Would you like to be Mrs. Orlando?

8.5K 566 12
                                    

Gadis itu nampak gusar, ketika kini sebuah rumah menghadap tepi pantai mulai terlihat dari jarak pandangnya. Helikopter itu pun mulai terbang tinggi dan menjauh— kini yang ia lihat hanya lah hamparan laut biru, pasir pantai, pepohonan hijau, dan Gustavo Orlando yang sedang berjalan didepannya.

Hampir setahun lamanya, ia tidak bertemu dengan lelaki itu, jujur saja Alison menjadi cukup kaku kalau hanya berdua dengan lelaki itu. Namun, gadis itu pun masih ingat bagaimana sifat lelaki itu, dia selalu menjadi pinoneer, menjadi pemimpin didalam hubungan mereka, selalu membawanya kesuatu tempat tanpa pernah direncanakan, selalu membawanya sesuka hati kemana pun ia mau. Dan itu lah Gustavo Orlando. Namun, Alison mulai terbiasa dengan semua itu.

Satu tahun berlalu, tidak ada perubahan diwajah lelaki itu. Alison kini berusia genap 23 tahun, dan Gustavo mungkin umurnya kini 36? 37? atau 38? entahlah, yang jelas lelaki itu pasti seumuran dengan Thomas. Namun dari tubuh dan wajahnya, tidak ada nampak tanda penuaan, lelaki itu tetap gagah, dengan garis wajah yang tegas, dengan tatapan mata yang bisa membius siapa pun lawan biacaranya. Dan tidak heran, jika Alison tidak bergeming, ketika lelaki itu meminta hal apapun dari gadis itu.

"Kita sudah sampai... seingatku, hanya ada dua kamar. Kau boleh memilih salah satunya." ucap Gustavo sambil membuka kunci pintu villa itu.

Alison mengedarkan pandangannya kesegala sisi, pertama ia melihat dua kursi santai lengkap dengan meja bundar ditengahnya, kemudian lantai yang terbuat dari kayu— membuat suara decitan yang cukup nyaring, villa itu mempunyai empat pilar kayu yang menyanggah diantara pagar pendek pembatas teras, dinding dengan cat berwarna putih— villa ini terlihat nyaman untuknya.

"Ayo... masuk, Ali." dan kini pandangan Alison nampak berbeda. Pertama, ia langsung mencium aroma pembersih lantai, dan udara yang cukup hangat ketika gadis itu mulai masuk, cat didalam villa itu nampak baru, dan benar saja seketika aroma cat itu menyeruak kedalam indera penciuamannya. Lantas ia mengikuti kemana Gustavo melangkah, tak jauh dari pintu masuk itu ada sebuah tangga yang menuju ke lantai dua, dan disana lah Gustavo seketika berhenti.

"Semua kamar ada di lantai dua, dibawah sini hanya ada dapur, ruang bersantai, lalu...." ucapan Gustavo terhenti, ketika melihat Alison yang kini berjalan sendiri tanpa menghiraukannya.

Alison berjalan menuju ruangan yang nampak cukup terang dibelakangnya, nampak ada sebuah jendela yang terbuka diujung sana. Alison berjalan, seketika ia penasaran dengan keadaan diluar sana. Matanya langsung terperangah, ketika ia melihat sebuah pemandangan yang sangat menyita perhatiaannya. Hamparan hijau pepohonan beradu dengan terbentang luas air laut yang biru. Dua perbedaan udara bisa ia rasakan dalam satu waktu, udara manis namun lembab ia rasakan ketika melihat pepohonan itu— semilir angin dengan membawa aroma garam laut ia rasakan ketika menghadap kearah tepi pantai itu.

"Kau bisa melihat matahari terbit dari bagian sini, dan terbenam di bagian sana." suara itu membuyarkan konsentrasinya, lantas ia berbalik, melihat Gustavo sudah berada dibelakangnya.

"Ini kopermu."

"Tu-tunggu..." seketika Gustavo menghentikan langkahnya, dan mendelik kearah Alison. "Apa... kita akan satu kamar?" tanya Alison, dalam persekian detik tawa Gustavo pecah, dan membuat wajah gadis itu langsung memerah menahan malu.

"Kalau kau mau, aku tidak masalah."

"Bu-bukan begitu, hanya saja... umh...."

"Aku tahu, kau masih kaku saat ini, dengar... aku tidak akan memaksamu. We'll see, Ali... siapa yang akan bertahan." tawa Gustavo seakan mengejeknya. Alison langsung berfikir, hampir satu tahun, ia bisa membendung hasratnya— namun apa Gustavo bisa? Apa jangan-jangan selama ini, ia melampiaskan pada jalang? secepat mungkin ia menyingkirkan prasangka buruk itu, Alison tidak ingin mood nya seketika hancur membayangkan hal yang bukan-bukan.

THE ORDER Where stories live. Discover now