Part 3. Realize: First Love

2.8K 212 5
                                    


Tak terasa waktu cepat berlalu, membawa tiupan kehidupan baru bagi Kim Taehyung. Terhitung sudah satu bulan Taehyung memulai belajar intens bersama dengan tutornya.

Taehyung begitu giat dalam belajar. Hampir seluruh waktunya ia habiskan dengan membaca buku, mengerjakan soal, dan juga melihat video penjelasan materi yang diberikan oleh Seonwoo – seorang mahasiswa yang dipasrahkan oleh orang tua Taehyung untuk menjadi tutor anaknya. Begitu besar keinginan Taehyung untuk tak menyia-nyiakan waktunya lagi mulai dari sekarang. Setidaknya itulah tekad awal yang sampai saat ini ia pegang.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, perlahan tekad itu kian menipis. Entah bagaimana rasa menggebu itu terbang. Rasa lain kian membelenggu tanpa ia bisa cegah.

Begitu menyelami keadaan, sesuatu seolah menamparnya. Katakanlah bahwa Taehyung bodoh ketika bahkan selama satu bulan ini pula otaknya serasa begitu tumpul. Semakin banyak materi, semakin menyadari pula bahwasannya ia ternyata begitu bodoh. Dungu! Dia tidak tahu apa-apa.

Logikanya Taehyung harusnya sudah paham semua materi yang pernah dia pelajari saat sekolah dasar dulu. Karena biar bagaimana pun Taehyung merupakan salah satu jajaran anak dengan ranking teratas. Bukankah dengan begitu Taehyung mudah untuk mencerna materi?

Semua mendadak sulit. Sementara dia harus mengejar ketertinggalannya atas materi bangku sekolah menengah pertama, yang menjadi dasar untuknya bisa sejajar dengan teman-temannya nanti.

Seonwoo selaku tutornya sudah mengatur strategi mengenai apa saja yang akan ia ajarkan pada Taehyung. Seonwoo pilah sedemikian rupa sehingga materi-materi pokok saja yang akan ia sampaikan kepada Taehyung. Meski ia pun lambat laun sadar bahwa mengajar Taehyung tidaklah mudah.

. . .

Decit suara pintu melengking begitu Sohyun membuka dengan pelan pintu kamar si sulung. Niat hati ingin sekadar memeriksa apakah anaknya sudah terlelap atau belum, namun nyatanya putra sulungnya saat ini masih betah berada di meja belajarnya.

Sedikit berjengit kala melihat sekeliling yang telah menggelap karena lampu utama kamar telah dimatikan, alih-alih sudah bergulung dengan selimut hangat di atas ranjang, anaknya justru sedang berkutat dengan buku matematikanya.

Keterkejutan tak berhenti sampai disitu ketika manik matanya melihat jendela kamar anaknya terbuka. Hei.. ini sudah terlalu larut malam. Udara malam tidak bagus untuk kesehatan. Buru-buru Sohyun berjalan dengan cepat mendekat pada buah hati.

"Sayang.. Kau belum tidur?" Berusaha memberikan afeksi lembut berupa usapan pada pundak putranya, berharap dapat menyalurkan perhatian.

Hanya anggukan kelewat singkat, dan selanjutnya Taehyung kembali berkonsentrasi penuh pada 3 soal yang ada di atas buku yang sudah ia coba kerjakan selama 3 jam, namun tak kunjung menemukan jawabannya. Dalam hati anak itu tengah merutuki dirinya sendiri yang terasa begitu tak berguna.

Melihat atensi anaknya yang masih berkutat dengan bukunya, tak mengindahkan maksudnya, Sohyun beranjak dari sisi Taehyung lalu menutup jendela yang terbuka.

"Jangan ditutup, bu!"

Tangan halus itu berhenti tepat ketika memegang kunci kusen jendela. Sempat beberapa detik hanya mematung, sampai lontaran kata sarat akan perintah terlontar dari bibir sang buah hati.

"Ku bilang tidak usah ditutup!"

Ucapan yang kedua kalinya membuat Sohyun mengalihkan pandangannya ke arah sang anak. Betapa terkejutnya melihat raut wajah Taehyung yang sudah memerah. Emosi yang tidak stabil, Sohyun tahu betul. Mata yang sembab dan bibir yang sedikit pucat. Semua itu membuatnya mendadak dirundung kecemasan.

DREAM - So far Away [End]✔Where stories live. Discover now