BAB 9

423 24 0
                                    

Fransisca mengaduk es jeruk yang ada di hadapannya ini. Kei hanya diam menatap makanan di depannya.

"Kak Kei lagi mikirin Kak Alice kan?"
Tebakan yang tepat. Memang benar, setiap saat Kei tidak lepas memikirkan seorang Alice.

"Kak, aku ini pacar Kakak. Kenapa sih Kak Kei selalu mikirin Kak Alice? Yang pacar Kakak sekarang itu siapa? Aku apa Kak Alice?"
Ucapan Fransisca membuat dada Kei sesak.

Kei mengatur nafasnya,"Frans..."

"Iya aku tahu, aku nggak sesempurna Kak Alice. Aku cacat, kalau Kak Kei malu jalan sama aku..." Isakan Fransisca membuat Kei yang tadinya ingin marah mengurungkan tekat. Kei berdiri menghampiri Fransisca dan memelukknya.

"Maafin aku ya? Jangan nangis. cup..cup..cup. Aku tadi cuma pusing mikirin pertandingan basket."

Pembohong, batin Kei mengejek dirinya sendiri. "Yaudah sekarang makan dulu ya. Biar aku yang nyuapin."

Kei mengambil garpu dan sendok. Ia mengangkat sendok itu sejajar dengan mulut Franisca. Baru saja mau memakannya, Kei memutar snedok itu masuk ke dalam mulutnya. Fransisca mengerucutkan bibirnya kesal. Sedangkan Kei tertawa puas dengan tingkahnya.

"Makanya jangan marah terus, kan jadi pengen ngerjain kamu."

"Aku ngambek."

"Ih jangan dong. Yaudah kamu maunya apa? Nanti aku beliin deh."

Fransiaca mengetuk jemari ke pelipisnya. Ia berpikir, "Emm..aku mau...mau lolipop, mau gulali, aku mau permen."

"Nggak boleh." Ujar Kei selayaknya mama yang melarang anaknya.

"Nanti gigi kamu ompong. Masak aku pacaran sama nenek-nenek."

"Nyebelin, kalau gitu aku mau ngambek aja. Aku nggak mau ketemu kamu, pergi sana." Fransisca memalingkan mukanya.

Siang ini rumah milik Fransisca memang sepi. Hanya ada dia, Kei, dan juga Diana. Kei masih berlutut di hadapan Fransisca. Merayunya mencoba meminta maaf. Akhirnya Kei mengeluarkan lolipop yang dari tadi sudah ada di saku celananya.  Dengan senyum secerah mentari, Fransisca menerima lolipop itu. Ia memeluk tubuh Kei dengan erat. Membuat perempuan yang baru saja masuk merasakan panas dimatanya.

"Kak Alice udah pulang?" Tanya Fransisca yang masih memeluk Kei. Kei merenganggkan pelukan itu, menatap manik mata milik Alice. Ada kesedihan di sana.

Apa mungkin dia sedih lihat gue sama Fransisca tadi? Batin Kei.

"Udah barusan, aku mau tidur dulu ya. Ngantuk." Alice menaiki tangga. Satu air mata berhasil menerobos pertahanannya.

Dasar lemah. Alice lo nggak boleh lemah. Kei milik Elli, bukan milik lo lagi, batin Alice.

"Kak?" Ucapan Fransisca menyadarkan Kei dari lamunannya.

Sebaiknya Alice menjauhi mereka berdua saat ini. Susah ternyata melupakan bayang-bayang seorang Kei. Alice duduk di lantai kamarnya. Ia menyenderkan pungungnya ke sisi ranjang. Kedua kakinya ia tekuk lalu ia peluk dengan erat.

Menengelamkan kepalanya di celah tekukan itu, dan isakanpun tidak bisa lagi ia tahan. Dinding pertahanan Alice runtuh. Hatinya belum kuat ternyata merelakan Kei. Ia masih mencintai laki-laki itu.

"Jangan nangis lagi ya," ujar Kei menatap Alice yang masih menunduk. Ia menengelamkan kepalanya di antara tekukan kakinya.

Bukannya mereda, tangisan itu semakin lama semakin kencang saja. Alice menangis terisak tanpa memperdulikan Kei yang masih kebingungan di sebelahnya. Jalan satu-satunya yang dipilih Kei yaitu memeluk Alice. Di dalam pelukan Kei, ia masih terisak.

Filantropi [SELESAI]Where stories live. Discover now