Part 26. Dear My Brother, Kim Taehyung

2K 156 21
                                    

. . . Sejak kakakku sakit, banyak hal berubah.

Hidup kami hanya ditujukan untuk menjaga agar kakak tetap bernyawa.

Pola hidup. Pola Makan. Waktu kita.

Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan kakak.

Tapi disamping itu, semuanya saling menyayangi dan kami melakukan yang terbaik.

Dan kami akan selalu melakukan yang terbaik untuknya.

Kak, aku menyayangimu . . .

-Kim Jungkook-

-----Dream: So Far Away-----


Setelah menyadari apa yang terjadi dengan kondisi kaki Taehyung, malam itu juga keluarga Kim sepakat untuk membawa Taehyung ke rumah sakit.

Dokter yang menangani Taehyung menjelaskan bahwa otak Taehyung sudah mulai berkontraksi. Gejala kerusakan syaraf mulai nampak. Kanker itu tidak main-main rupanya.

Dokter Nam bahkan tidak menyangka bahwa pertumbuhan sel abnormalnya begitu cepat. Sel-sel tumor tumbuh dengan agresif. Terlebih lagi, ini hanyalah awal dari kerusakan yang timbul. Akan ada kerusakan-kerusakan lain yang cepat atau lambat menggerogoti tubuh Taehyung kalau pengobatan tidak segera ditangani. Dokter juga tidak bisa memprediksi bagian tubuh mana yang akan terganggu selanjutnya. Pernyataan itu membuat pukulan kesekian kalinya bagi mereka.

Setelah dilakukan pemeriksaan mendalam pada Taehyung, dokter itu menyadari satu hal. Satu hal besar yang tengah dialami pasien mudanya yang hampir luput dari penglihatannya sebagai seorang dokter.

Nam menghela napas lirih sebelum akhirnya mengatakan dengan nada suara yang rendah, dengan raut wajah yang kentara serius.

"Saya memang menyarankan untuk membujuk Taehyung untuk segera menjalankan pengobatan. Namun, lebih dari itu semua kita juga harus memperhatikan kondisi psikis Taehyung. Saat ini kondisi mentalnya terganggu. Saya bisa melihat sorot ketakutan dan pesimistik dari matanya. Yang bisa saya sarankan adalah berikan dukungan padanya. tumbuhkan sikap optimisme padanya. Karena apa arti dari obat-obatan serta terapi yang akan dijalaninya jika tidak ada dukungan dari diri pasien sendiri. Kesehatan mentalnya - itulah yang terpenting sekarang. Itu yang akan membantu memperlancar pengobatannya."

Dokter Nam menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya.

"Kalau anda mau, saya punya kenalan seorang psikiater yang akan membantu memulihkan mental Taehyung."

Sohyun memeluk Donghwan dengan erat, menenggelamkan wajahnya pada dekapan sang suami. Tidak kuat mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi terkini Taehyung, putra sulungnya.

. . .


Semenjak pulang dari pemeriksaan, Taehyung hanya berdiam diri di kamar. Tidak bernafsu untuk makan, tidak berbicara, bahkan untuk sekadar beranjak dari ranjangnya.

Saat itu, Taehyung menolak untuk bertemu dengan psikiater. Dia bersikeras bahwa dia tidak gila sampai harus dibawa pada seorang psikiater. Melihat bagaimana kerasnya penolakan dari Taehyung membuat kedua orang tuanya berakhir membatalkan jadwal konselingnya. Bagaimana pun mereka tak ingin mengambil resiko akan bertambahnya guncangan mental pada Taehyung jika mereka mengambil jalur pemaksaan. Taehyung tidak bisa dipaksa.

Ya Taehyung depresi. Dan mereka menyadari itu. Bagaimanapun juga keadaan barunya terlalu mendadak ia terima. Taehyung masih belum kuat hati untuk sekadar menerima fakta bahwa ada penyakit yang bersarang dalam tubuhnya, terlebih lagi secara tiba-tiba gejala dari penyakit itu kemudian muncul merubah hidupnya untuk pertama kali.

DREAM - So far Away [End]✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon