"Oh iya, El. Masih inget Dimas?" tanya Dian disela-sela suapannya.
"Yang dulu anak Teknik Sipil itu?"
"Yap, bener."
Ku anggukan kepala pelan, "inget. Kenapa?"
"Minggu lalu gue ketemu dia diacara Reuni BEM kampus. Udah mapan sekarang, penampilannya juga ga urakan lagi kaya dulu."
Dua alis terangkat. "Oh ya? That's good." Tanggapku.
Dian menganguk semangat, kemudian menyedot teh manisnya untuk membantu nasi di kerongkongan berpindah ke dalam perut. "Dan yang lebih baiknya lagi dia nanyain lo."
Pandangan yang semula ku tujukan pada piring berisi nasi dan kangkung itu berpindah menjadi menatap Dian. Tangan berisi suapan nasi penuh kembali ku letakan isinya ke dalam piring. "Dia masih inget gue?"
"Inget banget. Dia juga bilang kalo sebenernya dia udah kagum sama lo dari dulu karena lo punya aura tersendiri dengan style agak boyish lo itu."
Dimas si wakil ketua BEM yang terkenal tidak pernah miskin dari lahir itu masih mengingatku setelah enam tahun kita tidak pernah bertemu? wow. Aku dulu sempat ada rasa tertarik padanya karena ia asik dan ya...., kaya. Tapi rasa tertarik itu tidak pernah berkembang menjadi rasa lainnya, hanya sekedar tertarik saja. Namun jika Dimas memberi lampu hijau, sepertinya aku gila jika tidak mengambil kesempatan itu.
"Terus..., gimana? Lo kasih info tentang gue ke dia ga?"
Dian mengangguk, "gue kasih dia akun Instagram lo. Emang belum di-follow?"
Aku menggeleng lemah. "Belum."
Dian hanya mengangkat kedua bahunya sebagai balasan.
Aku menghela napas lemah. "Mungkin cuma nanyain doang kali. Ga lebih. Udahlah ga usah berharap."
"Mungkin. Yaudahlah, El, kan lo juga lagi proses sama si siapa tuh namanya?"
Dahiku berkerut, mencoba berpikir siapa yang dimaksud oleh Dian. "Oh, Keanu,"
"Nah iya, Keanu. Fokus sama satu ajalah, kali aja beneran jodoh."
"Gila ga sih kalo gue berharap jodoh sama si Keanu? Secara gue ketemu dia cuma sekali doang,"
"Ga ada yang ga mungkin, El. Lagian banyak kok yang nikah berawal dari pertemuan tidak sengaja macam lo sama dia."
"Iya sih, yaudahlah tunggu difolbek aja dulu." Aku kembali mengambil nasi dengan kangkung menggunakan tangan dan menyuapkannya ke dalam mulut.
****
Aku kembali disibukan dengan mendatangi salah satu Fashion Show di Jakarta. Kali ini aku datang tanpa Maria—atasanku. Karena kedatangan kali ini sebagai perwakilan perusahaan.
YOU ARE READING
Celibate
ChickLit[COMPLETED] Sebuah kisah yang tak diinginkan, namun dibutuhkan. Pic by genel.womenz.me edited by author [21-Dec-2018]