ID-14

1.2K 152 0
                                    

Suasana pack tidak seceria dulu lagi, semenjak Luna mereka kritis tidak ada lagi senyum kebahagiaan yang dirasakan penghuni pack dari kalangan atas sampai para maid sekalipun, bagi mereka Luna mereka sangat baik dan tidak membeda-bedakan kasta mereka. Sudah 1 bulan, mereka tidak melihat keceriaan Vanessa apalagi saat bermain dengan anak-anak di taman.

Jack pun tak pernah absen melihat keadaan adiknya itu, terkadang pria itu mengajaknya mengobrol walau ia tahu nantinya ia hanya akan berbicara sendiri.

Terkadang, Erick juga sesekali mengunjungi Luna Moonlight pack itu sambil membawa bunga mawar. Dia sebenarnya sangat rindu untuk berbicara banyak hal dengan Vanessa hingga mereka tertawa lepas satu sama lain.

Tapi, mereka yang berjaga di depan pintu kediaman vanessa belum melihat sosok Alpha mereka mengunjungi Vanessa. Hingga beberapa hari ini beredar berbagai macam isu jika Alpha mereka tidak pernah menerima kehadiran Vanessa, tapi mereka tidak ingin menggosipkan hal yang tak jelas ini jika mereka tidak ingin kepala mereka jadi sumbangan untuk Roy yang terkenal dengan tangannya yang dingin dan sadis itu.

Hari ini tak mereka duga-duga Alpha mereka datang dan memasuki kediaman wanita itu hingga mereka membungkukkan tubuh sembari memberi hormat. Hal pertama yang mereka lihat secara tak sengaja adalah sebuah manik silver yang cukup kentara di paras rupawan itu. Tak banyak bicara, pria itu masuk tanpa menunggu penjaga membukakan pintu. Pemandangan tadi termasuk dalam isu yang selalu mereka bicarakan dari mulut ke mulut, terkadang yang mereka lihat menemui Vanessa adalah sisi lain dari Alpha mereka, sebegitu dinginkah Roy hingga harus jiwanya lain menemui mate-nya itu?? Tapi mereka tak mau ambil pusing, biarkan saja mereka yang menyelesaikan masalahnya.

Pria itu telah berada di peraduan Luna-nya yang sedang terbaring lemah dengan wajah yang sangat pucat bak tepung.

Ia menggenggam tangan halus itu lalu mengecup punggung tangan itu cukup lama. Hingga ia mulai membuka suara,

"Selamat pagi, amour. Maaf aku baru datang menemuimu, Roy sangat susah untuk aku ajak kesini kadang pekerjaan kami sangat banyak hingga kami baru bisa mengunjungimu sekarang, maaf." Ujar pria itu setengah berbisik sambil mengelus sebuah cincin di jari manis gadis itu, hal itu mengingatkannya akan hari pernikahan mereka.

Si pendengar hanya diam sesekali mengambil nafas dengan bersusah payah. Sam hanya bisa memaklumi sambil tersenyum pedih melihat keadaan vanessa yang lemah saat ini.

"Apa yang sedang kau lakukan di mimpimu sekarang?? Apa kau senang disana?? Apa..kau sedang memimpikan aku saat ini?? Atau kau malah senang disana dan tak ingin melihatku lagi??" Semua pertanyaan yang tak terjawab itu membuatnya hanya bisa tertawa kecil sambil merutuki kebodohan dirinya. Ia tidak tahu sebab musabab sifat Roy bisa berubah sedrastis ini semenjak pertemuan pertama mereka. Ia ingin mencari tahu tapi apa dayanya?? Semuanya akan sia-sia saja jika ia tetap berusaha untuk mencarinya. Hingga ia terpaksa melihat sikap Roy yang mampu membuat kekasihnya menangis akibat kata-kata kasar dan kejam dari sisinya yang seorang manusia biasa.

Sam hanya mengusap rambut panjang kemerahan itu dengan kasih sayang yang ia punya. Ia hanya bisa tertunduk sedih karena ia tak bisa berkata apa-apa.

"Aku merindukanmu, Amour. Sangat. Aku merindukan semua yang ada pada dirimu, aku rindu senyummu, tawamu, hingga kau bersikap gugup di hadapanku hingga aku bisa menggodamu sepuasku. Terlebih lagi aku merindukan sentuhanmu, bagaimana kau memelukku, bagaimana kau mengusap pipiku saat aku sedang sedih dan menggenggam tanganku erat seperti ini." Ujar Sam sambil menggenggam tangan kecil Vanessa seperti yang ia bilang barusan. Sebulan tak sadarkan diri membuat perasaan Sam menjadi gila dan tak karuan. Tapi ia bisa apa??

