0.5

9.3K 2.5K 59
                                    

Jam sudah menunjukan pukul satu siang, namun matahari belum nampak juga membuat kedua remaja itu terlihat frustasi.



Dari gelagatnya, Hyunjin-lah yang paling gelisah. Berulang kali cowok itu menghubungi keluarganya, sekedar ingin memastikan bahwa mereka baik baik saja. Namun, hanya nada sambung terdengar sebelum akhirnya suara operator menyapa indera pendengaran.



Heejin tak perlu melakukan apapun. Ia anak yatim piatu yang sudah ditinggal keluarganya sejak kecil.



"Hyunjin." Heejin menyentuh bahu Hyunjin, berusaha menenangkan cowok itu. "Sekarang kita ke rumah lo ya, jangan panik dulu."



Hyunjin mengangguk pelan. Mereka bergegas keluar menuju mobil Hyunjin yang terparkir di halaman basecamp.



Sepanjang perjalanan tak henti hentinya Hyunjin berkomat kamit, menyumpah serpah, mencaci maki. Entah pada siapa ia harus menumpahkan semua amarahnya, yang difikiran Hyunjin saat ini hanya sang adik dan ibu.



Sekitar dua jam berlalu, akhirnya mereka tiba rumah Hyunjin. Cowok itu segera berlari masuk kedalam rumah, diikuti Heejin yang berada di belakangnya.



"Jiheon??? Mama???"teriak Hyunjin.



Gelap dan Kosong. Tak ada sahutan terdengar, hanya ada suara derap langkah kedua remaja itu diikuti gemaan kayu yang berdecit.



"Hyunjin pulang, mama dimana??"



Di ruang keluarga, di kamar, di dapur, di gudang. Semua tempat Hyunjin periksa berkali-kali, namun ia tak dapat menemukan presensi dua orang yang sangat ia sayangi itu.



Seketika bahu Hyunjin merosot. Pandangannya kosong. Cowok itu masih terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Heejin yang sedaritadi mengikuti kemana Hyunjin melangkah kini hanya bisa menghela nafas.



"Kita lapor polisi, ya?" ujar cewek itu dibalas anggukan Hyunjin.

[2] DISTANT SKY ✓Where stories live. Discover now