ID-16

1.3K 150 6
                                    

Dimohonkan
Vote dan Comment
Ya readers 🌟
.
.
.
.
.
Happy reading 🌼🌼
.
.
.
.
.

"Mommm..daddd..kita kemana??" Ujar seorang anak kecil dengan rambut hitamnya dengan raut wajah yang polos dan tidak menaruh curiga pada kedua orang tuanya yang sekarang membawanya lari ke dalam hutan yang kelam.

"Kita harus meninggalkan kota ini, putraku. Pack kita telah hancur, kita akan memulai hidup kita yang baru." Ujar sang bunda dengan ekspresi yang sulit untuk diterka namun gurat kesedihan terpampang jelas di wajah cantik ibunya.

"Tapi...Ro..Mom..dia kenapa tidak ikut??" Ujar anak itu mulai berkaca-kaca karena dia sangat dekat dengan orang yang bernama Ro itu. Dia selalu bermain di halaman Pack, tertawa bersama bahkan dia selalu berbuat usil hingga Ro menangis.

Sang bunda yang mendengarnya mendadak diam dan menghentikan laju larinya diikuti suaminya. Dia bingung harus bilang apa pada putra kecilnya itu perihal gadis cilik bernama Ro itu.

"Roy, dia...dia sudah pergi." Ujar Ashley terbata dan memasang senyum terpaksa di hadapan bocah laki-laki di depannya itu.

Roy kecil mengerutkan keningnya hingga alisnya yang hitam menaut lucu. Pergi?

"Pergi? Kemana Mom? Roy ingin pergi juga dengan Ro, sepertinya asik. Benarkan Mom??" Ujar Roy kecil tersenyum sumrigah hingga menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi.

Dave langsung memeluk putranya dan berbicara sangat pelan di telinganya, kepolosan putranya membuat Ashley dan juga Dave tidak bisa mengucapkan apapun, mereka sangat sedih jika harus memberi tahu ini, tapi fakta ini harus di ketahui putranya ini cepat ataupun lambat jika mereka masih menutupinya Roy akan marah karena ketidakberdayaan mereka memberitahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

"Anakku, Ro...Ro meninggal saat pembantaian di pack kita, dia....sudah pergi untuk selama-lamanya. Dia telah di panggil Moon Goddess. Kau harus mengikhlaskannya pergi." Ujar Dave pelan berusaha menjelaskan hal tersebut.

Mata kecil dengan iris biru tua itu membulat dan mulai menangis,
"Dad bohonggg!! Ro tidak akan kemana-mana!! Mom...bilang Dad itu hanya bercanda denganku, iya kan Mom??!" Bocah itu mulai menangis hingga terlihat jelas wajahnya memerah dengan hidung sedikit berair.

Mereka masih diam, belum mampu menjawab

"Nanti Roy akan main dengan siapa lagi, Mom? Roy tidak bisa berbuat apa-apa kalau Ro tidak membantu Roy, Mom. Roy sayang Ro, sangaatt. Roy ingin menjemput Ro. Dia teman Roy satu-satunya."

"Tidak Roy, semuanya telah berakhir, anakku, jangan menangis lagi! Nanti Ro-mu akan sedih juga melihatmu menangis seperti ini. Ayo kita pergi." Ujar Dave pelan dan merasakan anaknya terkulai lemas dan tak sadarkan diri, setelah mengucapkan sebuah nama,

"Ro...,"

******

"Ro!!!" Teriak Roy di atas ranjangnya dengan peluh di dahinya. Mimpi itu menghampirinya lagi, sudah bertahun-tahun ia kubur fakta menyakitkan itu. Sahabatnya telah tiada, dulu dia selalu mengikuti kemanapun Roy pergi. Walau dia menyebalkan tapi ia sangat menyukai keceriaan gadis itu. Dia membenci siapapun yang telah memisahkan ia dengan sahabatnya itu. Dia sangat membeci orang yang tega membunuh gadis itu dan bersumpah akan menghabisi orang itu, siapapun itu.

Pandangannya teralihkan pada sebuah meja nakas di sampingnya dan membuka laci tersebut ia menemukan sebuah figura kecil dengan foto yang menampilkan sepasang bocah dengan gadis cilik itu berada di gendongan bocah laki-laki sambil mengalungkan tangannya dari belakang tak lupa dengan ekspresi bahagia sambil tersenyum lebar hingga mata mereka menyipit seperti eyes smile. Dia rindu semua masa-masa itu, bermain tanpa beban sama sekali, tapi itu hanya kenangan. Dadanya terasa sesak jika harus mengingat kenangan pahit tersebut lagi dan lagi.

Fallen Luna (Moon Series #1) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang