31. MELEPASKAN & RASA TAKUT

154K 13.1K 3.5K
                                    

31. MELEPASKAN & RASA TAKUT

“Salahkah jika aku takut kehilanganmu dengan alasan yang tak bisa kujelaskan?”—SastraRahmasya.

“Kalau melepaskan adalah cara terbaik untuk melupakan. Kenapa tidak?”—ArkanaAderald.

NAJWA kapan lo nerima gue jadi pacar lo?” tanya Daniel mengikuti Najwa dengan langkah pincangnya.

Najwa hanya melirik kesal. Lihat saja! Sebelah kaki Daniel sedang sakit. Berjalan saja pincang. Tetapi cowok itu masih semangat merayu Najwa agar mau menjadi pacarnya. Kapan buaya ini akan tobat?

“Lo gak kasihan sama gue apa Wa? Kaki gue lagi sakit tapi gue tetep usaha buat dapetin lo,” ujar Daniel dengan nada memelas berharap Najwa akan luluh padanya.

“Itu sih derita lo!” ketus Najwa tanpa berhenti berjalan. Menoleh pada Daniel pun tidak. “Gue gak peduli.”

“Kalau lo gak peduli sama gue. Kenapa kemarin lo khawatir sama gue?” tanya Daniel membuat langkah Najwa terhenti lalu berbalik menghadap Daniel.

“Gue—” ucapan Najwa terpotong.

“Gue tau Wa! Lo suka kan sama gue?!” tebak Daniel langsung. Dengan perlahan Daniel berjalan mendekati Najwa yang belum berpindah posisi.

“Kenapa lo gak mau ngaku ke gue tentang perasaan lo Wa?!” tanya Daniel. Suasana yang sebelumnya tenang kini berubah serius.

“Apa karena agama gue beda dari lo?!” tanya Daniel frontal. “Atau karena gue cowok playboy? Yang Suka main perempuan?!”

Najwa diam membisu. Lidahnya tersekat tak bisa berkata apa-apa. Akhir-akhir ini Najwa memang sering memikirkan Daniel. Tapi Najwa belum tau apa alasannya ia terus memikirkan Daniel.

Daniel tersenyum miris. “Lo buat perasaan gue gak terarah Wa! Sadar gak lo?!” tanya Daniel.

“Maaf Daniel,” lirih Najwa.

“Kenapa lo minta maaf?! Lo gak peduli kan sama gue?! Buat apa minta maaf?! Itu gak akan ngobatin luka hati gue Wa!” ujar Daniel semakin membuat Najwa merasa bersalah.

****

DavinSanjaya : Lo pikir gue bakal berhenti kalau Sastra udah jadi pacar lo?

Aksa menggenggam kuat-kuat ponselnya setelah membaca pesan dari Davin. Sudah Aksa duga Davin tidak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan Sastra. Sesudah mengubah status Sastra sebagai pacarnya. Tugas Aksa untuk menjaga Sastra juga semakin besar.

“Ini buat kamu,” ucap Sastra seraya menyodorkan kotak bekal kepada Aksa yang duduk di bangku panjang depan kelas.

“Aku buatin kamu nasi goreng tadi pagi,” ujar Sastra duduk di samping Aksa. “Mau makan? Aku yang suapin.”

Aksa tersenyum tipis lalu mengangguk. Sastra membuka tutup kotak makan yang berada di atas pangkuannya. Dengan sangat senang Sastra menyuapi Aksa.

“Gimana? Enak nggak? Aku masak sendiri,” tutur Sastra setelah menyuapi Aksa.

“Keasinan,” ujar Aksa mengernyit. Senyuman di bibir Sastra perlahan turun. Tergantikan dengan raut wajah sedih.

“Kalau keasinan jangan di makan aja ya. Nanti kamu malah sakit lagi,” ujar Sastra menutup kembali bekalnya namun di tahan oleh Aksa.

“Aku bercanda Sayang,” ujar Aksa sambil mengusap puncak kepala Sastra lembut. “Masakan kamu enak. Aku suka.”

“Beneran? Jangan-jangan kamu bilang gitu biar aku enggak sedih lagi?” tebak Sastra.

AKSARA (TAMAT)Where stories live. Discover now