ID-8

1.4K 181 8
                                    

Vanessa POV

Angin semilir menerpa wajahku, udara dingin terasa menusuk hingga tulangku. Langit malam yang yang bersahabat ditaburi jutaan bintang membuatku melupakan sensasi dingin yang menjalar di tubuhku.

Namun mataku tiba-tiba terkunci melihat sebuah sosok menyerupai siluet. Semakin dekat sosok itu semakin jelas hingga aku melihat dari radius beberapa meter, tampak seorang wanita berjalan dengan anggun, dress biru yang dikenakannya menyapu tanah berumput yang ia tapaki, wajahnya sangat sempurna tanpa cela, rambutnya yang berwarna putih tegerai dan sebuah mahkota perak dengan ornamen bulan sabit ditaburi permata membuat wanita itu berkali-kali lipat lebih cantik. Aku saja sampai merasa iri melihat wajah itu. Kudengar Chloe mengaum misterius di kepalaku membuatku mengernyitkan dahiku bingung.

Hingga wanita bak dewi itu sekarang berdiri tepat di depanku, melihat tatapan teduhnya itu membuatku merasa di hipnotis membuatku menundukkan kepala, aku pun juga bingung dengan sikapku ini

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Hingga wanita bak dewi itu sekarang berdiri tepat di depanku, melihat tatapan teduhnya itu membuatku merasa di hipnotis membuatku menundukkan kepala, aku pun juga bingung dengan sikapku ini.

Sesuatu menyentuh kepalaku dan entah kenapa sentuhan ini membuatku merasa hidupku menjadi damai.

Hingga kuangkat kepalaku dan memberanikan diri untuk bertanya, "anda siapa?" Sambil menelengkan kepalaku ke sebelah kanan. Bukan jawaban yang aku peroleh tapi sebuah senyuman hangat yang tercetak di wajahnya.

"Aku adalah yang selalu kau sebut di setiap ungkapan kebahagian dan kesedihanmu, sayangku." Suara lembut bak harpa yang berdenting itu menyejukkan indra pendengaranku. Sebuah mahkota bulan? Aku baru menyadari artinya itu. Hanya ada satu, satu di seluruh jagad raya. Dialah dewi bagi seluruh kaum werewolf, yang mengatur segalanya. Aku pun hanya bisa menjawabnya dengan tergagap, aku sangat gugup karena aku bisa langsung bisa melihat wajah sang dewi yang merupakan kesempatan paling langka untuk di dapatkan.

"Anda..Moon Goddes? Benarkah..itu??" Ujarku pelan.

Moon Goddess hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala, jadi ini nyata???? Bukan mimpi???

"Kemarilah, sweetheart." Ujarnya sambil menarik tanganku dan duduk di hamparan padang rumput yang baru aku sadari sekarang. Ia menaruh kepalaku diatas pangkuannya dan mengusap rambutku dengan lembut. Sangat nyaman.

"Bagaimana kehidupanmu sekarang, Vanessa?? Apa sudah menjadi lebih baik??" Tanya Moon Goddess tanpa menghentikan elusannya di kepalaku.

Aku hanya diam mematung, aku sangat paham maksud dari pertanyaan dari Moon Goddess. Aku hanya tertawa hambar, "masih buruk, Moon Goddess" ujarku skeptis.

"Kau hanya perlu mental dan fisik yang kuat untuk menghadapi Mate-mu itu Vanessa." Ujar Moon Goddess lembut.

"Kurasa aku tidak akan pernah mendapatkan cintanya, Moon Goddess. Kenapa dia tidak langsung me-rejectku saja jika kehadiranku malah di jadikan sebagai pelampiasan kemarahannya." Ujarku mulai bergetar dan berhasil meloloskan bulir air mataku jatuh membasahi wajahku dan gaun Moon Goddess. Aku mengutuki diriku sendiri, aku telah menumpahkan air mataku yang tidak berguna dan membasahi gaun Dewi bulan yang masih setia memangku kepalaku.

Fallen Luna (Moon Series #1) [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora