FL - 28

1K 111 3
                                    

Sinar mentari pagi mulai menggantikan tugas bulan di malam hari. Membuat manusia mulai terjaga untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Termasuk sepasang insan yang sedang terlelap setelah tadi malam sibuk bercanda satu sama lain. Sinar kekuningan itu menyambar wajah seseorang hingga terbangun dari tidurnya yang lelap. Mata cokelat itu tampak mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya disekitarnya hingga pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah wajah yang sudah membuatnya tenggelam dalam pesonan seorang Roy Anderson. Posisi itu tak berubah sama sekali. Vanessa berniat untuk membuatkan sarapan untuk suaminya itu. Perlahan ia bangun dengan hati-hati supaya tidak membangunkan Roy. Namun, sebuah tangan tak tinggal diam menarik pinggang Vanessa hingga wanita berambut cokelat kemerahan itu terkurung dalam pelukan Roy.

“Morning,” sapa Roy dengan suaranya yang serak.

“Morning, Alpha,” balas Vanessa tersenyum malu-malu.

“mau kemana?” tanya Roy penasaran.

“aku mau ke dapur, untuk membuatkan sarapan untuk anda,”  balas Vanessa enteng.

“tetaplah disini. Biarkan lima menit seperti ini,” ucap Roy bertingkah manja pada Vanessa sambil mengeratkan pelukannya.

Sebenarnya Vanessa sangat senang, tapi ia tak ingin melupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Ia merasa tak enak jika hanya duduk santai sementara para maid bekerja keras untuk melayani mereka. Tidak. Ia tidak suka itu. Dia ingin menjadi istri normal dengan melakukan semua pekerjaan rumah tangga tanpa harus melibatkan para maid. Bisa dibilang ia ingin mandiri untuk menjalani kehidupan keluarga kecilnya.

“tapi Alpha, saya ingin menyiapkan sarapan untuk anda. Biarkan saya pergi ya?” ujar Vanessa mencoba untuk membujuk Roy yang tidak kunjung untuk melepaskan pelukannya.

“kenapa kau yang repot-repot? Para maid sudah ada yang mengerjakannya,” balas Roy tak mau kalah.

“tapi, Alpha…kita kan sudah menikah, kenapa harus orang lain yang repot-repot mengurusi kebutuhan kita. Aku sebagai seorang istri harus menjalankan kewajiban itu. Boleh, ya? Apa anda tidak mau jika saya yang mengurus anda, Alpha?” ujar Vanessa sambil terus mencoba bujuk rayu supaya Roy mengizinkannya untuk bekerja.

“iya…tapi~”

“boleh ya?”

Akhirnya dengan terpaksa Roy melepaskan pelukan itu dengan wajah yang ditekuk. Siapa yang tak luluh jika ditatap seperti itu.

“baiklah…tapi jangan lama-lama.”

“Alpha…Alpha…Bagaimana sambil menunggu saya membuatkan sarapan, anda lebih baik lanjutkan tidurnya, jika sudah selesai akan saya bangunkan.” Ujar Vanessa gemas melihat sisi kekanakan dari Roy Anderson. Tak pernah-pernah ia melihat dia seperti itu. Mau tak mau Vanessa hanya menahan senyumnya.

“hmm.”

Hingga pintu tertutup.

**

“Bagaimana?” tanya seorang pria sambil memejamkan matanya.

“Saya masih mencari celahnya, Tuan,” ujar sebuah suara wanita dalam benak pria itu, “tapi, jangan khawatir tuan. Tugas dari anda akan saya selesaikan dengan cepat.”

“Bagus.” Lalu pria itu menutup mindlinknya.

Segalanya tampak berjalan sesuai rencana, tidak ada  cela sedikitpun. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyerang Pack itu. Sehingga mereka sendiri yang mengaku akan kekalahan mereka.

**

Vanessa tampak tersenyum tipis sambil melakukan kegiatannya di dapur. Setidaknya ia dapat melupakan sejenak harinya yang melelahkan. Dan beruntungnya ia tidak melihat apapun di visinya belakangan ini. Hal itu membuatnya sedikit lega, setidaknya ia tak perlu merasakan sakit kepala dan susah tidur beberapa hari ini.

Fallen Luna (Moon Series #1) [END]Where stories live. Discover now