Christ's biggest secret

7.2K 538 17
                                    

Langit berwarna jingga mulai terbelah, muncul ranting-ranting putih yang mulai berjatuhan, langit menjadi gelap— karena ada jiwa yang seharusnya belum mati dengan sengaja mendekati sebuah dimensi kematian. Thomas merasakan ranting-ranting itu berjatuhan dan menembus dirinya. Suara gemuruh langit bersautan dengan suara seorang lelaki yang meminta pertolongan, tidak ada yang mendengar suara itu— kecuali Thomas. Suara itu bagai menggema ditelinganya, lelaki itu merintih, memohon— suara itu terasa menyakitkan bagi siapa pun yang mendengarnya.

"Gustavo ... aku sudah mati seperti ini, masih saja kau memohon pertolongan ku. Hidup mu memang selalu saja menyusahkan ku. Dasar tak berguna!" Thomas berdecak kesal. Kemudian ia melanjutkan mengejar Alison.

"Kalau saja aku masih hidup— akan ku ...." Thomas berhenti merajuk ketika melihat Alison yang semakin mendekati pusaran asap itu.

"Alison, berhenti!" ucapnya dan semakin cepat mengejar Alison. Thomas merasakan sesuatu yang janggal dalam dirinya, tubuhnya yang bagai hologram itu perlahan menyatu, guratan hologram itu mulai samar, berganti dan terlihat semakin jelas, membentuk sebuah tubuh yang benar-benar utuh dan nyata.

"A-apa yang terjadi?" Thomas bergeming sambil meraba tubuhnya yang seperti manusia normal. Sesosok berjubah hitam datang dan mendekat pada nya, Thomas mendelik, ketika sosok itu mulai menatap nya dengan mata yang berkilat putih.

"Jiwa itu masih abu-abu, belum waktu nya menjadi putih. Segera kau tarik mereka, hempaskan ke dasar, mereka akan kembali ke dunia. Sang Pencipta telah membuat keputusan." Seketika sosok itu melebur dan hilang bersama asap hitam.

Thomas dengan cepat mengejar Alison dan jarak mereka semakin dekat. Thomas merasakan pusaran asap itu seolah menariknya, ia bertahan agar tidak masuk kedalam nya. Dan akhirnya, Thomas berhasil meraih tangan Alison. "Sampai bertemu lagi, Alison. Aku sangat menyanyangi mu!"

Alison mendelik pada Thomas dan menatap heran mengapa kini Thomas bisa menyentuhnya. Tatapan kerinduan itu seolah membekukan waktu diantara mereka, semua berhenti, ranting putih itu berhenti berjatuhan, pusaran asap itu pun berhenti berputar. Alison memeluk Thomas, membayar semua kerinduan bertahun-tahun yang tak terbendung, air mata kedua nya saling berjatuhan— dalam dekapan Thomas, gadis itu berbicara dengan parau, "te-terima kasih. Sampai bertemu lagi." Tangis Alison pecah ketika Thomas melepaskan dekapannya.

"Dengar ... sampai kapan pun aku terus menyanyangi mu. Bahagialah bersama Gustavo. Aku tenang kalau kau bersamanya." Satu kecupan didahi menyudahi pembicaraan mereka.

"Ibu! Terima kasih telah melahirkan ku, mempertaruhkan nyawamu. Aku sayang Ibu!" Dari kejauhan Alison melihat ibu nya tersenyum, lalu lenyap dan tenggelam bersama kabut putih yang menyelimuti wanita setengah baya itu.

"Genggam tangan gadis itu, kau akan kembali ke dunia bersama nya." Bella seperti membeku, dan Alison mengikuti perintah Thomas, perlahan jemarinya menggenggam erat diselah jari tangan Bella.

"Sudah siap? Selamat tinggal Alison." Alison mengangguk dengan sekejap gadis itu menerobos masuk kedalam tanah tandus itu. Matanya terpejam merasakan tubuhnya mulai melayang.

Suara gemuruh tadi seketika hilang, berganti dengan kesunyian dan hawa dingin yang menyergapnya— perlahan gadis itu membuka matanya, pandangannya gelap, tak tahu ia berada dimana— namun, ia pun tidak merasakan ada Bella disampingnya. Alison menoleh kekanan kirinya, bersua memanggil nama Bella, tapi tak ada jawaban. Dan akhirnya ia yakin, bahwa dirinya tengah terombang ambing sendiri.

Alison merasakan dirinya semakin melesat, kecepatannya semakin tinggi, dan kemudian dari kejauhan ia melihat sebuah titik putih yang bersinar. Titik putih itu semakin terlihat membesar, ia semakin dekat— dan terhenti tepat didepan lubang putih itu. Alison menoleh ke segala sisi, ia seperti berada di persimpangan dimensi yang berbeda. Semua nampak putih didepannya, dan perlahan ia bisa berpijak. Alison menghempaskan nafasnya, dan melangkah maju. Ia kembali memejamkan matanya ketika merasakan dirinya seperti terjatuh dan terus turun, hingga ia tak sadar lagi— dengan apa yang terjadi padanya.

THE ORDER Where stories live. Discover now