VASTATRIX 5

1.2K 79 5
                                    

Bintang 🌟⭐ ada di pojok bawah. Jangan lupa yah luv 😘

Kadang aku ingin tertawa pada takdir. Ketika mimpi di sandarkan pada belati. Hati mengayuh harapan semu.
~Vastatrix~

****

Pintunya terkunci. Sekali tendangan Edrick menjebol pintu depan rumah Arllete.

Bersama Pecy, Edrick menelusuri rumah sementara waktu terus memburu di belakang mereka. Intuisinya mengatakan di lantai atas dan benar saja. Gadis yang terlelap di bawah selimbut terlihat begitu pintunya Edrick buka. Damai dan tenang begitulah sosoknya yang tergambar di bawah cahaya remang-remang lampu tidur.

Nafasnya yang masih memburu dan debaran tidak karuan di dada masih bersarang tak mau ingkah sebelum berhasil menyelamtkannya.

Bahkan ketika tidur pun jika ada mata yang mengawasi pasti akan terasa, seperti Arllete yang membuka matanya. Melotot Arllete hampir berteriak melihat sosok pria besar berdiri di sampingnya. Jika saja tangan besar pria itu tidak membekap mulutnya pastilah suara nyaring sudah berhasil keluar dari kerongkongannya.

"Edd, aku melihat kotak itu di bawah. Cepatlah" percy menyusul berkata cemas.

Edrick menatap dalam mata Arllete "jangan berteriak. Jika melanggar kau tidak akan pernah tahu apa yang bisa aku lakukan"

Tanpa persetujuan logikanya, tatapan intimidasi tajam dan raut dingin pria itu membuat kepala Arllete mengangguk patuh. Takut, sudah pasti Arllete rasakan. Namun ketika pria ini membawanya dengan gaya bridal semuanya jauh lebih menakutkan dari yang Arllete rasakan sebelumnya, terlebih tatapan pria itu tidak lepas menatapnya membuat Arllete memalingkan wajah.

Membuka pintu belakang rumah yang di rasa aman, Percy membiarkan Edrick keluar lebih dulu membawa Arllete dalam gendongannya.

Namun baru saja beberapa langkah mereka menjauhi rumah, ledakan besar memekikan gendang telinga sekaligus memacu adrenalin terdengar keras. Membuat orang-orang itu terpelanting jauh beberapa meter.

Sigap Edrick mendekap tubuh Arllete erat membiarkan tubuh mereka bersatu dan berguling-guling di atas tanah mengenaskan. Hingga pada putaran terakhir Arllete berada di atas tubuh Edrick. Dengan wajah kusut netra mereka bertumbuk.

Ekor matanya menangkap pecahan kayu berapi terlempar kearah mereka, kembali mendekap tubuh gadisnya Edrick membalik tubuhnya menjadi di atas dan mengayomi tubuh Arllete.

Satu erangan keras bisa jelas Arllete dengar ketika punggung pria ini terhantam. Wajah kesakitannya terlihat nyata di atas mata Arllete. Bergetar hebat tubuh Arllete, otaknya masih beku belum bisa mencerna apa yang terjadi.

"Kau tidak apa-apa?" Suara bariton itu terdengar khawatir.

Bukannya Arllete yang harus bertanya demikian? Kenapa pria ini "fine"

"Bagus"

Senyum lega pria itu membuat waktu Arllete beku seketika, jarak wajah mereka dan hembusan lelah nafas pria itu membelai wajahnya di atas suhu yang tiba-tiba menjadi panas.

Menyadari suhu di sekitarnya berubah Arllete menoleh pada pijaran api dan asap yang membumbung tinggi mengepul di udara. Rumahnya porak-poranda dan terbakar hebat

Pijaran api itu menjadi api unggun terbesar di malam hari terlahap bersama ironi.

"Paman, Bibi" teriak Arllete bangkit menuju sumber ledakan.

"Jangan kesana kau gila!"

Menahan tubuh Arllete, Edrick menarik pingganya.

"Lepaskan. Aku harus menyelamatkan mereka" cengkramannya ia lepas dan berlari.

VASTATRIX Cartel (Complete)Where stories live. Discover now