"Cinta itu racun tanpa obat penawar."-Aksara Denta Karanva.
"Cinta itu anugrah dari Tuhan untuk kita rasakan kehadirannya di dalam hati."-Sastra Rahmasya.
Bercerita tentang Aksara Denta Karanva. Murid tampan dari SMA Kalingga yang memiliki sifat gal...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
_______________________________
“Hidup itu penuh sejuta tanda tanya. Bahkan hatimu sendiri terkadang mengandung teka-teki. Salah satunya siapa yang sebenarnya kamu cintai dan mengapa kamu mencintai dia?” ______________________________
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
17. PERKELAHIAN
“KENAPA Kak Aksa nyari yang punya gelang itu?” tanya Sastra takut-takut.
“Mau gue habisin!” jawab Aksa membuat Sastra semakin takut berada di dekat Aksa.
“Ta-tapi kenapa?”
“Yang punya gelang ini udah ngerusak banner Ascargo di markas,” jawab Aksa.
Sebuah sekilas ingatan berputar dalam pikiran Sastra. Bagaikan putaran film lama. Sastra adalah orang yang telah merusak banner Ascargo di markas. Kejadian itu terjadi saat Aksa pertama kali mengajak Sastra ke markas.
Tapi Sastra tidak sengaja melakukannya. Pada saat itu Sastra sehabis dari toilet yang ada di markas. Sastra kagum dengan penampakan banner Ascargo yang terpajang di dinding markas.
Saat Sastra ingin melihat banner Ascargo dengan lebih dekat. Sastra menginjak tali sepatunya yang terlepas hingga membuat Sastra terjatuh. Ketika jatuh kedua tangan Sastra berpegangan pada banner. Membuat banner yang terpajang di dinding itu tertarik lalu robek karena tersayat paku tajam yang menempel di dinding.
“Lo mikir apa?” tanya Aksa mengamati Sastra sejak tadi melamun.
“Hah? A—aku gak mikir apa-apa!”
“Kayaknya lo tau siapa yang punya gelang ini,” tebak Aksa memicingkan matanya menatap Sastra curiga.
“Eng—enggak! Aku gak tau apa-apa!” balas Sastra menggeleng cepat.
“Kenapa lo keringetan?” tanya Aksa mengusap bulir keringat dingin di pelipis Sastra dengan jari.