41. WANITA IBLIS & MUSUH YANG TAK DI DUGA?
“Kamu bisa menghancurkan kebahagiaan orang lain sesukamu. Tapi jangan terkejut saat nanti kebahagiaan kamu sendiri yang hancur. Kamu harus ingat Karma never forgets bad people.”—VannesaRahma.
“AGRIOSE nantang Ascargo malem ini,” kata Daniel memberitahu teman-temannya yang berada di dalam markas.
“Dadakan banget kek tahu bulat?” heran Alle lalu meneguk minuman kalengnya. “Dimana nantangnya? Markas mereka lagi?”
“Lokasi yang mereka sharelock di Lapangan Van Den Bosch,” jawab Daniel.
“Terima gak Sa?” tanya Daniel pada Aksa yang sedang merokok di bangku markas. Aksa jarang sekali merokok. Hanya saat dilanda masalah saja Aksa merokok.
Aksa menghembuskan asap rokoknya ke udara. “Terima lah! Sampe kapan pun Ascargo gak akan pernah nolak tantangan musuh!” ujar Aksa.
“Raka mana? Tumben tuh bocah kagak keliatan,” heran Bams mencari-cari keberadaan Raka di sekitar markas.
Di antara anggota Ascargo lainnya. Hanya Aksa saja yang tau alasan Raka tidak datang ke markas. Aksa berpikir Raka tidak datang ke markas karena sedang marah pada Aksa setelah kejadian tadi. Tapi Aksa tidak peduli akan hal itu.
“Gue chat Raka gak di bales padahal online. Emang temen bangsat,” ujar Daniel kesal.
“Lo berani ngatain Raka bangsat cuma di belakangnya. Giliran di depan orangnya langsung kicep lo!” ucap Bams pada Daniel.
“Raka gak ikut ntar malem?” tanya Alle. Kehadiran Raka cukup berpengaruh di Ascargo. Selain menjadi wakil ketua. Raka memiliki otak yang cerdik dalam menyusun strategi.
“Gak masalah Raka gak dateng. Tanpa dia Ascargo juga bisa menang,” ucap Aksa cuek.
****
Suara derum dari berbagai motor mengisi keheningan di jalanan gang yang menuju ke lapangan Van Den Bosch. Aksa mengendarai motor besarnya paling depan di antara anak-anak anggota Ascargo lainnya. Aksa memakai bandana hitam yang melingkar di dahinya. Rambut hitam kecoklatan setengah basah yang berantakan. Sorot mata tajam yang terus mengintai ke segala arah. Aksa terlihat lebih buas dari biasanya.
Tampan tapi mematikan bak Dewa Kematian. Itulah kesan Aksa sekarang.
Motor Aksa berhenti di pinggir lapangan Van Den Bosch di ikuti teman-temannya yang lain. Di sekitar lapangan itu sudah ada beberapa anak-anak Agriose yang di pimpin Davin. Aksa turun dari motor besarnya.
“Dateng juga Ketua Ascargo,” ucap Davin saat mengetahui kehadiran Aksa beserta anggota Ascargo.
“Perlu gue tegasin berapa kali?! Gue sama temen-temen gue bukan pengecut kaya lo!” tegas Aksa membuat Davin merasa terhina atas perkataan Aksa.
“Lo ngomong apa tadi?!” tanya Davin tersulut emosi akibat perkataan Aksa.
“Udah mental tempe! Budek lagi!” cibir Daniel dari atas motornya. Cowok pemilik wajah kebule-bulean itu menatap sinis Davin.
“Diem lo anak Mami!” peringat Davin yang tertuju untuk Daniel.
“Anjing! Cari gara-gara lo hah?!” tanya Daniel seraya turun dari atas motornya lalu berjalan menghampiri Davin.
“Niel! Tahan emosi lo!” ujar Aksa menahan dada Daniel yang hendak mendekat ke arah Davin.
Daniel sangat sensitif ketika ada orang yang mengejeknya anak Mami. Pada dasarnya Daniel memang anak Mami yang sangat manja. Saat Daniel sakit dengan sifat manjanya Daniel meminta Ibunya untuk menyuapinya dan mengusap kepalanya ketika hendak tidur. Kejadian itu pernah tertangkap oleh Alle. Akhirnya Alle lah yang pertama kali mengejek Daniel dengan sebutan anak Mami. Hingga anak-anak Ascargo mengetahuinya dan sampai ke telinga musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (TAMAT)
Teen Fiction"Cinta itu racun tanpa obat penawar."-Aksara Denta Karanva. "Cinta itu anugrah dari Tuhan untuk kita rasakan kehadirannya di dalam hati."-Sastra Rahmasya. Bercerita tentang Aksara Denta Karanva. Murid tampan dari SMA Kalingga yang memiliki sifat gal...