BAB 11

373 22 0
                                    

Fransisca mematung di depan pintu kamar Alice. Ada sesuatu yang perlu ia katakana kepada kakaknya itu. Tapi, Alice belum juga keluar dari kamarnya. Padahal hari sudah menjelang siang. Fransisca masih ragu untuk menganggu kakaknya itu.

Ini penting, aku harus bilang sekarang, batinnya.

Tok! Tok! Tok!

Tidak ada suara dari dalam. Masih hening. Apa Kak Alice masih tidur? batin Fransisca.

Ia mencoba mengetuk pintu itu berulang kali. Fransisca menghela nafas, ia mendorong kursi rodannya menjauh dari kamar kakaknya.

“ada apa Ell?”

Fransisca menghentikan dorongannya, ia memutarkan kepala. Menatap wajah Alice yang sudah tebal dengan make up, “Kakak sibuk? Emm.. mau keluar?”

“enggak kok, sini masuk.” Alice membantu Fransisca masuk ke dalam kamarnya.

“Kakak kenapa make up tebel banget?”

Alice mengerutkan keningnya, “lagi pengen aja sih. Oiya, kamu tadi cari kakak mau ngapain?”

Fransisca kembali teringat dengan  tujuan awalnya datang menemui kakaknya ini. “Kak aku mau nanya, tapi Kakak harus jawab jujur. Sebenarnya Kakak masih ada rasa nggak sih sama Kak Kei?”

“kenapa kamu tiba-tiba nanya kayak gitu?”

“karena aku nggak suka ngelihat Kak Kei yang jauh lebih dekat sama Kak Alice. Sekarang kan aku yang pacar Kak Kei, bukan Kak Alice lagi. Jadi aku mau ngingetin aja kalau Kakak sebaiknya jauhin Kak Kei.”

Alice bungkam. Bukannya selama ini ia sudah menjauhi Kei? Bukannya selama ini ia sudah mengalah demi Fransiscsa? Apa lagi yang harus Alice lakukan. Apa pengorbanannya selama ini belum cukup untuk Fransisca?

“Kak, aku sayang sama Kak Kei. Aku nggak mau Kak Kei balikan lagi sama Kakak. Aku jahat ya Kak?” Alice memeluk Fransisca. Meski dadannya terasa sesak, ia tetap mengelengkan kepalannya.

“kamu itu adek kakak yang paling baik. Lagian kakak udah nggk ada hubungan kok sama Kei,” ujar Alice.
Fransisca menatap kearah Alice yang masih memelukknya dari samping,”jauhin Kak Kei ya Kak?”

Selama ini juga udah gue jauhin. Kenapa lo nggak tahu diri sih Dek? batin Alice.

Alice menganggukkan kepalannya. Ia menyungingkan senyum yang dibalas oleh Fransisca.

“aku ke kamar dulu ya Kak.”

“mau kakak antar?”

“nggak usah, aku bisa sendiri kok.” Fransisca mendorong kursi rodanya keluar dari kamar Alice.

Alice menatap pintu balkon yang tertutup. Ia melangkah membuka pintu itu. Kamar di seberang yang tertutup membuatnya rindu. Rindu seseorang yang dulu sering menatapnya dari sana.

Lo di mana Kei? Pasti lo lagi sibuk ya? Udah nggak ada waktu lagi buat gue ya Kei? batin Alice.

====

“hallo cantik,” ujar Alle yang sedang menelepon seseorang. Ia menatap rumah yang sudah ada di hadapannya itu, menunggu seseorang keluar dari sana.

“lo yang keluar atau gue yang masuk nyeret lo keluar?”

“….”

“oke, jangan lama-lama cantik.”
Alle tersenyum puas. Sepuluh menit kemudian perempuan itu berjalan masuk ke dalam mobil Alle. Alle menatapnnya sumringah.

“tambah cantik aja lo.”

“heh bule, mau lo apa sih? Dateng ke rumah gue, nyuruh-nyuruh gue. Lo nggak lagi gilakan? Atau jangan-jangan lo…”

Filantropi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang