"Apa? Nikah?" garpu dan pisau yang semula bergerak memotong daging pun terhenti.
Ku anggukan kepala sembari memasukan sepotong sirloin dengan siraman saus barberque.
Dian menggelengkan kepalanya, mulut yang semula terbuka mulai terkatup. "Dia punya pacar dan masih bisa cium-cium cewe lain, di bibir lagi. Jijik!" omel Dian.
"Kan gue udah bilang tadi, what happened in Vegas stay in Vegas. That's all." Balasku santai karena aku sudah komitmen untuk melupakannya sejak dua hari yang lalu.
"Ya iya sih, tapi..., ah sialan jadi gue yang uring-uringan. Ga terima banget gue lo disamain kaya cewe-cewe yang biasa one night stand,"
Pandangan yang semula fokus pada makanan kini ku alihkan pada Dian. "Gue ga sampe tidur sama dia lho, inget. Lagian ya..., yaudahlah anggap aja ciuman gue saat itu jadi hadiah buat nikahan dia."
Dian lagi-lagi menggeleng, "gara-gara ciuman otak lo menciut nih, yang begitulah dibiarin." Ia tampak kesal, namun memilih untuk melanjutkan makan.
Sedotan yang menempel di bibir mulai ku lepas, saat minuman itu berhasil melewati kerongkongan. Aku kembali menatap Dian. "Terus gue harus apa? Ga mungkin kan gue batalin pernikahan dia dan minta pertanggung jawaban sebuah ciuman di kelab malam yang ga berujung kemana-mana?"
"Seengganya lo minta dia kasih tau lah alasan dibalik dia nyium lo, El."
Aku mendecak, "ck! Bisa malu seumur hidup gue kalo nanya kaya gitu ke dia. Pas kemarin diajak ngobrol tampangnya kaya ngerasa ga ada apa-apa gitu kok, tandanya ciuman itu emang bukan hal besar buat dia. Dan kalo Cuma gue yang menganggap itu hal spesial, malu-maluin banget ga sih? Jadi yaudahlah, gue juga udah mau buka hati dan cari yang baru kok."
"Walaupun ya gue ga pernah tinggal di Amerika, ga pernah ke Vegas juga, dan Bahasa Inggris gue ga jago-jago amat tapi ciuman bibir itu menurut gue pribadi sakral, El."
"Menurut lo. Engga menurut Keanu orang yang gue cium."
"Tapi tetep aja...,"
"Di, udah stop! Gue udah gamau bahas itu dan gausah diperpanjang lagi. Mumet tau ga." Omelku.
Diana terdiam, ia menghela napas pasrah. Tandanya ia mengaku kalah. Terjadi keheningan selama beberapa detik sampai pada akhirnya ia kembali buka mulut. "Eh iya, lo bilang apa tadi? cari cowo baru?"
Ku anggukan kepala tanda membenarkan pertanyaannya. "Nenek udah rusuh minta gue nikah. Sebenernya mah gue ga mau-mau banget, Cuma kalo ada yang sesuai ya kenapa engga?"
"Dimas aja gimana? Nanti gue kasih kontaknya ke lo,"
Alisku bertaut, "gue yang mulai duluan? Hih, ogah."
Dian berdecak sebal. "Yailah, jodoh itu dapetinnya dengan usaha, El."
"Ya kalo jodoh, kalo bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Celibate
ChickLit[COMPLETED] Sebuah kisah yang tak diinginkan, namun dibutuhkan. Pic by genel.womenz.me edited by author [21-Dec-2018]