9. Mawar

2.2K 233 15
                                    

Maria membahas soal kerjasama dengan perusahaan yang ia mau ajak kerjasama di rapat kemarin. Seperti biasa, jika membahas soal kerjasama dengan perusahaan lain sudah pasti akan menjadi bagianku. Karena aku PR di perusahaan ini, jadi semua tugas kerjasama diberatkan padaku.

Salah satu perusahaan di bidang produksi parfume menjadi target kerjasama yang diinginkan oleh Maria. Perusahaan tersebut juga perusahaan asing, jadi ada banyak hal yang harus aku tahu sebelum menawarkan kerjasama pada mereka. Dari mulai reputasi, strategi pasar, sampai ke hubungan internal perusahaan tersebut harus dicari tahu. Hal ini dilakukan guna meminimalisir kegagalan kerjasama yang sudah berlangsung nanti.

Mataku mulai serius menatapi kata demi kata yang ada di layar tipis laptop. Mencari bagian-bagian penting yang harus ku masukan ke laporan dan diserahkan pada Maria besok lusa. Dalam keheningan aku mendapatkan fokus untuk mengerjakan laporan, sampai pada akhirnya suara dering telepon yang berada di sudut meja berbunyi membuatku tersentak karena kaget.

Kring...kring...

Aku menghela napas mencoba meredam amarah karena rasa kesal. Telepon itu terus berdering dan sudah kewajiban untuk mengangkat, takut-takut panggilan itu dari Maria yang berada di ruang sebelah.

"Halo?" ujarku dengan nada bicara lembut.

"Halo, Bu Laura, ini saya Ella dari bagian resepsionis," jawab seseorang yang rupanya berada beberapa lantai di bawah ruang kerjaku.

"Iya ada apa?" ucapku tetap sopan.

"Ibu dapat kiriman bunga dari Pak Dimas, mau saya simpan atau mau langsung diantarkan ke ruangan Ibu?" tanya Ella sopan.

Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang. Reflek tanganku memegang dada sebelah kiri dan mencoba menahan rasa kegirangan itu. "Uhm, Dimasnya masih ada di bawah?" tanyaku.

"Bukan Pak Dimas Bu yang antar, tapi ojek online. Tukang ojeknya juga hanya ngasih bunga dan nitipin surat, tidak ada pesan lain."

Aku menghela napas pelan. Syukurlah, Dimas tidak di sini. Karena jika ia ke sini maka pekerjaanku akan tertunda. Dan aku tidak enak juga dengan Maria karena ia kan jarang di kantor, jika ia tahu jam kerjaku banyak dihabiskan di jam makan siang kan terkesan tidak professional.

"Kalau gitu antar ke ruangan saya aja."

"Baik, Bu."

Tepat setelah mendapatkan jawaban dari Ella, aku memutus sambungan dengan meletakan kembali ponsel di tempat semula. Fokusku sudah mulai terpecah dan rasa tidak sabar ingin melihat bunga itu pun mengganggu pengerjaan laporan.

Tok...tok...tok...

Begitu suara ketukan pintu itu berbunyi, aku segera bangkit dari tempat duduk dan beranjak untuk membuka pintu. Saat kedua kaki sudah menapak di balik pintu kayu, aku segera menarik dan membuka pintu.

"Bu Laura, ini bunga titipan dari Pak Dimas." Ujar seorang office boy yang mengantar bunga ke ruanganku.

Ekspektasi hanyalah rangkaian bunga biasa yang dilengkapi dengan kertas hias sebagai pemanis. Rupanya dugaanku salah, karena rangkaian bunga yang datang dalam bentuk bucket besar. Perkiraanku ada seratus tangkai mawar merah di dalam bucket berwarna putih ini.

CelibateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang