does she need a psychiatrist?

8.5K 507 15
                                    

Sebuah meja beralaskan kain putih dan dua kursi saling menghadap, menjadi tempat makan malam mereka. Di tepi pantai itu— deruan suara ombak menjadi musik penghantar kemesraan yang akan terjalin. Cahaya rembulan penuh menjadi penerang makan malam yang tidak biasa itu.

Gustavo dan Alison, mempersiapkan sendiri menu makan malam mereka. Memanggang daging, menggoreng kentang, membuat salad sayuran, memotong buah-buahan, dan menyiapkan botol wine dengan merk ternamaan. Dan kini, pekerjaan mereka telah selesai— mereka menatap kearah meja yang kini sudah dipenuhi hidangan makan malam yang Gustavo buat susah payah. Catat, hanya Gustavo, dan Alison hanya menjadi penonton yang tidak berguna.

Alison tersenyum sumringah— perutnya yang lapar membuatnya tak sabar untuk melahap semua tanpa tersisa. Alison langsung menyambar satu kursi dan langsung menyantap daging asap itu— tanpa menghiraukan Gustavo yang masih berdiri disampingnya.

Gadis ini benar-benar tidak bisa bersikap manis.

"Ali, pelan-pelan. Kau akan tersedak." ucap Gustavo sambil melihat gadis itu makan dengan lahapnya.

Seketika selera makannya hilang.

"Aku menahan lapar berjam-jam, karena kau lama sekali hanya untuk menyiapkan makan malam!" gerutunya dengan mulut penuh daging asap. Gustavo menyentakan punggungnya pada kursi, dan mulai berfikir, apa benar gadis ini yang membuat ku tergila-gila?

"Kau tidak mau makan?" tanya Alison sambil melirik daging asap Gustavo yang masih utuh dan belum tersentuh. Ingin sekali ia merebut daging asap itu.

"Makan malam mu, kurang?" tanya Gustavo dan kini Alison berfikir keras, sebenarnya porsi daging asap ini tentu saja tidak cukup untuk menenangkan perutnya yang sedang berdendang ria. Disisi lain, Alison tidak ingin terlihat seperti gadis buas pemangsa daging asap— namun keadaan perutnya mengatakan harus mendapatkan asupan makan malam yang lebih banyak saat ini.

"Untuk mu." Gustavo langsung memberikan satu-satunya makan malamnya untuk gadis itu. Senyum Alison seketika merekah, dengan deretan gigi yang terselip serpihan daging yang tertinggal.

"Salad ini bagus untuk mu." ucap Alison sambil menaruh semua saladnya pada piring Gustavo. "Kau harus menjaga penampilanmu. Jadi, memang seharusnya kau harus mengindari lemak jahat seperti ini." Alison menancapkan garpunya pada daging itu, dan berujar kembali, "Tidak bagus untuk perkembangan otot-otot mu!"

Alison semakin parah, apa pengaruh ingatannya yang kembali normal? obat apa yang dia minum selama ini? lebih baik dia kembali amnesia! gerutu Gustavo dalam hatinya, ia hanya menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal, dan mengehela nafas panjangnya sambil memasukan selada-selada itu kedalam mulutnya.

"Ehm." Gustavo berdehem, berusaha mengalihkan perhatian Alison pada daging asap itu.

"Yes, darling?" terdengar lembut. Tetapi menurutnya Alison tidak pantas mengucapkan kalimat itu, apa lagi disaat ini. Bibir mungil itu terlihat penuh dengan makanan, belum lagi sisa saus yang menempel pada pinggiran bibir itu. Gustavo kembali mengurungkan obrolannya, dan menunggu sampai gadis itu selesai mengisi perutnya.

Gustavo pun kenyang, namun bukan karena makan malamnya yang hanya sayuran dengan saus mayonais, bukan juga karena dua buah apel yang harus mengganjal rasa lapar di perutnya. Tapi karena cara makan gadis itu, menyantap habis tanpa tersisa daging asap yang ia buat. Membuatnya seketika kehilangan selera makannya.

THE ORDER Where stories live. Discover now