pt💚10

17.4K 1.8K 41
                                    

Waktu pagi sudah akan berganti dengan siang. Matahari semakin terik menerpa bumi. Berbeda dengan cuaca di luar yang semakin panas  di dalam ruangan luas bercat krem saat ini suasana yang ada terasa hening, aura dingin menyelimuti kedua kubu keluarga.

Salah satu dari mereka belum ada yang berani memulai percakapan. Baik keluarga Tian ataupun Jinu. Semua bisu, hanya sesekali terdengar suara sesegukan keluar dari tubuh Runa. Air mata masih membanjiri pipinya.

"Tolong maafkan Jaemin putra kami. Jangan seret kasus ini ke ranah hukum" ucap Jinu memohon.

Semua orang menatap Jinu. Luna sebagai ibu Jaemin hanya mengangguk dengan ucapan suaminya. Sedangkan di sebrang Tian nampak berpikir serta menimbang-nimbang keputusan apa yang harus ia berikan. Demi masa depan putrinya, sebagai ayah dia juga merasa bersalah tidak bisa menjaganya dengan baik.

"Baik, saya putuskan tidak membawa masalah ini ke pengadilan" putus Tian setelah berpikir cukup lama.

"Terimakasih. Saya akan pastikan putra saya mau bertanggungjawab pada Runa" kata Jinu meyakinkan.

Ia lega putranya tidak harus berurusan dengan hukum semua akan kacau jika itu terjadi.

"Kita akan nikahkan Runa dan Jaemin setelah mereka lulus nanti. Ini sudah menjadi keputusan saya. Masa depan anak saya sudah berantakan. Karena perusahaan kita bekerjasama. Pernikahan mereka bisa kita sebut untuk bisnis sebagai pengalihan" jelas Tian tegas.

"Baik anak saya akan menikahi putri anda setelah lulus nanti" kata Jinu menerima.

Runa dan Jaemin sama sekali tidak ada yang menolak keputusan ayah-ayah mereka. Bagi Runa semua keputusan itu tidak akan merubah segalanya. Ia akan menerima semua itu. Sebaliknya untuk Jaemin ia harus menerima semua keputusan apapun itu. Menikahi Runa adalah keputusan terbaik daripada dirinya harus dijebloskan ke jeruji besi dan harus merasakan dinginya rumah tahanan di masa mudanya.

♡♡♡

Sesudah keluarga Jaemin pergi setelah perundingan tadi. Runa masih menangis meratapi nasibnya yang malang. Ibunya sedari tidak berkata apa-apa. Lian sebagai ibu sangat merasa terpukul melihat Runa seperti ini. Takdir memang kadang mengerikan, tak adil dan sama sekali kita tak dapat menduganya.

Lian memapah tubuh Runa yang lemas ke dalam kamarnya. Menidurkan putri cantiknya. Ia ikut menanggis dan terisak dalam.

"Maafin mama ya Sayang. Mama nggak bisa jaga kamu" ucapnya bersamaan dengan tangisnya.

Lian menggengam erat tangan Runa. Membelai lembut rambut Runa. Ia menyesali keteledorannya, ia lalai dalam menjaga Runa. Ia merasa gagal menjaga titipan Tuhan di dalam keluarga kecilnya.

Runa bangkit dari tidurnya, mendekap erat tubuh sang ibu. Kedua perempuan itu menangis. Air mata bercucuran tiada henti.

"Maafin mama"

♡♡♡

Sudah terhitung tiga hari ini Runa tidak pergi ke sekolah. Jiwanya masih terguncang. Terkadang di malam hari ia akan terbangun dalam tidurnya. Berteriak ketakutan, semua memori pahit tentang malam itu akan datang dalam mimpinya.

Semua ingatan itu membebani batinnya. Kenapa harus ia yang mengalami kenapa bukan orang lain? Tuhan seperti tidak adil memberi cobaan begitu berat untuknya.

Sekarang ia tengah melamun di balkon kamarnya yang terletak di lantai dua. Mencoba menjernihkan pikirannya dengan suguhan indah pemandangan di sore hari. Semilir angin menerpa tubuhnya. Anak rambutnya terkibar-kibar tertiup angin.

Tidak ada senyum di wajah ayunya. Yang ada wajah tanpa semangat untuk melanjutkan hidup. Sendu dan pilu.

Terlintas di pikirannya ia memang sudah terlalu dalam masuk dengan kenakalan hidup Jaemin sejak awal. Kehidupan lelaki itu terlalu bebas. Bermain wanita, selalu membuat masalah  di sekolah, membolos, ikut tawuran, merokok, balap liar dan mabuk-mabukan.

Seharusnya Runa dulu menolak menjadi tutor Jaemin sehingga ini semua tidak harus terjadi jika ia menolaknya. Namun semua sudah terjadi. Semua sudah ditakdirkan untukknya. Ia harus menerima.

Runa harus bisa bangkit hidupnya belum berakhir. Ia adalah harapan kedua orangtuanya. Ia tidak mau mengecewakan mereka untuk yang kedua kalinya. Runa harus belajar menerima keadaan walaupun itu terasa pahit dan menyiksa.

Mulai saat ini ia harus jadi Runa yang baru. Memendam segala memori pahit di otaknya, memotivasi dirinya untuk berdiri dan berlari mengejar cita-citanya.

EVIL | Na JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang