2. Vegas

5.3K 351 7
                                    

                Sebuah aula yang terletak di salah satu gedung di Jakarta menjadi pilihan perusahaan untuk membuat acara launching produk baru. Acara dengan tema glam for Halloween ini mengundang banyak peran yang sangat berpengaruh di bidang fashion. Sederetan nama desaigner dalam negeri sudah pasti menjadi pengisi kursi barisan depan, kemudian para beauty influencer, fashion blogger, dan Selebgram juga diundang dengan tujuan mempromosikan produk di sosial media mereka.

Wanita yang menjadi CEO perusahaan tempatku bekerja sedang memberikan pidato mengenai produk terbaru yang akan rilis dan siap diperjualbelikan dalam hitungan menit melalui laman resmi perusahaan. Aku melihatnya dari sisi samping panggung sembari menyiapkan diri untuk speech. Sebagai PR aku harus bisa memperkenalkan dan meyakinkan para calon customer terhadap produk perusahaan.

Saat wanita dengan usia kepala lima itu menyebut namaku, dengan seluruh percaya diri yang masih ku miliki untuk melawan gugup, aku melangkah ke bagian tengah panggung berbarengan dengan empat tas—produk terbaru yang dimasukan ke dalam kotak kaca.

Ratusan orang menempatkan pandangannya pada titik poin tempatku berdiri, rasanya seperti disudutkan, tetapi aku harus professional dan tidak boleh terlihat gugup walaupun gugup memanglah hal yang wajar. Dengan berpura-pura sangat percaya diri aku mulai menyapa audience, kemudian membahas bahasan ringan yang sedang terjadi akhir-akhir ini di bidang fashion dan setelah cukup dibagian pembuka aku mulai mengenalkan produk terbaru perusahaan dan mengungkapkan keunggulannya.

Sekitar setengah jam aku berbicara sampai mulut berbusa mempromosikan produk-produk ini, tibalah waktu menghitung untuk produk ini rilis di Indonesia. Hitungan mundur yang diakhiri dengan confetti, asap, dan kotak kaca yang terbuka. Tepuk tangan riuh dari audience lagi-lagi sukses membuatku merinding dan merasa bangga dengan diri sendiri. Padahal ini sudah keempat kalinya aku menjalani acara seperti ini dari perusahaan.

Acara inti selesai dan dilanjutkan dengan dinner bersama tamu undangan. Aku melihat wajah-wajah familiar setiap kali perusahaan mengadakan acara launching atau  fashion show. Waktu pertama kali mengikuti acara semacam ini, aku masih sangat norak. Rasanya seperti ingin mengajak foto setiap tamu undangan yang ku kenal. Tapi lama kelamaan aku malas bahkan cenderung bosan bertemu wajah yang sama.

"Laura," suara lembut dengan intonasi yang tidak pernah berlebihan saat berbicara itu terdengar memanggil namaku.

Aku tau betul siapa yang memanggil. Ku pelankan sedikit gerakan pisau yang memotong daging agar wanita itu dapat perhatian dariku saat berbicara. "Iya, Bu?" jawabku sopan.

"Minggu depan sudah tidak ada siaran pers atau kerjaan berat yang harus kamu kerjakan kan? Bisa ikut saya ke Vegas?" perintah dalam balutan pertanyaan ini sering ku dapat dari wanita nomor satu di perusahaan.

"Sudah tidak ada, Bu. Kemungkinan besar saya bisa ikut." Balasku sopan sembari memberikan senyum diakhir kalimat.

"Bagus. Jika ada kerjaan, sebaiknya kamu selesaikan sekarang karena kita ke Vegas untuk kerja juga dan ada banyak hal yang harus kamu kerjakan di sana."

Aku mengangguk, "siap, Bu."

Ia tersenyum dan kembali menyuapkan daging ke dalam mulut. Jika ia sudah berkata demikian, maka tidak ada yang bisa ku lakukan.

CelibateWhere stories live. Discover now