ID-12

1.3K 163 0
                                    

Gelap..

Dingin...

Sunyi....

Dimanakah dia sekarang?

Semuanya terlihat sama, tidak ada cahaya sama sekali. Ia merasakan ada sesuatu yang menutupi kepalanya saat ini tapi tangannya mati rasa. Ia tidak bisa merasakan tangan dan kakinya saat ini. Ia hendak berteriak tapi bibirnya perih merasakan ada yang menyumbat mulutnya.

"Moon Goddes...tolong aku." Bathin wanita itu merintih saat ini ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kita apakan gadis ini, tuan?" Ujar seseorang yang pastinya seorang pria. Dia juga mendengar suara seperti benda tajam yang sedang diasah.

Dia tidak akan mati disini kan??

"Tidak..dia akan jadi umpan untuk kita supaya bisa melenyapkan Alpha bodoh itu. Dia harus merasakan rasa sakit yang tuan kita rasakan." Ujar pria lainnya dengan emosional.

Deg..

Deg..

Nafas Vanessa memburu saat merasakan sakit di jantungnya yang teramat sangat. Bulir keringat dingin mulai meluncur dari keningnya. Dia merasakan kain bertekstur kasar yang menutupi kepalanya itu tertarik paksa hingga rambutnya berantakan hampir menutupi wajahnya. Air mata telah membasahi wajahnya. Entah kenapa ia sangat ketakutan melihat dua pria asing yang di hadapannya saat ini. Ia hanya bisa berharap mate-nya dan saudaranya bisa menemukan ia disini.

"Ternyata dia cantik juga, apa kita harus bersenang-senang dulu dengannya atau kita lakukan hal yang lebih menarik lagi pada nona manis ini?? Ujar pria berambut hitam legam yang tidak ia ketahui siapa itu.

"Panggil Mate mu itu, nona." Bisik pria itu tepat di samping wanita yang sedang berjuang menahan ketakutan dan rasa sakit di dadanya secara bersamaan.

Vanesa menggelang kuat sambil mengeluarkan suara seperti kata ' tidak ' yang terdengar tidak jelas.

"Ohh...jadi kau tak mau." Sinis pria itu hingga wanita bersurai coklat kemerahan itu terpekik keras saat merasakan rambutnya ditarik paksa hingga air matanya tambah mengalir dengan keras. Mungkin rambutnya sudah rontok mengingat pria itu menarik rambutnya sekuat hati sehingga kepalanya terasa ingin lepas.

"Panggil kataku!!!" Bentak pria itu kasar. Namun jawaban wanita itu masih sama. Wanita itu masih menggeleng hingga,

PLAK!!

Sebuah tamparan yang cukup kuat membuat tubuh terikat itu jatuh kelantai. Dan bisa di pastikan wajahnya sudah memerah sekarang. Suara isakan tertahan Vanessa masih bergema hingga memenuhi seantero ruangan.

Setiap pria itu memerintahkan hal yang sama, wanita itu tetap bersikeras dengan jawabannya dan pasti akan beresiko padanya lebih buruk lagi.

Sekarang wanita itu sudah basah kuyup, entah sejak kapan. Udara dingin menusuk kulit itu menembus hingga tulangnya. Tamparan dan pukulan terus ia terima hingga beberapa luka dan memar yang cukup besar menghiasi tubuh wanita yang sudah pucat tersebut. Pusing mendera kepalanya.

Bukan hanya luka-luka yang tertoreh di tubuhnya itu yang membuatnya pusing tapi ia juga melihat di pikirannya sekelompok serigala berlarian di hutan yang gelap sambil melolong yang menyakitkan telinga. Pria lainnya terkejut saat melihat netra gadis itu berubah dari coklat menjadi biru dan munculnya ukiran samar di sekitar mata dan pipinya kemudian menghilang.

"Tuan, apa kau melihatnya tadi tuan?? Kurasa wanita ini bukan wanita sembarangan." Ujar pria itu penuh tanda tanya.

"Kurasa kau benar, sekarang perbaiki posisinya dan tutup kepalanya lagi. Kita tunggu perintah selanjutnya dari Tuan." Ujar pria yang memukul Vanessa tadi dan pergi meninggalkan ruangan tersebut bersama pria satunya lagi setelah memperbaiki posisi wanita yang sudah berada diambang kesadaran itu.

Fallen Luna (Moon Series #1) [END]Where stories live. Discover now