BAB 30

338 22 0
                                    

“ketika cinta yang berperan lebih unggul, logika akan mengalah. Dan saat luka yang akhirnya di dapat, hati tak akan bisa mengelaknya”

Seminggu sejak operasi selesai, namun Alice belum juga ada tanda-tanda bangun. Diana yang paling terpukul atas nasib anak sulungnya ini. Ia bahkan tidak mau beranjak dari ruangan Alice. Bahkan kesehatan dirinya sediri, Diana hiraukan. Ia merasa bersalah sudah menyia-nyiakan Alice.

“Mah, pulang yuk,” ajak Fransisca.
Tangan Fransisca mengusap kedua pundak Diana dengan lembut.

Matanya menatap Alice yang masih memejamkan mata. Diana hanya mengeleng, selalu itu jawabannya. Sejak Alice mengelemi kecelakaan, Diana enggan berbicara. Bahkan dengan Fransisca atau Rafki sekalipun. Fransisca bisa mengeri hal itu. Mungkin ini dulu yang dirasakan Alice. Diabaikan oleh mama sendiri.

“biar saya yang jaga Alice, Tante. Tante harus istirahat biar bisa jagain Alice lagi.” Fransisca memalingkan muka. Ia mengerutkan kening, perasaan dari tadi ia tidak mendengar pintu terbuka. Tapi kini Alle sudah berada di sisi lain ranjang Alice.

Diana menatap Alle yang mengusap tangan Alice yang sedang diinfus. Melihat Alle yang bersungguh-sungguh, Diana meningalkan ruangan Alice tanpa mengatakan apapun. Fransisca menatap mamanya yang berlalu pergi. Matanya masih terpaku menatap Alle yang mengecup singkat dahi Alice.

“Alle?” ujar Fransisca membuat pemilik nama menatapnya.

“lo yang waktu itu gue tolongin kan? Lo udah bisa jalan?”

Fransisca mengangukkan kepalanya. Pintu kembali terbuka, menampilkan sosok Kei dengan tampilan berantakan. Kei mendekat menatap Alice, ia mengacuhkan dua orang yang sudah dari tadi berada di sana.

“ngapain lo ke sini?! Mau celakain Alice lagi?!” Alle menarik pundak Kei agar menghadap  ke arahnya.

“gue bilang, bukan gue pelakunya!”

“gue bakalan buktiin kalau emang lo pelakunya,” ujar Alle.

“silahkan!”

Alle pergi dari ruangan, dari pada hatinya semakin sakit melihat Alice dengan Kei. Fransisca mematung di ujung ruangan. Apa Kei tidak menatap ke arahnya? Fransisca rasa kehadirannya saja Kei sudah tidak peduli.

“Kak Alice lebih penting ya dari pada aku?”

“kamu cemburu di saat kayak gini?”

Senyum tersunging di wajah Fransisca, “kenapa kalau aku cemburu Kak? Aku pacar kamu, pantaskan kalau aku cemburu?!”

“gimanapun juga Alice masih sahabat aku.”

“sahabat? Segitunya sama sahabat, sampai nyium tangan dia? Datang ke sini tiap hari, jagain dia. Wajarkan kalau aku juga cemburu. Pokoknya aku nggak mau Kak Kei ke sini terus. Masih ada mama sama papa yang bisa jagain Kak Alice.”

Setiap kata yang Kei dengar dari mulut Fransisca membuatnya berdiri menatap Fransisca. Ia mendekat kearah gadis itu. Fransisca menatap bola mata milik Kei, “jangan atur aku. Aku bukan robot yang bisa kamu atur seenaknya.”

“oh, aku nggak masalah kalau kamu mau jenguk Kak Alice. Tapi aku nggak suka lihat kamu lebih perhatian sama dia! Kita pulang!” Fransisca menarik tangan Kei. Namun tenaga Kei jauh lebih kuat dari pada Fransisca.

Karena Kei enggan beranjak dari tempatnya berdiri, Fransisca menatap ke belakang. “kenapa? masih suka sama Kak Alice?!”

“kalau iya kenapa?”

Plak!

“aku kurang sabar apa sih Kak? Wallpaper hape kamu aku biarin foto Kak Alice. Lihat kalian berduaan kalau nggak ada aku, aku nggak papa. Apa kamu juga mikirin perasaan aku?” tanya Fransisca dengan isakan.

“lo mikir seolah lo di sini yang di sakiti. Alice lebih sakit dari pada lo kalau lo mau tahu. Dia yang relain gue demi lo. Dia yang kena marah tante Diana, padahal jelas-jelas itu bukan salah dia. Di mana lo saat kakak lo sendiri butuh bantuan?” Kei mengatur nafasnya,”dia berjuang buat lo bahagia, apa lo juga lakuin hal yang sama? Apa lo juga peduli sama perasaan dia?!”

“…”

“ya lo benar, selama ini gue nggak pernah suka sama lo. Kalau bukan karena Alice yang nyuruh gue buat deketin lo,  gue juga ogah. Sampai kapanpun hati gue cuma buat Alice,” ucap Kei.

Plak!

“silakan lo nampar gue. Gue emang cowok berengsek. Kita jadian itu juga karena lo yang nembak gue, dan gue nggak pernah nerima lo Frans. Lo itu udah gue anggep kayak adek gue sendiri.”

Kei tidak menghiraukan tangis Fransisca yang semakin kencang, “gue nggak bisa lagi lanjutin hubungan ini. Maafin gue Frans.”

“Ka…kak..K..Kei mutusin aku?” ujar Fransisca dengan terbata-bata.

“maafin gue.”

Fransisca menutupi wajahnya. Perasaannya sekarang campur aduk, antara menahan malu karena Kei menerimanya gara-gara rasa kasihan. Dan perasaan sakit di dadanya. Hanya dia yang menaruh perasaan lebih, sedangkan Kei tidak. Bodoh memang. Fransisca terlalu dibutakan cinta, membuat logikannya berhenti untuk menyangah semua perasaannya. Fransisca meningalkan ruang rawat Alice.

Kei mengengam tangan Alice, “lo nggak bosen tidur terus? Oiya gue lupa, lo kan putri tidur. Lo udah tahukan cerita itu? Putri tidur bakalan bangun kalau ada pangeran yang cium bibirnya.”

Cup!

Bibir itu terasa dingin ketika bersentuhan dengan milik Kei. Kecupan singkat yang membuat tangan Alice bergerak. Kei segera memangil dokter. Ia berharap keadaan Alice bakalan baik-baik saja.

Lo harus bangun Lice, demi gue, batin Kei.

Perlahan ruangan berdominan putih bisa Alice lihat dengan jelas. Ia mengedarkan pandangannya, dan berhenti ketika menemukan Kei di sebelahnya.

“kondisi pasien mulai membaik, kalau begitu saya tinggal dulu,” ucap dokter yang tadi memeriksa keadaan Alice.

“makasih Dok.”

Alice mengingat kembali apa yang menyebabkan dirinya bisa berada di sini. Dan ketika ia mencoba mengerakkan kakinya, ia merasa ada yang aneh, “kenapa kaki kiri gue nggak ada rasanya?”

Tangan Kei mencoba menahan tangan Alice untuk menarik selimut. Namun Alice bergerak lebih cepat di bandingkan dengan Kei. Terpampang di depan matanya. Hanya ada satu kaki yang tersisa.

“Kei! Kaki gue mana?!” teriak Alice.

Kei memeluk Alice dengan erat. Perempuan itu mendorong tubuh Kei membuatnya melepaskan pelukannya. Alice membuang selimutnya ke segala arah.

“Kenapa gue cacat?!”

“Lice…”

“pergi! Pergi!”

Dada Kei ikut merasakan sakit melihat Alice menangis seperti sekarang. Kei membiarkan gadis itu sendirian, ia membutuhkan waktu menerima ini semua.
===

Filantropi [SELESAI]Where stories live. Discover now