VASTATRIX 46

641 51 56
                                    

Hai... apa kabar 😊

Ngaret lagi ya hehe... makanya sekarang agak di panjangin. Ada yang kangenkah.

Jangan lupa vote dan coment. Happy reading 💚

Go follow Arnesius untuk menjadi kontribusi penyemangat karya saya.

***
Samar-samar suara ketukan terus mengalun ditelinganya. Semakin lama semakin kentara bahwa itu bukan mimpi. Yoseline mengerjapkan matanya. Setengah sadar ia berjalan membuka pintu kamar.

"kau masih ngantuk? Aku boleh masuk, terimakasih" Jay menyerobot masuk.

Kepalanya tergelak ke belakang "apa yang kau lakukan disini, tau jam berapa sekarang?"

Matanya melirik arloji mewah miliknya "4.35 pagi" cengirnya, matanya membentuk lengkungan "jadi ini kamarmu di mansion Edrick, apa kamar pelayan lainpun seperti ini?" Ia mengedarkan pandangnya keseluruh sudut, mengamati. Yang jelas ini bukan kamar yang sempit yang hanya mampu di tinggali tikus. Namun luasnya hampir menyamai kamar utama. Nampaknya Edrick tidak ingin membeda-bedakan.

"Kurang lebih sama. Tunggu, sebaiknya kau keluar aku tidak ingin ada orang lain yang salah paham"

Jay membaringkan diri dikasur tanpa permisi "siapa yang akan terbangun di jam sekarang. Aku datang untuk mengantarkan itu" Jay menunjuk papper bag yang dia letakan dilantai.

Yoseline memeriksanya, ia hampir memekik terkejut melihat isinya "ini untukku? Bagaimana kau tahu aku menginginkan ini" matanya berkaca-kaca.

"Aku melihatmu memegangnya. Jika wanita sampai memegang sepatu yang dilihatnya maka dipastikan dia menginginkannya"

"Tapi harganya bahkan berkali lipat gajihku disini"

"Memangnya aku semiskin itu?"

"Jadi ini tidak memberatkanmu?"

"Kalau berat tidak mungkin aku beli, 1000 pasang sepatu seperti itupun mampu aku beli. Cobalah pakai" Jay duduk mengamati.

Yoseline tersenyum getir "Paling sepatu yang memiliki hak setinggi ini hanya mampu aku pakai sebelah"

Jay bangkit "biar kubantu, berpeganglah padaku"

Yoseline menatapnya ragu tapi kemudian ia setuju mencoba keduanya, tangannya berpegangan pada pundak Jay. Kakinya hampir keseleo namun Jay memegang pinggangnya lebih dulu. Kini mereka bak pasangan yang datang ke pesta dansa.

"Percayalah kau bisa melakukannya, sekarang coba jalan kembali"

"Akan ku coba"

Setelah beberapa langkah yang payah Yoseline berhenti "terimakasih karena sudah membuatku mencoba hal normal yang wanita lain pakai"

Jay mengangguk dia mendudukan Yoseline kembali diatas kasur "Meski hadiahku tidak bisa sering kau pakai ku harap kau masih sudi menyimpannya"

"Tentu saja akan ku simpan mana mungkin ku jual"

"Karena kau bilang begitu aku merasa curiga"

"Ah benar juga aku merasa mendapatkan ide" ia mengulum senyum.

"Hey jangan coba-coba!" Jay menatapnya penuh ancaman.

Jay tertawa karena melihat Yoseline tertawa. "Aku keluar sekarang, tidurlah lagi"

Kepalanya mengangguk "terimakasih hadiahnya" senyumnya sangat lebar.

**
Kumpulan berita tv pagi ini membuatnya bosan, duduk di sofa kamar Arllete terlihat jenuh. Biasanya saat seperti ini ponsel adalah obat ampuh tapi ia tidak memilikinya sekarang. Kontak dengan dunia luar sudah dibatasi, lagi pula akan terdengar aneh jika dia punya ponsel lantas menghubungi teman-temannya. Pasti mereka sangka Arllete bangkit dari kubur. Karena kematiannya telah dipalsukan, ya lord yang benar saja.

VASTATRIX Cartel (Complete)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu