ID-18

1.2K 144 4
                                    

Silahkan Vote and Comment
.
.
Happy reading 🍀
.
.
------------------------------------------------------

Seorang wanita nampak duduk terpekur diatas ranjangnya, wajah cantiknya tidak menunjukkan keceriaan sama sekali. Pandangannya kosong, tidak ada kehidupan sama sekali, hanya terfokus pada beberapa luka jahit yang mulai menghilang di tangan dan kakinya. Dia tidak kaget sama sekali jika lukanya bisa cepat menghilang tanpa bekas, dia sudah terbiasa.

Bahkan lubang di lehernya telah menghilang dan meninggalkan desain seperti bunga mawar hitam disana. Kejadian tadi terus berulang-ulang di benaknya, terus berulang dan berulang. Dia hanya bisa membisu sambil tersenyum getir jika terus mengingatnya.

"Anes?" Panggil seseorang di benaknya, namun yang di panggil hanya diam dan menghela nafas pelan tak berniat menjawab sama sekali.

"Aku tidak apa-apa, jangan khawatir." Ujar suara manis itu akhirnya namun sangat pelan.

"Tapi aku khawatir denganmu, kesehatanmu juga, aku takut kau kenapa-napa." Balas Chloe sarat kekhawatiran, jika saja ia memiliki tubuh yang berbeda dengan Vanessa, pasti ia akan langsung memeluk wanita ini. Pasti.

"Aku baik-baik saja, lebih baik kau istirahat saja sekarang. Jangan khawatirkan aku. Aku bisa jamin itu padamu." Ujar Vanessa mencoba ceria walau nada suaranya masih sarat akan kesedihan.

"Tapi..." Vanessa langsung menutup mindlinknya secara sepihak, dia tidak ingin Chloe terus menerus mengkhawatirkannya, dan membuat ia akan terus di gentayangi rasa bersalah.

Tok!
Tok!
Tok!

Vanessa hanya diam, tidak bernafsu untuk menyahut sama sekali. Namun matanya terbelalak seketika saat melihat siapa yang berada di ambang pintu kamarnya, matanya perih bahkan nafasnya sangat sesak saat ini.

Tubuh itu...

Sosok itu...

Pria itu...

Orang itu melangkah secara perlahan namun Vanessa malah mundur hingga kepalanya menyentuh kepala ranjangnya. Sorot ketakutan yang sangat kental terpampang jelas di wajah gadis itu. Bahkan keringatnya bercucuran dan wajahnya sangat pucat. Bayangan akan kekasaran pria itu langsung menyerbu otaknya, jika pria itu ingin menyiksanya lagi dengan umpatan lainnya, dia angkat tangan. Dia tak mau sama sekali.

Kenapa dia datang? Belum puas pria itu mengatainya dengan keji?

"Vanes..."

Namun wanita itu malah menangis dan menggelengkan kepalanya kuat. Dia sangat ketakutan bahkan sprei coklat di bawahnya sudah tidak berbentuk lagi akibat cengkraman jari-jari lentik wanita bermata indah tersebut. Dia bahkan berharap di dalam hatinya jika ini semua hanyalah mimpi.

"Amour...dengarkan aku." Ujar pria itu memelas. Bahkan manik silver itu berkilat-kilat karena emosinya yang berantakan.

Namun wanita itu masih menggeleng, air matanya terus mengalir yang membuat pria itu merasa dihujam belati.

Tanpa basa-basi, pria yang tak lain adalah Sam langsung menghampiri dan memeluk tubuh ringkih gadis itu. Namun yang lebih menyakiti hatinya, wanita itu terus menangis dan memberontak di dalam rengkuhannya.

Fallen Luna (Moon Series #1) [END]Where stories live. Discover now