23. Postingan

1.5K 185 13
                                    

Aku menemani Dimas mencari tuxedo untuk resepsi nanti. Klasik, ia ingin warna hitam dengan bahan lembut. Biarpun begitu, calon suamiku ini akan tetap terlihat tampan saat mengenakannya. Mirip-mirip pangeran di film cinderella lah.

Sembari menemaninya, aku tetap sibuk bekerja. Memastikan semua dokumen dalam media kit sudah lengkap, tidak lupa sampel rajutan hasil benang wol. Minggu depan pabrik wol yang sedang ku tangani siap untuk konfrensi pers pertama dan mengumumkan pada media tentang pembangunan. Setelah lebih dari dua bulan mengambil hati masyarakat sekitar, akhirnya kami mendapatkan izin juga.

Teleponku bergetar dari dalam tas. Laptop yang semula ku letakan di atas paha, ku letakan di sofa. Beralih meraih tas, merogohnya dan mencari benda tipis dengan warna hitam itu.

Aku lihat nama Anna—Event Organizer tertera di layar. Tanpa pikir dua kali dan menunda, aku langsung menerima panggilan.

"Selamat Siang, Bu. Saya mau mengabarkan kalau dekorasi sudah berjalan 50%. Lalu tim saya juga sudah membuat list influencers yang akan meramaikan, dan guest star untuk acara after party-nya. Saya sudah email ke Ibu Laura  barusan," jelas Anna.

"Sebentar, biar saya cek." Aku mencolokan kabel earphone agar tidak perlu di-loudspeaker saat aku mengeluarkan layar telponan dan beralih ke email.

Email Anna muncul paling atas, aku segera membukanya. Membaca nama-nama influencers yang ia sarankan untuk mengisi acara awards dan kategorinya.

"Saya ngerasa cocok sama list influencers yang kamu kasih. Kategori dan awards juga sudah pas. Semua sudah oke, bagus."

"Baik kalau begitu, ada yang ingin ditambahkan?" tanya Anna.

"Ti—uhm, pastiin Bartender-nya handal meracik minuman ya. Saya mau semua tamu dapat minuman yang berkesan di after party." Sebenarnya ini hanya ide dariku saja, bukan permintaan Maria.

"Check, Mam."

"Bagus. Kabari saya lagi dua hari sebelum acara ya."

"Baik. Terimakasih Bu Laura. Selamat siang."

Tepat setelah ia mengucapkan kalimat ini, aku menutup teleponnya.

"Bagus ga, El?" baru saja ingin kembali fokus pada laptop dan pekerjaan, suara Dimas mulai menginterupsi.

Aku mendangak, melihatnya tengah mengenakan Tuxedo putih dengan sedikit sentuhan hitam di bagian kerah. Well, he looks exactly like a prince now.

"Bagus. Banget. Yang ini aja." Saking terpesonanya, aku memberikan jeda di setiap kata.

Ia tersenyum simpul. Dan hal ini membuatnya semakin terlihat karismatik. Aku benar-benar beruntung memilikinya sebagai calon suami.

"Saya ambil yang ini kalo gitu." kata Dimas kepada desaigner sekaligus pemilik butik tuxedo ini.

"Baik. Pembayaran bisa langsung diurus di kasir ya." Pria itu melangkah menjauh dari Dimas setelah mengucapkan kalimat tersebut dan memberikan senyum salam pada kami berdua.

Dimas kembali masuk ke dalam ruang ganti. Sementara pelayan wanita itu menunggu di depan ruang tunggu.

Aku tidak banyak bicara dengan Dimas belakangan ini. Alih-alih hanya fokus pada pernikahan, aku malah disibukan dengan dua kerjaan sekaligus. Satu di kantor dan satu lagi di firma dengan Athena. Semua harus kepegang dan selesai dengan sempurna. Berhubung aku perfeksionis, jadi semua yang ku lakukan untuk pekerjaan adalah yang terbaik yang ku mampu.

Bagus Sunny benar-benar mengurus semuanya. Dari mulai tempat, dekor, rangkaian acara, tema, katering, dan perintilan lain. Aku hanya mengabarkan soal souvenir yang aku mau, lalu desain undangan, dan menu untuk katering. Dimas yang bagian coba makanan kemarin, karena aku sangat sibuk jadi aku tidak bisa mencoba makanan katering. Tapi aku percaya pada Dimas.

Pernikahanku sudah mendekati hari h. Aku dan Dimas juga sudah melakukan prewed di studio. Kami berdua sama-sama sibuk, jadi tidak ada waktu untuk cari tempat bagus dengan nuansa alam untuk prewed. Lagipula dari awal, aku memang menginginkan pernikahan sederhana anti ribet. Dibandingkan menghabiskan uang untuk pra-nikah, kami lebih memilih untuk menghabiskan uang setelahnya untuk travelling. Aku dan Dimas juga sudah mempersiapkan apartement untuk kami tinggal berdua setelah nikah. Belum dibayar tunai sih, hanya dp. Tapi setidaknya kami tidak menyusahkan orangtua setelah nikah.

Persiapan pernikahanku sudah mencapai 87% sepertinya. Tinggal menunggu hari h saja. Athena dan Dian akan menjadi pengiring pengantin. Rexha akan menjadi gadis pembawa bunga. Semua sudah sangat matang. Aku jadi tidak sabar.

Tling.

Satu pesan singkat masuk.

Aku melihat nama Sunny di layar. Buru-buru aku menggeser layar dan membuka pesannya.

From: Sunny

Undangan sudah saya sebar kemarin ke alamat yang sudah diberikan. Ini link undangan online untuk disebar ke teman-teman yang alamatnya belum diketahui. Www.invitationDimasandLaura.co.id.

Terimakasih.

Dadaku seakan digelitik. Senang sekali mengetahui undangan sudah disebar. Tanpa pikir panjang, aku langsung meng-copy link tersebut dan mengirimnya ke grup-grup geng sekolah dan kuliah. Tidak lupa grup keluarga besar. Aku juga mengirimkannya ke orangtua Dimas. Ibu Dimas bilang bahwa ia ingin mengundang teman-temannya yang di luar kota juga.

Sungguh, aku semakin tidak sabar. Rasanya waktu ingin ku percepat agar bisa cepat merasakan hari pernikahan.
***
Menjelang hari pernikahan, aku semakin sibuk. Tapi tetap harus mengurus penampilan. Walaupun sangat lelah karena seharian mengikuti Maria bertemu klien kesana kemari. Sore harinya aku tetap memenuhi janji dengan salon langganan untuk perawatan. Perawatan dari ujung rambut sampai kaki biasa. Perawatan ala pengantinnya nanti saja tiga hari sebelum hari h.

Aku baru saja memposting foto prewedku dan Dimas. Posting pertama yang mempublikasi hubungan.

Followers-ku merasa terkejut karena aku tidak pernah membahas soal hubungan di sosial media manapun. Banyak yang memberikan selamat, terkejut, ada juga yang menarik kesimpulan bahwa aku vakum dari Youtube karena mempersiapkan pernikahan.

Saat sedang men-scroll timeline, jariku berhenti mengusap layar. Terkejut sekaligus tersentuh melihat sebuah postingan yang diunggah 5 menit lalu.

Tidak ada emoticon gemas seperti hati atau apapun itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak ada emoticon gemas seperti hati atau apapun itu. Tidak ada tanda baca dan caption yang panjang. Hanya tiga kata namun mampu membuatku ingin berteriak senang. Dadaku terasa seperti digelitik. Senang dan haru campur aduk.

Dimas bukan tipe pria yang jago gombal, jadi aku yakin menulis caption tiga kata seperti itu pasti sudah sangat dipikirkan matang-matang.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menekan opsi komentar. Menuliskan sebuah komentar pendek untuk mengapresiasi postingannya.

Komentar emoticon hati berwarna merah. Tidak banyak, hanya dua. Untuk menginterpretasi hati kami.

Continued

An: Kalian wajib hidupin data kalo mau liat foto gemas itu! huehehe.

Jangan lupa vomment ya. Yang read lumayan kok vommentsnya seuprit hehe.

Love y'all

Xo

CelibateWhere stories live. Discover now