BAB 15

369 23 0
                                    

Langit malam terlihat lebih gemerlap. Taburan bintang dengan bulan sabit menghiasi angkasa. Bulan sabit terlihat tersenyum kearah Alice, sama seperti kalung yang melekat di leher Alice. Alice tersenyum hambar.

“dari mana lo tahu gue di sini?” tanya Alle yang sudah berada di sampingnya.

“tiga hari lo nggak ada kabar. Terus tadi gue tahu lo dari temen lo itu,” jawab Alice.

Bukannya tidak menyukai kehadiran Alice di sini. Alle justru senang melihat Alice hanya saja kehadiran Alice mmembuat dadanya semakin sesak. Kenapa nih cewek jadi perhatian sama gue? batin Alle.

“masalah gue banyak All, dan gue juga tahu lo lagi punya masalah. Sekarang ada gue, gue mau kok dengerin curhatan lo,” ujar Alice menatap Alle.

Alle mengusap pipi Alice, “lo lagi ada masalah apa? Lo juga bisa cerita sama gue.”

“aduh Romeo sama Shinta romantis banget. Bikin Arjuna iri,” ujar Nico yang tiba-tiba berada di tengah mereka. Membuat tangan Alle yang tadi mengusap pipi Alice turun.

Alice diam menatap Nico, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya. “sejak kapan abang Alle idaman tante-tante punya pacar?”

“gue bukan pacar Alle,” ujar Alice memalingkan muka.

Belum sempat Alle menimpali ucapan, perutnya kembali bereaksi. Alle berlari masuk ke dalam toilet. Nico mendekat kearah Alice. Gadis baik-baik. Boleh juga kalau buat gue, batin Nico.

“dia lagi diare?” tanya Alice menatap Nico yang masih mengamatinnya.

“iya, kebanyakan minum ya gitu.”

Alice mengerutkan kening, “kebanyakan minum? Maksud lo?”

“tiga hari sampek sekarang dia udah habis dua puluh tiga botol bir. Terus tepat hari ini dia diare. kui jenenge Alle gek entuk karma. Kapok rasakno rek.”

“lo temenan sama Alle udah lama?”
Nico menatap ke atas, menerawang seberapa lama ia mengenal sosok Alle.

“baru dua tahun belakangan ini. Kenalin nama gue Nico.”

Alice ,menyambut uluran tangan Nico, “nama gue Alice.”

“Alle sering cerita ke gue tentang lo. Sejak kenal lo Alle jadi sulit gue ajak ke club. Yah, lumayan perkembangan yang baik. Lo berhasil rubah Alle.”

“udah malem, gue anterin lo pulang,” ujar Alle kembali berada di samping Alice.

“gue nggak mau pulang kalau lo nggak mau cerita sama gue. Tante Venny itu lagi bingung nyariin lo. Lo nggak kasihan sama dia?”

“…”

“pulang ya All, kasihan mereka bingung cari lo,” ujar Alice semakin membuat Alle bimbang.

Alice masih menatap Alle dengan harapan lelaki itu menuruti perintahnya. Alle akhirnya mengganguk setuju, ia menggengam tangan Alice.

“sekarang kita pulang.”

===

Kei masih menatap jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir pukul sebelas dan Alice belum juga sampai di rumah. Kei menatap ke kanan, ada Fransisca yang sudah terlelap tidur di bahunya. Tangan Kei mengusap kepala Fransisca dengan lembut.

Andai aja ini lo Lice, batinnya.

“udah tidur Fransisca?” tanya Diana menuruni tangga.

“udah Tante, biar Kei pindahin ke kamarnya.”

Fransisca sudah sangat terlelap, membuat Kei harus bersusah payah mengendongnya sampai ke kamar miliknya. Diana mengikuti dari belakang. Kei menatap Fransisca sebelum dia pergi.

Filantropi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang