pt💚12

16.3K 1.8K 46
                                    

"Lin gue bisa jelasin"

"Udahlah Mark nggak ada yang perlu dijelasin"

"Tapi lo cuma salah paham Lin. Gue nggak ada apa-apa sama Hina. Plis percaya sama gue"

Suara itu menelusup ke indera pendengaran Runa menginterupsinya untuk segera masuk ke dalam kelas yang masih tampak sepi. Hanya dua orang yang mendiaminya. Ia terdiam di ambang pintu. Di dalam sedang ada Mark dan Alina.

"Plis Lin gue cuma sayang lo. Tolong percaya sama gue ya" mohon Mark menggenggam kedua tangan Alina.

"Jujur sama gue lo sebenarnya ada hubungan apa sama Hina beberapa hari ini?" tanya Alina masih dengan wajah datar.

"Kita temen doang, itu aja"

"Temen harus makan bareng terus chat tiap waktu? Gue nggak bodoh Mark. Kita putus aja" kata Alina memalingkan wajahnya dari Mark.

"Nggak, nggak mau. Kita nggak akan putus Lin. Gue berani sumpah nggak ada hubungan apa-apa sama Hina. Kita cuma sebates temen" jelas Mark.

"Udahlah Mark temen terserah lebih ya terserah" jawab Alina acuh.

Mark menarik napasnya panjang dan menghembuskannya pelan. Ia menatap Alina, kekecewaan gadis itu membuat hatinya juga sakit. Mungkin sudah saatnya ia harus jujur pada Alina tentang rahasia yang disembunyikannya selama beberapa hari ini.

"Yaudah gue jujur sekarang gue sama Hina emang cuma sebatas temen. Kita temen udah lama dari Sd. Keluarga kita juga udah deket. Dan di Minggu lalu dia minta gue bantu dia buat manas-manasin gebetannya supaya cemburu dan cepet nembak dia" ujar Mark panjang dan setelahnya menunduk sesal.

Alina beserta Runa yang mendengar pun tidak percaya. Memasang tampang cengoh cukup lama.

"Terus kenapa lo mau Mark???"  Pekik Alina kesal.

Mark mengangkat kepalanya ia menatap Alina yang sudah memasang tampang marah dan kesal, "gue kan udah bilang kalau kita temen baik sejak kecil, ya gue juga terpaksa ngelakuin itu. Maaf"

"Terserah lo" Alina tambah kesal dan melipat tangannya di depan dada.

"Maafin gue. Gue emang salah nggak bilang dulu. Kalau lo masih minta putus. Gue bakal pertimbangin semuanya dulu. Besok gue kasih jawabannya" ucap Mark menatap Alina lekat terdapat luka di setiap katanya. Matanya mengisyaratkan penyesalan.

Ketika Mark akan pergi tangannya dicekal oleh Alina.

"Nggak. Kita nggak akan putus" ujar Alina sedetiknya ia tersenyum manis.

"Beneran??" senyum pun mengembang di wajah seorang Mark Lee. Ia memeluk Alina dan mencium keningnya sekilas.

"Udah woyy!! Sekolah bukan area mesum" teriak Runa di ambang pintu yang sudah sedari tadi melihat perdebatan drama mereka.

Mark dan Alina menoleh ke arah Runa dan tersenyum malu. Mark melepaskan pelukannya dari Alina.

"Bilang aja situ jomblo mbak" ejek Alina cengengesan.

"Biarin wlekk" Runa melenggang masuk ke dalam kelas bersama teman-teman yang lain yang sudah mulai berdatangan.

"Aku masuk kelas dulu ya" pamit Mark ke Alina.

"Iya udah sana" usir Alina tapi dengan senyum manis.

"Yang udah baikan bucin terussss" cibir Runa yang sudah menduduki bangkunya.

"Sirik lu" ketus Alina juga mulai menduduki bangku sebelah Runa.

♡♡♡

Kring...kring

Jam istirahat telah tiba. Runa segera membereskan alat-alat tulisnya. Sedangkan Alina sudah bersiap untuk ke kantin.

"Run kantin nggak?" tanyanya.

"Lo aja sana sama si bule" jawabnya asal.

"Ck! Gue tinggal ya. Nggak mau nitip apa gitu?"

"Nggak, udah sana pergi. Tuh tuh udah ditunggu di pintu" tunjuk Runa ke depan pintu.

Alina mengikuti arah telunjuk Runa. Daan benar saja Mark sudah menunggunya. Alina mengembangkan senyumnya pada Mark.

"Yaudah byeee Runa" tangan Alina melambai ke Runa ia kemudian menghampiri Mark dan berlalu untuk menuju kantin.

Runa jadi bingung harus apa. Ia sedang malas untuk memasuki perpus. Ia butuh hiburan sejenak. Tangannya merogoh saku roknya memgambil benda persegi bercase pink. Ia lihat foto dirinya yang ia gunakan sebagai wallpaper ponselnya.

Tidak ada chat dari siapapun. Ia kemudian me-lock ponselnya. Bosen jika harus berada di kelas sendiri. Akhirnya Runa memilih keluar dari kelas mengikuti kemana kaki akan membawanya pergi.

♡♡♡

Tangga terakhir ia tapaki. Kemudian tangan kanannya membuka pintu tua itu. Setelahnya dapat ia lihat pemandangan lantai yang luas dan sederet pagar pembatas gedung yang panjang.

Rooftop memang tempat menenangkan pikiran terbaik. Di sini Runa bisa melepaskan beban berat pada dirinya. Menghirup udara segar dan menguapkan segala kenangan buruk di hidupnya.

Ia memejamkan kedua matanya. Kedua tangannya ia letakkan di pagar pembatas. Surai hitam legamnya terurai indah terkena terpaan angin.

Cantik, itulah Runa senyumnya juga menenangkan siapapun yang melihatnya.

Namun tanpa ia sadari seseorang juga menuju ke tempat dimana ia berada sekarang. Ia membuka pintu itu pelan. Pria itu berjalan dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana abu miliknya.

Wajahnya datar. Dia terus berjalan tanpa suara mendekati Runa. Seringai kecil muncul di wajahnya.

"Gue seneng bisa liat lo lagi" ujarnya.

Merasakan ada suara yang ia dengar, Runa menoleh. Ia terkaget melihat wajah itu. Badannya seketika sedikit  terhuyung ke belakang. Kakinya melemas keringat dingin menetes dari pelipisnya. Seakan trauma itu datang lagi Runa terjatuh ke lantai dan mencengkram kuat kepalanya sendiri.

"Pe--pergi" ucap Runa gemetar.

"Pergi"

EVIL | Na JAEMINWhere stories live. Discover now