FL - 26

1K 109 4
                                    

Suasana Pack sangat mencekam sejak peristiwa Zinny kehilangan jiwanya. Semuanya menjadi was-was jika ada yang aneh muncul di Pack mereka.

Entah kenapa Vanessa selalu melihat hal-hal tak lazim dipikirannya walau hanya sebuah siluet yang bergerak dengan cepat. Vanessa memijit kepalanya yang sedikit berdenyut. Dia hanya merasa takut jika ada hal tak baik yang akan terjadi.

“Alpha? Apa yang harus kita lakukan kepada Zinny? Aku sangat khawatir padanya. Dia wanita yang sangat baik.”, Tanya Vanessa pada Roy.

“Menurutku, kita harus membaringkannya disini sampai kita menemukan cara untuk menyelamatkannya. Bagaimana?” ujar Roy serius.

“baiklah, aku akan mengikuti saranmu.” Ujar Vanessa menyetujui perkataan Roy. Sehingga terdengar Roy memanggil para Maid  hingga terlihat Anneth dan beberapa maid sampai diruangan itu.

“kalian semua lakukan perintahku sekarang. Kalian harus mengurus wanita disana dengan layak, bersihkan semuanya dan pakaikan pakaian yang layak untuknya.” Ujar Roy dengan suara beratnya sambil menunjuk kea rah Zinny.

Awalnya para maid tampak bergidik ngeri melihat penampilan Zinny yang bisa dibilang cukup mengerikan hingga Vanessa mencoba untuk meyakinkan mereka.

“kalian jangan khawatir, kuharap kalian mau membantu kami sampai kami menemukan cara untuk menyelamatkannya. Aku mohon…kalian akan baik-baik saja. Tugas kalian disini untuk mengurus Zinny dan merawatnya dengan baik. Kalian bisa?” ujar Vanessa dengan nada penuh keyakinan.

Mereka  awalnya bergidik ngeri, namun sekarang mereka tampak yakin dan menjalankan perintah Luna mereka. “perintah anda adalah kewajiban kami Alpha, Luna.” Ujar Anneth sambil membungkukkan badannya penuh hormat.

“terima kasih semuanya, mohon bantuannya.” Ujar Vanessa ramah lalu meninggalkan ruangan itu dengan Roy.

**

“Vanessa?” panggil Roy sampainya diruangan mereka.

“iya? Kau butuh sesuatu alpha?"

Roy hanya menggelengkan kepalanya pelan dan menggenggam tangan wanitanya dengan pelan. Vanessa yang paham akan situasinya membalas genggaman tangan itu sambil memberikannya ketenangan.

“aku hanya khawatir. Sepertinya musuh mulai menyerang kita perlahan-lahan. Mereka ingin kita merasa tertekan dimulai dari penderitaan rakyat kita. Aku takut akan terjadi apa-apa padamu. Aku hanya tak sanggup melihatmu menderita karena permusuhanku ini.” Ungkap Alpha itu dengan raut cukup khawatir.

“Alpha, kita kan sudah berjanji akan selalu bersama-sama apapun situasinya. Jangan hanya khawatirkan aku…khawatirkan juga rakyat kita…keluarga kita…semuanya, hmm?” ujar Vanessa mengingatkan sambil terus tersenyum padanya.

Roy hanya balas tersenyum, tanpa basa-basi dia langsung memeluk wanita  itu dengan hangat, sesekali ia mengusap rambut coklat kemerahan yang mulai memanjang hingga pinggang itu.

“rambutmu semakin panjang.” Ujar Roy jujur.

“benarkah? Apa aku perlu memotongnya?” Tanya Vanessa penasaran sambil menikmati pelukan hangat itu.

“tidak perlu, aku suka jika rambutnya panjang. Biar bisa aku mainkan dengan jariku.” Ujar Roy sambil terkekeh pelan.

“kalau kamu suka, aku akan tetap memanjangkannya.” Ujar Vanessa merasa senang.

Vanessa hanya merasakan anggukan pelan diatas puncak kepalanya. Entah kenapa ia sangat betah berlama-lama dengan keadaan seperti ini.

“Alpha, apa kau ingin melihat sesuatu? Aku punya sesuatu yang ingin aku perlihatkan.”

Fallen Luna (Moon Series #1) [END]Where stories live. Discover now