Tidak ada yang bisa ia lakukan sama sekali, hanya waktu..ya semua hanya waktu yang bisa memperbaikinya.

******

Di sebuah padang rumput dengan langit yang berpijar, Vanessa hanya bisa duduk sambil berpikir keras tentang masa lalunya yang rumpang dan tak jelas sama sekali. Hingga sebuah pegangan di bahunya membuat ia tersentak kaget dan menoleh ke sebelahnya.

Ia langsung menundukkan kepala setelah melihat orang di sebelahnya, "Moon Goddess." Ujar Vanessa sambil memberi hormat.

"Apa kau sudah bisa memecahkan teka teki masa lalumu, my dear?" Tanya wanita lembut bak dentingan harpa yang membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa nyaman dan bahagia. Namun Vanessa hanya menggeleng pelang sambil menunduk.

"Belum, semuanya terasa sangat sulit bagiku untuk mengingatnya. Aku sangat ingin mengetahuinya tapi sangat sukar, Dewi." Ujar gadis 20 tahun itu bimbang. Dia sangat penasaran namun seperti ada sebuah penghalang yang menggagalkan keingintahuannya itu.

"Bagaimana jika aku membantu mu 'sedikit' saja sisanya kau harus mencari tahu semuanya sendiri, kau mau??" Tanya wanita dengan rambut putihnya yang berhiaskan mahkota di kepalanya.

Vanessa hanya mengangguk sambil tersenyum merekah dan berbinar mendengar tawaran dari Dewi seluruh kaum werewolf tersebut.

"Pejamkan matamu, dan kosongkan pikiranmu sekarang. Aku tidak ingin ada pikiran lain yang menghambatmu nanti." Perintah Moon Goddess mutlak dan Vanessa langsung mengerjakan apa yang disuruh. Sebuah tangan menggenggam tangan Vanessa hingga sebuah kekuatan menyedotnya hingga ia terpelanting menuju sebuah dimensi yang tidak ia ketahui.

Gelap

Semuanya menggelap

Hingga nafasnya memburu saat mengetahui kepingan memorinya yang ia lupakan.

'Jadi inilah sebab munculnya semua masalah yang ia alami saat ini'

*******

"Aku merasakan firasat yang tidak baik, suamiku. Aku khawatir dengan putri kita. Apa dia baik-baik saja ??" Ujar seorang wanita dengan tampilan lusuhnya menatap suaminya dengan tatapan cemas.

"Aku yakin anak-anak kita bisa menjaga diri mereka dan saling melindungi satu sama lain. Percayalah padaku." Ujar pria yang tampilannya hampir sama dengan wanita yang berstatus sebagai istrinya itu dengan yakin sambil memeluk wanita tersebut berusaha meredam kekhawatiran yang menyelimutinya tersebut.

Hanya Moon Goddess yang bisa membantu anak-anak mereka saat ini.

Hanya itu.

******

Sebuah mata yang terpejam terbuka setelah melihat semua kebenaran yang sebenarnya, matanya telah basah oleh air mata, ia tak menyangka jika semuanya bisa semenyakitkan ini, jadi ini sebabnya?? Kematian orang tuanya dan semua masalah ini...ia tak sanggup membayangkannya lagi.

Ia melihat wajah wanita berambut putih itu dengan tatapan sedihnya, wajahnya sudah memerah hingga menimbulkan semburat merah yang begitu kentara di kulitnya yang putih.

Tanpa peringatan wanita berambut putih itu memeluk gadis yang sedang terisak hingga runtuhlah pertahanan gadis itu, cairan bening tersebut telah meluncur bebas setelah gadis itu mengizinkannya.

"Kenapa..begini?? Kenapa semengerikan ini?? Hiks...Moon Goddess...hiks...tolong pulangkan aku sekarang....ku mohon....aku ingin pulang...ku mohon...hiks." gadis yang tak lain adalah Vanessa itu menangis hebat dengan suara yang bergetar. Kesedihannya benar-benar tidak bisa ia bendung saat ini.

Moon Goddess hanya tersenyum simpul sambil mengusap rambut gadis itu pelan. Hingga sebuah cahaya biru menyilaukan mata membuat gadis yang ada di pelukannya itu menghilang diiringi dengan pudarnya cahaya biru tersebut.

"Semoga setelah kau pulang kau mampu mengetahui apa yang belum kau ketahui....karena aku percaya padamu kau bisa melakukannya walau dengan caramu sendiri." Ujar Moon Goddess pelan hingga tubuhnya menghilang menyisakan padang rumput yang kosong dan sunyi.

********














TBC

Fallen Luna (Moon Series #1) [END]Where stories live. Discover now