[16] Who Are You?

13.4K 813 5
                                    

"Danny, lebih baik kau menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!"

Belum sempat menjawab perkataan Anna, suara tembakan di pintu mengalihkan perhatian mereka.

Danzell langsung menarik tangan Anna dan mengajaknya untuk bersembunyi di balik meja. Danzell bisa melihat mata Anna yang dipenuhi oleh... Rasa takut?

Oh, God. Sudah berapa kali dia menempatkan Anna di posisi seperti ini?

Pintu didobrak dari luar, dan suara langkah kaki membuat Anna semakin ketakutan.

Danzell meraih pistol yang ada dalam balik jasnya, dan sekarang menggenggamnya di tangan kanannya.

Danzell berusaha mendengarkan dengan seksama suara langkah kaki. Dia mengira-ngira ada berapa orang yang masuk ke ruangannya.

Setelah meyakinkan bahwa hanya ada 2 orang, Danzell berdiri, lalu menembak 2 orang itu dengan cepat.

Danzell kembali menunduk dan mengulurkan tangannya ke Anna.

"Come on, Anna. Kita harus keluar dari sini sekarang ju..."

"Who are you, Danzell?" Anna menatap Danzell dengan penuh ketakutan.

Saat itu juga, Danzell merasa hatinya seperti teriris. Wanita di depannya ini tak percaya padanya. Anna takut padanya.

"Dan! Tim kita sudah datang, kita harus segera mengejar mereka sebelum Paul pergi lagi." Danzell hanya menganggukkan kepalanya, lalu kembali menoleh ke arah Anna.

"Anna, please."

"Kau siapa?! Kau siapa, Danzell? Baru saja kau membunuh orang!" Saat ini mata Anna sudah dipenuhi air mata.

Dia benar-benar takut saat ini. Dia tak pernah tahu sosok Danzell yang seperti ini.

Danzell mengeluarkan smartphonenya, lalu menelepon orang yang tak pernah dia rencanakan akan dia telepon, tapi sekarang dia melakukannya.

"Good morning, Mr. Spencer. I'm Danzell Linwood. Bisakah Anda membawa beberapa bodyguard Anda untuk menjemput Anna di perusahaan Saya?"

"Saya akan menjelaskannya pada Anda nanti, Sir. Yeah. Thank you so much." Danzell memasukkan smartphonenya ke dalam saku celana, lalu kembali menatap Anna.

"Kau bodoh, Danzell." Mata Anna dipenuhi oleh rasa dikhianati saat ini.

"Kau tahu kau tak akan bisa menemuiku lagi setelah ini. Kau menelepon pamanku?!" Emosi Anna meledak.

"Lalu apa yang harus kulakukan, Anna? Kau tidak mempercayaiku." Pandangan mata Danzell kosong.

Beberapa menit kemudian, bodyguard Christian datang dan Danzell langsung menyuruh mereka untuk membawa Anna pergi.

Anna merasa bimbang. Di satu sisi, dia ingin berada di samping Danzell dan mempercayainya. Tetapi di satu sisi, dia takut setelah mengetahui Danzell yang sesungguhnya.

Anna berteriak, berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman kuat bodyguard pamannya.

"Danzell. Kenapa kau melakukan ini?" Anna melihat Danzell dengan kecewa.

"Aku hanya ingin kau aman, Anna. Aku berjanji akan menemuimu lagi." Danzell menatap Anna dengan sungguh-sungguh, dan memang dia mengatakan hal yang sesungguhnya. Dia akan kembali menemui Anna.

***

"Beri tahu kami dimana bosmu!" Danzell mulai berteriak emosi. Dia menarik kerah anak buah Paul, musuhnya.

"Bicara!" Danzell menonjok orang itu.

Dirinya dipenuhi oleh emosi saat ini. Tidak menemukan posisi Paul, sekaligus harus membuat Anna merasa kecewa terhadapnya, adalah penyebab rasa marahnya saat ini.

Anak buah Paul terbatuk-batuk, lalu keluar darah dari mulutnya.

"Tell me, you idiot!"

"Aku tidak akan berkhianat, Mr. Linwood." Orang itu tertawa, membuat Danzell melempar orang itu hingga dia terjatuh.

"Kill him, Ben."

***

"Anna! Lebih baik kau jelaskan bagaimana bisa kau bersama dengannya!" Christian akhir-akhir ini terus menerus dibuat emosi oleh keponakannya itu.

"Chris. You need to calm down, okay? Aku tahu Danzell..."

"Tunggu sebentar... Kau mengetahuinya, Becca? Kau tahu bahwa Anna keluar bersama dengan pria brengsek itu?!" Christian merasa dikhianati saat ini.

Anna yang saat ini benar-benar sedih hanya menghela napasnya, dan membalikkan tubuhnya. Tidak mau menatap pamannya, yang justru memperburuk keadaannya.

Anna sedari tadi hanya tiduran di ranjang dan membuat bantalnya jadi semakin basah.

Rebecca menarik suaminya keluar dan menasehatinya.

"Chris. Kau harus mengontrol emosimu, okay? Saat ini keadaan Anna kacau. Kau tak bisa memarahinya seperti itu."

"Becca! Kau tahu sendiri bahwa pria brengsek itu berulang kali membahayakan Anna! Dan aku tak akan mengijinkan mereka berdua bersama!"

"Tapi bagaimana jika Anna mencintainya?!" Rebecca meninggikan nada suaranya.

"Apa kau akan membiarkan Anna menderita karena patah hati? Aku bisa melihatnya, Chris. Mereka... Jatuh cinta." Rebecca menatap suaminya.

"Dengarkan aku, Rebecca. Aku tak ingin kejadian Emily terulang pada Anna. Aku tahu yang terbaik untuk Emily, dan aku juga tahu yang terbaik untuk Anna, karena dia keluargaku!" Christian melepas genggaman tangan Rebecca di lengannya, dan berjalan menjauhi istrinya.

Next update: Sabtu

[2] Tamed By Miss. Spencer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang