannya berada di atas dokter yang merawat Danzell, hampir saja memukulnya lagi.

"Uncle! Apa yang Uncle lakukan?" Dokter itu kembali menatap Anna. Bukan. Bukan menatap. Bisa dibilang... Memperhatikan.

Christian berdiri, lalu membetulkan jas yang dikenakannya. Dokter yang merawat Danzell pun juga berdiri, menyeka sedikit darah yang ada di sudut bibirnya.

"Hey, Miss. Spencer." Dokter itu mengulurkan tangan di depannya, mengajaknya untuk berjabat tangan.

"Dokter Fred? Apa yang sebenarnya terjadi?" Anna mengulurkan tangannya, balas menyalami dokter itu.

"Perkenalkan. Aku ayah kandungmu."

Next update: Senin

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Where stories live. Discover now