34. HADIRNYA MURID BARU?

127K 11.8K 4.5K
                                    

34. HADIRNYA MURID BARU?

Kadang ada kalanya yang tadinya penting dan di istimewakan. Menjadi terbuang lalu di lupakan begitu saja.”—SastraRahmasya.

“KAMU marah sama aku?” tanya Sastra memegang tangan Aksa yang duduk di sampingnya. Sejak tadi Aksa belum bicara apapun.

Hanya suara kicauan burung yang seakan menjawab pertanyaan Sastra. Kebisuan Aksa bahkan sampai bisa membuat suara desiran angin terdengar jelas.

“Aku minta maaf. Aku enggak tau kalau Kak Varo bakal ngomong gitu ke aku,” tutur Sastra jujur.

“Kamu enggak salah,” ujar Aksa tanpa menoleh pada Sastra.

“Terus kenapa kamu marah sama aku? Noleh aja nggak. Marah banget ya sama aku?” tanya Sastra mulai berkaca-kaca.

Di diam kan adalah hal paling menyakitkan. Apalagi di diamkan oleh orang yang di sayang. Rasa sakitnya berlipat-lipat ganda.

“Aku lebih suka waktu kita masih belum pacaran,” kata Sastra langsung membuat Aksa menoleh.

“Marah kamu dulu lucu. Enggak kaya sekarang. Setiap marah pasti diemin aku,” kata Sastra lagi.

“Udah aku bilang kan? Aku nggak marah sama kamu,” ujar Aksa.

“Kenapa kamu nurut waktu Varo ngajak kamu ke kantin?” tanya Aksa dingin.

“Aku udah nolak. Tapi dia pegang tangan aku kuat banget,” jawab Sastra jujur.

Tanpa sengaja Aksa melihat ada bekas cengkraman tangan berwarna kemerahan di pergelangan tangan Sastra. Emosi dalam diri Aksa mulai meletup kembali. Aksa yakin bekas cengkraman di tangan Sastra itu gara-gara Varo. Aksa meraih perlahan tangan Sastra.

“Sakit?” tanya Aksa. Sastra menggeleng pelan. “Jangan bohong! Ini pasti sakit. Sampe merah gini juga.”

“Sakitnya kalau kamu diemin. Itu baru sakit,” tutur Sastra menatap lugu Aksa.

“Maaf kalau aku udah diemin kamu tadi. Ada banyak yang lagi aku pikirin,” ujar Aksa menarik nafas lalu menghembuskannya pelan.

“Jangan terlalu di pikirin.”

“Gimana nggak aku pikirin kalau punya cewek secantik kamu? Banyak cowok yang suka sama kamu,” ujar Aksa sedikit cemburu.

Sastra perempuan dengan segala keunikannya. Tak hanya paras Sastra saja yang begitu cantik. Tapi keluguan dan sifat polos Sastra juga menjadi daya tarik tersendiri di mata laki-laki lain. Dari Davin, Arka, dan Varo semua tertarik pada Sastra. Entah siapa lagi yang akan bersaing dengan Aksa.

“Kamu juga banyak yang suka. Hampir semua cewek di sini suka sama kamu,” kata Sastra mengingatkan Aksa.

“Kecuali aku! Waktu pertama kali ketemu kamu. Aku nggak suka sama kamu,” kata Sastra lagi.

Aksa mengernyit. “Kenapa kamu nggak suka aku?”

“Karena kamu galak! Aku enggak suka cowok galak,” jawab Sastra terlalu jujur.

“Tapi buktinya sekarang kamu malah suka sama aku,” ujar Aksa menarik bahu Sastra dengan sebelah tangannya. Membiarkan gadis itu bersandar di bahu kekarnya.

“Sekarang kamu beda,” ucap Sastra mengukir seulas senyuman manis. “Sekarang kamu jadi baik. Enggak galak lagi.”

“Tapi kenapa kamu tetep sama? Enggak ada perubahan. Masih sedikit bloon,” ujar Aksa blak-blakan tanpa sensor.

AKSARA (TAMAT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant