#ch20

6.2K 714 4
                                    

"Jungkook, kau sedang apa?" tanya Yoongi sambil terus memperhatikan Jungkook yang sedang sibuk mencari bahan bahan masakan di dapur.

"Aku ingin memasak hyung."

"Memasak? Aish kau seharusnya bilang padaku jika kau lapar." Yoongi buru-buru mendorong tubuh Jungkook agar menyingkir dari lemari penyimpanan bahan masakannya. "Kembalilah ke kamarmu, biarkan aku yang buatkan sarapan."

"Tidak hyung. Lagipula aku harus memasak banyak."

"Banyak? Memang ada apa?"

"Bukankah eomma dan appa akan datang?"

Yoongi mendengus kesal. "Hentikan Jungkook! Masuk ke kamarmu sekarang!" Tanpa sengaja suaranya meninggi.

"Tidak hyung, aku ingin-"

"Masuk kataku!" Bentak Yoongi.

Dengan tatapan kesal, Jungkook pergi dari dapur. "Aku tidak akan makan."

Yoongi tidak memperdulikan itu. Tidak lama setelah itu, dia sudah selesai membuat sarapan. Dia tahu betul adiknya sedang marah. Tapi apa boleh buat, Yoongi tak ingin Jungkook semakin terluka. Dia ingin melindungi adiknya sebisa mungkin saat ini.

"Jungkook, sarapannya sudah selesai. Keluarlah!" Yoongi mengetuk pintu kamar Jungkook sambil membawa nampan berisi makanan.

"Tidak." Jungkook berteriak dari dalam kamar.

"Maafkan aku Jungkook. Sekarang keluar dan makan dulu!"

"Kau makan saja sendiri. Aku akan makan jika mereka semua sudah ada di sini."

Yoongi termasuk orang yang keras kepala.  Dia tidak akan dengan mudah merubah pemikirannya. "Ya, terserah kau! Jika kau ingin makan, ambil saja di dapur." Setelah mengucapkan itu Yoongi benar-benar menaruh nampannya di meja dapur dan kembali ke kamarnya.

Sementara Jungkook, dia masih berdiam diri. Kamarnya dia kunci rapat-rapat. "Hyungie, kapan kau datang? Aku ingin memelukmu." Mata Jungkook pun mulai berair. Namun dia menepis kenyataan bahwa air matanya sudah menetes. "Hyungie, dia terus membentak dan memarahiku."

-

Tuan dan Nyonya Min saling tukar pandang. "Tentang Jungkook?" Nyonya Min membuka suara.

"Iya, bolehkah aku bicara sekarang?"

"Bicara saja, kami mendengarkanmu."

"Begini, tentang kondisi Jungkook..." Taehyung menarik napasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan perkataannya. "Dia tidaklah gila. Dia hanya menginginkan sesuatu yang tidak pernah dia dapatkan sebelumnya. Tapi dia tidak berani untuk mengatakannya. Makanya dia membutuhkan seseorang untuk membantunya mewujudkan apa yang selama ini hilang darinya."

Tuan Min menghela napas. "Katakan saja dengan jelas. Tak apa." Sebenarnya dia tau betul ke mana arah pembicaraan Taehyung. Namun dia ingin mendengarnya langsung dari pria manis itu.

Taehyung sedikit ragu. Tapi dia harus mengatakannya. Ini demi Jungkook, demi kebahagiaannya. Taehyung sedari tadi hanya menunduk sambil memainkan kaos bagian bawahnya. Dia menarik napas dalam sebelum melanjutkan perkataannya.

"Jungkook, dia tidak pernah melewati masa hidupnya dengan baik. masa kecilnya tidak dia habiskan seperti anak kecil kebanyakan, bahkan hal itu terus terjadi hingga dia remaja." Taehyung kembali mengambil napasnya sebelum melanjutkan.

"Masa kecil, kebahagiaan, kebebasan, kasih sayang, perhatian, Jungkook tidak pernah mengalaminya. Dia menginginkan itu..dia..."

"Cukup. Kami tau." Tuan Min segera memotong perkataan Taehyung. "Kami sangat tau itu sangat berat bagi Jungkook." Tuan Min menghela napasnya lebih dulu. "Kami tau kami memang salah memperlakukan Jungkook seperti itu, tapi saat itu kami tidak ada pilihan." Dan suara parau Tuan Min terdengar parau.

The Secret || KookV ✓Where stories live. Discover now