Chapter 4

21.9K 1.4K 32
                                    

Para healer pun segera berdatangan dan mengobati Cyln dan Andrey yang saat ini sedang pingsan.

*Disisi lain

"Karena pertandingan tadi, kami sudah berunding dan menyutujui bahwa pertandingan ini dimenangkan oleh Cylnsia Melindy Asreil di detik detik terakhirnya sebelum dia pingsan. Untuk buktinya, kami akan menayangkan sebuah video detik detik Cylnsia Melindy Asreil memenangkan peetandingannya!" Seru MC itu dan disamping MC tersebut terlihat sebuah hologram besar yang menayangkan detik detik saat Cyln menyerang.

Ya, mereka yang ada di sana melihat dengan seksama saat Cyln mengeluarkan sebuah pisau es yang ia lemparkan saat saat ia terpental.

Seluruh murid pun bertepuk tangan karena merasa bahwa Cyln sangatlah hebat walaupun ia memang hebat, tetapi ia bisa mengeluarkan sihirnya padahal ia sedang dalam situasi yang bisa dibilang kritis.

Lisa dan Mery tidak bisa apa apa karena sebentar lagi mereka akan bertanding.

Lisa's POV

"Kurang ajar!' Batinku merasa kesal karena tidak bisa menjenguk Cyln.

Flashback

Aku dan Mery segera ketempat dimana Cyln terluka, para healer pun sudah disana dan membawa Cyln dan Andrey ke Unit Kesehatan tetapi aku dan Mery tidak diperbolehkan mengikuti para healer yang mengobati Cyln dengan alasan sebentar lagi kami akan bertanding. 'SUNGGUH MENYEBALKAN' Batinku emosi.

Flashback off

"Karena area pertandingan sedang dalam keadaan hancur parah, kami meminta waktu selama 10 menit untuk pertandingan di jeda agar area pertandingan dapat di servis. Terima kasih atas pengertiannya." Kata MC itu yang entah kenapa sambil melirik aku dan Mery.

"Cih... Apa apaan ini!" Kesal Mery karena sudah diberi waktu jeda 10 menit tetapi para healer tetap tidak memperbolehkan kami masuk ke ruangan.

"Sahabat kita sedang terluka dan kita ingin menjenguknya dan menemaninya melewati kondisi kritis, tetapi apa?!?! Bahkan diperbolehkan masuk saja tidak! Sungguh tidak tau diri para healer itu!" Ketus Mery sambil mengejek para healer.

"Tenanglah Mery. Aku juga emosi, tapi lebih baik kita menahan emosi kita karena.. kamu tau sendiri kan" Ucapku untuk meredakan emosi Mery yang hampir memuncak.

"Hah... Sungguh menyebalkan..hiks.." Dengus Mery sambil menitikkan air mata yang membuat pipi Mery basah.

"Sabarlah.. Kita harus cepat cepat menyelesaikan pertandingan ini agar bisa melihat Cyln!" Semangatku untuk meredakan isakan Mery.

"Hiks.. Ta-tapi..Hiks... A-aku..Hiks.. Mau..Hiks... Me.. Hiks.. Lihatnya.. Hiks... Se..hiks.. Karang... hiks..hiks...hiks" Isak Mery pun menjadi jadi dan basah sudah pipi Mery karena air matanya sudah turun dengan deras dari matanya itu.

Aku tidak bisa menjawab apa apa... Aku hanya bisa berdiam melihat sahabat sahabatku seperti ini. Cyln yang sedang dirawat karena luka parah dan pingsan, tetapi aku tidak bisa menemuinya.
Meey yang sedang menangispun tidak bisa kuredakan tangisannya...' Aku sungguh sahabat yang BURUK!' Batinku menyalahkan diriku sendiri.

Akupun melihat jam tanganku dan terlihat bahwa 5 menit lagi pertandingan dimulai kembali.

"Mery, berhentilah menangis.. Aku juga sangat sedih atas perihal Cyln yang terjadi. Tetapi kita tidak boleh memperlihatkan ini kepada orang orang dan lagi sebentar lagi kamu bertanding. Kumohon.. Tolong radakan emosi dan tangisanmu" Lirihku kepada Mery sambil menepuk pundak Mery yang masih mengeluarkan tangisannya.

'Maafkan aku karena sungguh jahat kepada kalian semua. Seandainya saja aku tidak menerima penawaran itu... Ini semua tidak akan terjadi!' Batinku yang sangat merasa pedih dan menyalahkan diriku karena mau menerima penawaran itu.

Frontyius AcademyWhere stories live. Discover now