a conspiracy

7.5K 479 7
                                    

Alison mengerjapkan matanya, berusaha menyeimbangkan fikirannya. Rasanya lelah sekali. Didepannya ia melihat wajah Gustavo yang tersenyum namun nampak mengkhawatirkannya. Matanya menyipit ketika sinar lampu senter milik dokter itu menembus pupilnya. Tubuhnya masih terasa lemas, dengan pergelangan tangannya yang masih tertusuk jarum infuse. Alison meraih jemari Gustavo yang berada didekat tangannya, kemudian lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Alison.

Dengan terbata-bata gadis itu berusaha berbicara, "a-apa yang terjadi padaku?" tanya Alison dengan suaranya yang parau.

Gustavo kemudian tersenyum, mengusap kening gadis itu, dan mencium lembut. "Tidak ada ... kau hanya terlalu lama tertidur." jawabnya. Sungguh bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan apa yang telah terjadi pada gadis itu.

Dilihatnya Alison mengangguk pelan, dan mengedarkan matanya kesegala sisi, kemudian Alison kembali berujar, "baru kali ini, aku bangun tidur rasanya lelah sekali."

Dokter itu pun tersenyum melihat keadaan Alison yang cepat mengalami kemajuan. Pasien yang masih muda tentu saja bisa lebih cepat pulih dari pada yang sudah lanjut usia. Tim medis segera mengambil sample darah gadis itu, guna memastikan kondisi tubuh Alison.

"Baiklah ... Mr. Orlando, besok akan ku beritahu kembali bagaimana perkembangan Nona Alison. Kami permisi." Dan tim medis itu pun pergi.

Tidak lama setelah tim dokter itu meninggalkan ruang perawatan Alison, Elisa datang dengan tergesa-gesa. Gustavo menoleh ketika menyadari bahwa Elisa terlihat tidak tenang. Elisa melihat Alison yang telah membuka matanya, kemudian ia berjalan mendekat pada tubuh yang masih terkulai lemah itu.

"Alison ...." ucapnya dengan bibir yang bergetar. Seketika ia teringat obrolannya bersama Christ tadi, dan sungguh, Elisa tidak bisa menahan haru nya, ketika mengetahui apa yang terjadi sebenarnya diantara mereka. "Ayah mu ... sedang menunggu mu." Bisik Elisa, air matanya pun ikut berlinang. Namun tak ada tanggapan dari Alison, seolah ia tak mendengar apa yang dibicarakan oleh Elisa. Wajar saja, karena Alison baru terbangun dari tidur panjangnya, dan butuh waktu untuk kembali normal.

"Apa kata mu barusan? Ayah? Dia masih memiliki ayah?" tanya Gustavo sambil berjalan mendekati Elisa. Wanita berambut burgundy itu pun menoleh, dan mengusap air matanya.

"Ayah Alison masih hidup."

"Thomas tidak pernah menceritakan hal itu." Gustavo merasa bingung, ia bersedekap dan menatap tajam mata Elisa. Ia berharap bahwa Elisa tidak mengada-ada.

"Kita semua telah dibohongi olehnya. Thomas ... dia tahu bahwa Christ adalah ayahnya."

Gustavo membulatkan matanya, ia semakin bingung, apa maksud dari ucapan Elisa. Kemudia ia mulai berfikir, menelaah, bagaimana bisa seorang pedagang pizza itu ternyata ayah dari Alison dan Thomas. Dan sebuah rahasia besar tak pernah ia ketahui. Gustavo melesapkan tubuhnya pada sofa, ia mulai berfikir, apa yang sebenarnya telah terjadi diantara mereka.

"Thomas ... dia tidak pernah memberitahu siapa pun bahwa Christ adalah ayah kandungnya. Dia sengaja membeli sebuah kedai didekat Black Tower untuk ayah nya menjajakan pizza buatannya. Kau tahu karena apa?" Gustavo tertoleh pada Elisa ketika wanita itu mulai bercerita tentang hubungan Thomas dan Christ yang sengaja ditutup rapat. Dan kemudian Elisa kembali berkata, "karena Thomas tahu ... umurnya tak akan lama. Dan ia ingin, Christ melihat kesuksesan Thomas mendirikan Black Tower."

THE ORDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang