Part 29. Hadiah untuk Ibu

1.9K 202 32
                                    

Hari demi hari berganti. Pasir waktu terus berguguran, menyisakan butir yang semakin terasa sedikit. Denting masa terus berputar, mengelilingi masing-masing insan dengan kapasitas berbeda.

Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan Taehyung tahu itu. Maka dari itu, sekalipun itu dekat ataupun lama, ia tak mempermasalahkannya. Toh semua sudah digariskan.

Mau bagaimanapun, takdir Tuhan sudah tergoreskan. Tak ada lagi pengingkaran, tak ada lagi penolakan. Menerima dengan penuh keikhlasan adalah apa yang saat ini ia terus coba perkuat dalam diri. Membentengi hati, tegar, dan selalu berusaha.

Seperti apa yang selalu dibisikkan oleh ayah, ibu, maupun Jungkook di telinganya saat ia terpejam. Bisikan yang sarat akan magnet kekuatan menarik sisi terlemahnya untuk tak kenal menyerah.

Dalam ketidaksadarannya, ia membangun kastil mimpi. Kastil yang sangat kokoh berisi segala keinginannya, yang menjadikannya kembali dalam lubang kesadaran, menariknya dari jurang sepi. Hingga pertahanannya menarik indera pendengarnya kembali menangkap suara, hirupan nafas yang kembali terasa, tubuh yang juga semakin terasa, serta mata yang kembali melihat cahaya dalam sayupnya. Ia telah kembali.

Taehyung ... baru saja terbangun dari masa kritisnya.

Sohyun tak henti-hentinya mengecup punggung tangan Taehyung penuh sayang saat mendapati suara anaknya memanggilnya lirih. Berulang kali Donghwan mengucapkan rasa syukur pada Tuhan saat mendapati anaknya telah tersadar dari tidur lelap yang membuat mereka begitu ketakutan.

Suara tangisan bahagia pun terdengar dari balik punggung sang ayah, dimana terdapat Jungkook yang bersandar di belakang punggung ayahnya sambil mengintip kakaknya yang berbaring, menggigit kepalan punggung tangan kanannya sendiri untuk meredam tangisnya.

Keluarga itu begitu lega mendapati kesayangan mereka telah dinyatakan melewati masa kritisnya. Ini adalah keajaiban yang kesekian kalinya terjadi dalam hidup mereka. Dan mereka juga berharap, akan ada keajaiban-keajaiban lainnya yang mengiringi langkah ke depan.

----- Dream: So Far Away -----

Suara lantunan biola menarik perhatian beberapa orang yang berada di sebuah taman rumah sakit. Bahkan beberapa diantaranya sampai berhenti berbincang sejenak, sibuk untuk mendengarkan melodi indah yang dikeluarkan dari alat musik yang digesekkan oleh seorang pemuda yang sedang duduk di sebuah bangku kayu samping pohon maple yang rindang.

Namun, ia yang menjadi pusat perhatian nampaknya tidak menyadari kondisi sekitar yang mendadak lebih senyap karena sibuk mendengarkan permainannya. Ia hanya terus menggerakkan tangan kirinya, meliuk-liukkan stiknya di atas dawai biolanya, meresapi setiap nada yang berhasil ia ciptakan disela sakitnya selama ini. Meski tangan kirinya harus ia latih sedemikian rupa akibat tangan kanannya yang sudah tidak sekuat dulu untuk bisa terus meliukkan stik di atas dawai.

Tak lama, senyum merekah di bibir saat perasaannya telah tercampur sempurna bersama dengan melodi. Ia sungguh menikmatinya. Seolah melihat bagaimana perjalanan hidup yang telah ia lalui selama ini berada di depan matanya, meski pada kenyataannya matanya terpejam. Wajah sang ibu, ayah, adik, teman-teman, dan juga wajah Eunbi. Satu persatu memori indah beradu dalam ingatannya. Senyumnya semakin mengembang lebar. Ia telah mendapatkannya. Visualisasi itu, ia telah merasakannya. Sesuatu yang selama ini ia pelajari akhirnya bisa ia kuasai. Ia telah bisa menyalurkan cerita dan emosi dalam permainnya.

Saat berada pada bait terakhir, ia merasa pundaknya menghangat. Seseorang baru saja menyampirkan sweater di pundaknya. Taehyung lantas menghentikan permainannya kemudian membuka kedua matanya.

"Kenapa tidak bilang kalau mau keluar?"

Jungkook yang masih memakai seragam sekolah duduk di samping Taehyung. Sementara Taehyung tersenyum lebar mendapati aksinya ketahuan oleh sang adik.

DREAM - So far Away [End]✔Where stories live. Discover now