pt💚11

16.3K 2K 23
                                    

Kamis ini Runa sudah mulai masuk sekolah setelah tiga hari berturut-turut ia harus absen pelajaran. Ayah dan ibunya juga sudah membuat izin untuknya pada pihak sekolah.

Mobil sedan hitam berhenti di depan gerbang masuk sekolah SMA terbaik di Jakarta itu.

"Kamu udah nggak papa,'kan masuk sekolah hari ini?" tanya Tian pada sang putri memastikan keadaannya baik-baik saja.

"Iya, nggak papa, Pah. Runa udah baikan. Pamit ya" jawabnya menyalimi tangan Tian.

"Oke, kalau ada apa-apa telepon Mama atau Papa ya" ujarnya kemudian mencium kening Runa sayang.

Runa mengangguk patuh dan keluar dari mobil ayahnya. Tangannya melambai ketika mobil itu pergi meninggalkannya. Ia pun berbalik dan masuk ke dalam sekolah yang selama berhari-hari tak ia temui.

Terdengar suara bising anak-anak dari beberapa kelas yang ia lewati. Ia berjalan dengan pelan. Memantapkan hati untuk tegar. Tidak mudah tapi ia harus kuat.

"RUNNNNNNAAA!!!"

Terdengar lengkingan suara memanggil namanya dari arah belakang. Sudah tidak usah menebak siapa  yang jelas itu adalah suara khas si Alina. Sahabat terdekatnya dan yang paling ia sayangi.

Runa berbalik dan mendapati Alina. Benar-benar Alina. Suaranya memang cempreng. Alina berlari mendekati Runa, sedetik kemudian ia memeluk Runa erat. Kemudian melepasnya.

"Lo ke mana aja siih Run?" tanya Alina dengan raut kesal.

"Bilang aja lo kangen gue" jawab Runa mengodanya

"Pede akut, lo beneran sakit? Tumben lama gue hubungin nomor lo nggak aktif terus"

"He,em gue beneran sakit Alina yakali bohong. Kan ada surat keterangan dari dokter"

"Emang lo sakit apa? Tumben lo lama biasanya lo sakit cuma sehari. Lo kan kadang nggak mau ketinggalan pelajaran lama-lama" selidik Alina heran.

"Gue sakit demam. Tinggi banget makanya mama nggak ngebolehin gue masuk sekolah dulu" alibi Runa.

"Ohh sekarang udah sembuh kan?"

"Kalau belum sembuh gue belum masuk Lin" jawab Runa memutar bola matanya malas.

"Yayaya.. Selow dong selow tuan putri kan cuma nanya"

"Hem yuk masuk" ajak Runa setelah sudah  sampai di ambang pintu kelas.

Alina hanya mengangguk menurut dan ikut masuk kelas.

♡♡♡

Pelajaran kedua di siang itu sudah selesai. Saatnya waktu jam makan siang. Alina sudah berdiri dan bersiap mengajak Runa ke kantin.

"Ngantin kuy Run?" ajaknya.

"Nggak deh lo aja sama Mark" tolaknya.

Runa benar-benar malas bergerak kali ini.

"Nggak mau, gue lagi marahan sama si bule kanada itu Run" jawab Alina cemberut.

"Lahhh kenapa deh. Ada masalah?" tanya Runa penasaran.

"Hem. Gue kesel sama dia. Kemarin gue  liat dia duduk berdua di kantin sama Hina. Dan kemarin juga gue nggak sengaja liat dia chattan sama Hina" curhat Alina sudah akan menangis.

"Yahhh jangan nangis dong Lin. Sabar lo udah dapat penjelasan dari Marknya belum? Gue takutnya lo salah paham aja" ucap Runa menenangkan Alina.

"Bodo lah gue nggak butuh penjelasan. Biarin aja mereka seneng" kata Alina akhirnya pasrah dengan hubungannya bersama Mark yang sudah mengijak tahun ketiga di tahun ini.

"Jangan gitu dong. Lo kan udah lama sama Mark masa rela gitu aja dia direbut cabe magang"

"Nggak tau. Udah lah Marknya juga udah sedikit berubah ke gue. Gue ikhlas dia kalau mau mutusin gue"

"Yaudah deh terserah lo aja. Kuy kantin gue temenin" ajak Runa ia jadi mau menemani Alina ke kantin.

Alina mengangguk lemas. Ia berjalan beriringan dengan Runa.

♡♡♡

Sampai kantin suasananya begitu ramai. Runa dan Alina memilih duduk di pojok kantin yang sudah sering mereka berdua  tempati. Sebelumnya mereka memesan makanan dan minum dulu.

Beberapa menit kemudian makanan  datang. Keduanya segera melahap makanan di hadapannya. Alina makan dengan tangan kiri yang memainkan ponselnya. Sedangkan Runa mengedarkan penglihatannya ke seluruh penjuruh kantin. Dia terkejut saat iris coklatnya menemukan seorang pria dan gadis duduk di tengah-tengah meja kantin.

Runa melirik Alina yang ada di depannya. Ia masih asik memainkan ponselnya. Runa sudah was-was jika Alina melihat di mana Mark dan Hina bermesraan di tengah kerumunan siswa yang sedang makan di depan sana. Ia tidak ingin Alina sakit hati.

"Lin udah?" tanya Runa pada Alina.

"Hem?" respon Alina mengangkat kepalanya yang sebelumnya menunduk ke layar ponsel, " kenapa?"

"Udah belum makannya. Kuy ke kelas, gue udah selesai"

"Bentar gue minum dulu" Alina meminum jus jeruknya dan siap berdiri.

Diikuti Runa yang ikut berdiri. Mereka berdua berjalan meninggalkan kantin. Runa merasa lega karena Alina tidak sempat melihat pria yang masih berstatus pacarnya itu makan bersama dengan gadis lain.

"Eh Run bentar perut gue kaya ada yang nggak beres deh, aduhh" rintih Alina mencengkram perutnya.

"Kenapa lo? Sakit perut?" tanya Runa ikut panik.

"Iya nih, temenin ke toilet dulu"

"Yaudah yuk" setuju Runa dan berbalik arah untuk pergi ke toilet.

Detik saat mereka memutar badan pandangan mata keduanya langsung disuguhkan Mark dan Hina di hadapan mereka sekarang.

Netra Runa melebar, kemudian kepalanya refleks menoleh pada Alina. Tangan Alina mengenggam erat, rahangnya mengeras seperti menahan amarah, sorot matanya tajam menusuk.

"Lin.." lirih Mark.

"Ayo Run, perut gue makin mual di sini" ujar Alina mengabaikan Mark.

Alina dengan cepat menarik tangan Runa dan menyeretnya meninggalkan dua orang yang akan membuat hatinya semakin sakit.





Gue tau ceritanya udah selesai..
Tapi jangan lupa buat ninggalin jejak ya
⬇⬇

EVIL | Na JAEMINWhere stories live. Discover now