14.Firma

1.6K 177 2
                                    

Drt...drt...

Ponselku bergetar dari dalam saku rok. Sembari melangkah menuju parkiran, aku merogoh saku dan mengambil layar tipis itu.

Melihat nama Athena tertera di sana, seulas senyum terlukis di bibirku. Kebetulan, aku hari ini ingin makan malam di luar setelah balik kantor.

"Halo?" ujarku begitu menerima sambungan telepon.

"El, bisa temenin gue ke daerah SCBD ga?"

"SCBD? Ngapain?"

"Mau ketemu orang,"

"Di kafe atau restoran?" tanyaku kembali sembari memberikan sensor tangan untuk membuka pintu mobil.

"Gedung kecil. Udah temenin gue aja, nanti gue ceritain."

"Yaudah. Gue jemput dimana?"

"Di sarinah aja, gue lagi di sini."

"Okidi." tepat setelah mengucapkan kata tersebut, aku memutus sambungan. Mesin mobil yg sudah ku hidupkan pun sepertinya sudah cukup panas untuk langsung melaju.

Ku turunkan rem tangan, dan memindahkan persneling dari posisi netral. Lalu melaju keluar dari kantor yang baru beberapa meter sudah macet.

Lampu merah perempatan jalan memang sudah menjadi spot macet terbaik. Mobilku bisa stuck selama tiga puluh menit di sini. Karena bosan, aku memindahkan lagi posisi persneling ke netral dan menaikan rem tangan. Memilih meraih ponsel dan membuka instagram.

Snapstory milik Victor berada paling kiri begitu aku membuka akun Instagram. Ku buka tangkapan ceritanya hari ini, tidak ada yang terlalu menarik. Isinya hanya kafe Victor di bali, kemudian cerita keduanya berisikan penampilan nanti malam yang disuguhkan di kafenya.

Aku tau Victor workaholic dari dulu. Ia sering membatalkan janji dengan Athena jika sudah berurusan dengan lembur. Yap, Victor pernah bekerja menjadi karyawan di salah satu start up. Padahal kantornya enak karena dilengkapi fasilitas menyenangkan seperti playground, bedroom, dan tempat meeting-nya jauh lebih colorful dibandingkan kantorku. Dan terasa lebih unformal dibanding kantor lain. Tapi Victor memang menginginkan menjadi pengusaha dari dulu, jadi semua gajinya ia kumpulkan untuk kafenya sekarang di Bali. Tidak heran jika Victor sangat menyayanginya bahkan lebih dari ia sayang kepada Rexha, karena kafe itu sudah seperti anak untuk Victor. Bahkan ia menamai kafenya The Baby's.

Tin....

Aku sedikit terkejut karena terlalu asik melihat-lihat Instagram sampai lupa bahwa mobil di depan sudah jalan. Karena sedikit panik, aku meletakan ponsel di bangku penumpang sebelahku, kemudian menurunkan rem tangan dan memindahkan persneling sampai pada akhirnya aku kembali melajukannya.

Sekitar 50 menit di jalan, akhirnya aku sampai di sarinah. Aku menelpon Athena sebelumnya agar ia menunggu di luar karena aku tidak mau masuk dan parkir dulu. Ribet.

Athena berdiri di pintu keluar. Ku pinggirkan mobilku ke arahnya. Ia pun langsung masuk ke dalam mobil.

"Hei," Athena memberiku cipika-cipiki dibarengi dengan satu kantong kertas cokat dengan logo kafe di bagian kanannya. "Buat lo." ujarnya.

"Ih repot-repot," aku mengambilnya dan melihat ada cheese bun dan satu mangkuk karton sebagai tempat meletakan gelas kopi.

"Ah kaku banget lo," Canda Athena. "Mau gue yang bawa aja ga mobilnya? Biar lo makan dulu?"

"Boleh," tanpa basa-basi aku menerima tawarannya. Melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil untuk pindah ke kursi penumpang.

Setelah masuk kembali ke mobil di kursi sampingnya, Athena sudah siap untuk memindahkan persneling. Kemudian ia melajukan mobil sementara aku mulai mengeluarkan bun dari dalam kertas kemasannya.

CelibateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang