Part 27. Sincerity

1.5K 163 16
                                    

Semangat awali hari dengan senandung kecil, Jungkook mengikat tali sepatu lalu mengambil tas yang tergeletak di atas meja belajar, menentengnya sebelum kemudian ia lanjutkan dengan keluar dari kamar.

Begitu tubuhnya berbalik setelah menutup pintu kamar dengan sempurna, langkahnya terhenti lantaran tak jauh darinya Taehyung juga baru saja keluar dari kamar. Sejenak terpaku hanya menatap sang kakak dengan mata membulat, tak menyangka bahwa tubuh kakaknya sudah berbalut seragam sekolah dengan tas punggung yang tengah bertengger manis di kedua pundaknya. Jangan lupakan juga sepasang sepatu juga telah menenggelamkan kakinya. Jungkook terkejut bukan main.

"Ada apa dengan wajahmu itu, Jung?"

Pertanyaan Taehyung menggantung lantaran Jungkook masih saja terpaku menatapnya. Taehyung lalu melangkah mendekati Jungkook dengan penuh semangat. Meski sangat disayangkan bahwa rasa semangatnya yang menggebu dalam hati berbanding terbalik dengan keadaan kakinya yang kurang bisa diajak kerjasama. Tapi tak apa, Taehyung sudah sekuat tenaga mencoba untuk tak terlalu peduli.

Sesampainya di depan sang adik, Taehyung lalu mengerucutkan bibirnya lantas menyentil dahi adiknya. Tentu pekikan ringisan keluar dari celah bibir Jungkook.

"Sepagi ini kau sudah aneh. Jadi aku hanya membantumu untuk kembali waras." Ujar Taehyung sambil terkekeh.

Jungkook mengelus dahinya yang sedikit memerah sembari merengek.

"Aku hanya terkejut melihatmu sudah rapi dengan seragam. Apa akhirnya kau memutuskan untuk masuk sekolah hari ini?"

"Bukankah kau sendiri yang bilang kemarin kalau aku harus tetap melanjutkan hidup? Aku sudah memutuskan. Aku tidak akan bersembunyi lagi."

Taehyung memamerkan deretan gigi depannya yang rapi, lalu menggapai lengan kiri sang adik dan sedikit bergelayut manja.

"Sebaliknya, aku akan memanfaatkan waktu untuk membuat kenangan sebelum tiba saatnya aku keluar dari sekolah." Timpalnya masih menunjukkan senyum lebarnya.

Jungkook tentu merasa begitu bahagia mendengarnya. Itu artinya, usaha yang dia lakukan untuk membangkitkan semangat sang kakak telah berhasil. Melihat Taehyung dengan kalimatnya yang penuh akan rasa percaya diri seolah semakin menguatkan rasa syukurnya pada Tuhan, bahwa apa yang menjadi keinginannya telah dikabulkan. Ingatkan Jungkook untuk semakin rajin memanjatkan puji bagi sang pencipta, karena Jungkook akan melakukannya setiap hari.

. . .

Taehyung dalam hati merasa was-was begitu mobilnya semakin dekat dengan sekolah. Tidak bisa dipungkiri rasa rendah diri atas keadaannya yang tak lagi sama tengah bergelayut dalam jiwa, meski pada dasarnya ia sendiri sudah mati-matian menekan perasaan itu. Sungguh, ternyata lebih sulit merealisasikan dari pada apa yang pernah ia bayangkan sebelumnya.

Jungkook yang melihat gelagat kegelisahan dari raut sang kakak mencoba memberikan afeksi sederhana berupa genggaman tangan yang segera disadari oleh Taehyung. Bibirnya melengkung yang akhirnya juga tertular pada bibir sang kakak. Keduanya beradu senyum.

Taehyung mengernyit kala mobil sang ayah melenggang begitu saja memasuki pintu gerbang Seori tanpa halangan dari satpam sekolah hingga kemudian berhenti tepat di depan gedung sekolah. Sungguh Taehyung masih tak menduga apa yang sebenarnya ayahnya lakukan sekarang. Bagaimana kalau nanti ayahnya dimarahi oleh satpam lantaran melanggar larangan melewati gerbang untuk antar jemput.

"A-ayah? Kenapa ayah menurunkan kita disini? Bukankah harusnya kita turun di depan gerbang?" Taehyung panik menatap penuh tanya sang ayah yang hanya dihadiahi oleh senyuman teduh di wajah ayahnya.

"Tenang saja, nak. Ayah sudah mendapatkan izin. Tidak usah khawatir. Mulai sekarang dan seterusnya ayah akan mengantar kalian sampai sini."

Tangan Donghwan terulur mengelus puncak kepala anak sulungnya. Sementara Taehyung masih terdiam. Sebuah konklusi bersarang dalam pikirannya, bahwa ini pasti berhubungan dengan keadaan fisiknya yang semakin lemah. Jarak dari gerbang hingga gedung sekolah memang lumayan jauh karena Seori memiliki halaman yang begitu luas dan asri. Donghwan tidak ingin anaknya kelelahan, maka dari itu dengan mengantar-jemputnya dari depan pintu utama adalah langkah terbaik.

DREAM - So far Away [End]✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن