19. Kasmaran Lagi

1.6K 161 5
                                    

"Jadi kapan aku bisa ketemu orangtua kamu?" tanyaku pada Dimas sembari menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut.

"Nanti aku coba atur jadwal sama mereka,"

"Emang mereka sibuk banget?Masih kerja dua-duanya?"

Dimas mengangguk. "Biasa, Pekerjaan ga kenal umur."

"Iya sih," setahu ku Dimas anak dari tentara angkatan udara, sementara ibunya menjadi ibu Dharma Wanita. Dan sepertinya masih belum pensiun hingga sekarang.

Setahuku memang ada batas usia tertentu untuk pekerja sipil seperti bapaknya Dimas. Tapi entah apa yang membuatnya masih aktif di dunia angkatan dengan usia hampir kepala enam. Dimas pernah bilang bahwa bapaknya sudah tidak turun ke lapangan lagi melainkan kerja dikantor Angkatan Udara. Mungkin selama tidak turun ke medan perang dan fisik masih mumpuni, maka Tentara masih bisa bekerja. Mungkin saja.

"Ngomong-ngomong...,kalo nanti kita nikah, kamu keberatan ga aku masih kerja?"

"Ga masalah," jawab Dimas santai sembari memakan nasi gorengnya.

"Kalo udah punya anak dan aku masih mau berkarier, gapapa?" pertanyaanku lebih spesifik.

"Kalo kamu bisa atur waktu, kenapa aku harus larang?" kali ini ia menoleh ke arahku. Matanya memancarakan rasa hangat dan tenang.

Aku terpaku dalam tatapannya. Tanpa sadar sudut bibirku tertarik membentuk sebuah senyum tipis. Dimas sepertinya akan menjadi pasangan yang supportif.

Kami memutuskan untuk kembali makan sampai pada akhirnya di kepalaku muncul sebuh ide. "Gimana kalo aku ketemu orangtua kamu minggu depan? Lebih cepat lebih baik kan?"

Dimas tampak sedikit terkejut, namun detik berikutnya ia mulai berekspresi seperti biasa. Tidak banyak ekspresi lagi dan memilih untuk melanjutkan makannya.

"Gimana?" tuntutku.

"Kita liat nanti," jawabnya santai.

Aku hanya bisa terdiam dan memilih pasrah. Dimas lebih tahu jadwal orangtuanya dibanding aku, jadi memang lebih baik aku menunggu pihaknya yang mengabari dibandingkan mengambil asumsi seperti tadi. Tapi..., aku kan hanya ingin segalanya diproses lebih cepat, apa salah?

***
Maria —CEO perusahaan tempatku bekerja baru saja mengabari tadi pagi tentang betapa tertariknya ia membuat sebuah event awards untuk para beauty dan fashion influencer karena minggu lalu baru mengunjungi BeautyFest. Aku tahu betul kemana arah pembicaraannya, ia pasti ingin aku mengurus sebuah event yang akan menjadi ajang promo produk terbaru perusahaan.

Hari ini aku memutuskan untuk naik taksi online, karena kepalaku terlalu pusing untuk menyetir sepertinya flu berat. Sebelum sampai kantor, biasanya aku akan membaca berita terbaru tentang perusahaan tempatku bekerja, tapi kali ini aku malah mencari agensi EO untuk diajak kerjasama membuat event impian si Maria.

Tling
Sebuah pesan singkat masuk.

Athena: Kita dapet satu klien, dari perusahaan FnB. Pulang kerja bisa mampir ke kantor kan?

Aku bahkan lupa tentang kerjasama membangun konsultan dengan Athena. Belakangan ini karena difokuskan dengan kerjaan dan hubungan, aku jadi lupa hal-hal lainnya. Seperti konsultan PR yang aku setujui dengan Athena ini misalnya.

Me: Diusahaain. Lagi mau cari EO buat event kantor, ada rekomen?

Tidak perlu menunggu lama, sebuah chat masuk tertera di notifikasi ponselku.

Athena: Summer Live.

Sebenarnya aku sudah ada pikiran tentang agensi EO tersebut, tapi aku memikirkan budget yang harus dikeluarkan. Ditambah lagi Maria bilang bahwa ia hanya ingin buat event dengan tamu undangan saja, jadi aku merasa tidak perlu EO sekelas Summer Live yang harus menangani.

CelibateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang