Part 25. Hope It's Just Nightmare

1.7K 159 27
                                    

"Maafkan ibu dan ayah yang membuatmu merasa tertekan. Maaf karena tidak mengerti perasaanmu. Maaf kalau kami egois. Maaf telah membuatmu semakin kesakitan. Ibu dan ayah hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Kami peduli padamu. Kami sayang padamu, nak."

Usapan demi usapan Sohyun curahkan untuk anak sulungnya yang kini sedang berbaring di atas ranjang dengan kompresan di keningnya. Sohyun rasanya tak tega barang sejenak untuk beranjak dari sisi sang anak. Wajahnya pucat, bibirnya pasih membiru, serta keringat yang terus saja menetes.

Matanya meniti raut wajah anaknya dalam hingga fokus matanya beralih fokus pada bekas-bekas luka yang ada di kening yang tak tertutup oleh kompresan. Sungguh hatinya sakit melihatnya. Ia usap area tersebut dengan lembut.

"Ketahuilah bahwa begitu besar keinginan kami agar kau tetap berada di sisi kami. Jangan pergi. Berjuanglah, nak. Permata ibu, buah hati ibu. Selamat malam. Mimpi yang indah. Ibu berharap, saat kau membuka mata esok hari, Tuhan telah memberikanmu kekuatan yang lebih besar."

Sohyun mengecup bekas luka tersebut lama, menyalurkan seluruh rasa sayangnya pada si sulung. Bulir bening menetes sempurna di dahi anaknya tanpa sadar. Seolah berat untuk beranjak meninggalkan anaknya, Sohyun terus saja menatap lekat wajah Taehyung.

Anaknya begitu tampan dan polos. Tapi kenapa ini semua harus terjadi pada seorang anak dengan wajah tak berdosa seperti Taehyung?

Tak kuasa menahan isakan, Sohyun buru-buru masuk ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan Taehyung, tak ingin barangkali isakannya terdengar sampai rungu anaknya.

Decit pintu tertutup terdengar pelan membuat kelopak mata pemuda yang sedang terpejam itu kembali terbuka. Air mata meluncur deras begitu saja dari balik matanya. Semua yang disampaikan ibunya, telinganya dapat mendengar dengan jelas. Taehyung tersadar sedari tadi, ia tidak tertidur sama sekali.

Hatinya dirundung rasa bersalah karena lagi-lagi membuat ibunya kembali menangis. Apa yang ia dengar telah membawa kesadaran seutuhnya bahwa orang tuanya juga memiliki ketakutan yang sama dengannya. Bedanya, mereka takut akan kehilangan dirinya, dan Taehyung takut akan hidupnya. Tenggelam dalam ketakutan itu mengerikan. Taehyung merasa bersalah karena telah menarik orang tuanya dalam jurang ketakutan. Dan itu semua karena dirinya.

Kim Taehyung bodoh! Rutuknya dalam keheningan. Tidak seharusnya dia mengecap orang tuanya egois, sedangkan yang terjadi adalah sebaliknya. Tidak ada kata egois dari kemurnian rasa cinta.

Kedua tangannya yang berada di balik selimut meremas sprei kuat. Kembali terngiang kalimat yang disampaikan oleh Yejin.

Daripada hidup dalam penyesalan dan kekhawatiran, lebih baik pergunakan hidup untuk memperbaiki keadaan. Bukan untuk meratapi keadaan. Lakukan apa yg ingin kau lakukan selama kau mampu. Berusaha sampai seluruh tubuhmu tidak bisa lagi merespon apa yang kau inginkan.

"Memperbaiki keadaan. Melakukan apa yang ingin kulakukan." Taehyung bergumam lirih. Ia kini memahami sepenuhnya pesan apa yang hendak Yejin sampaikan padanya.

"Ibu, ayah.. Maafkan aku."

. . .

"Wow lihatlah siapa yang sudah datang."

Teriakan Jinyoung menyambut begitu ia masuk ke dalam ruang kelas. Siapa lagi objek yang ia bicarakan kalau bukan Kim Taehyung yang saat ini sudah duduk sempurna di kursi sambil menyenderkan punggung dan kepalanya dengan malas.

"Kantung hitam matamu sangat jelas sekali. Apa kau tidak tidur semalaman?" Jinyoung dengan sengaja menekan lengan Taehyung dengan sikutnya sembari tersenyum jahil.

DREAM - So far Away [End]✔Where stories live. Discover now