pt💚22

14K 1.5K 69
                                    

Lusa adalah hari ujian nasional akan segera dilaksankan. Satu hari tenang diberikan untuk para siswa yang akan mengikutinya. Seperti Runa sekarang menikmati hari tenangnya di rumah. Tidak melulu belajar ia masih berada di balik selimut tebalnya. Bukan tidur ia hanya menikmati waktu paginya untuk merilekskan sejenak badan dan otaknya.

Drrrrt....drrtttt...

Ponselnya di nakas bergetar. Menandakan ada panggilan masuk. Tangannya mecoba meraih benda pipih itu. Ia terlalu malas untuk bangun. Dilihatnya jam masih menunjukkan waktu pagi 06.55 WIB.

"Hallo?" Ujar Runa setelah menggeser tombol hijau.

"Hallo, udah bangun?" tanya suara berat di sebrang sana.

"Belum, kenapa?"

"La terus yang angkat ini siapa?"

"Nggak tau"

"Haha... aku ke sana ya. Kamu cepet bangun gih Yang" suruhnya.

"Ngapain ke sini? Belajar sana di rumah"

"Nggak, bosen. Lagian aku kangen sama kamu"

"Ini masih pagi Jaem. Pagi-pagi udah modus aja. Heran aku"

"Modusnya cuma sama kamu. Udah aku berangkat nih. Kamu cepet mandi, ok! Bye Sayang" tutupnya secara sepihak.

'Idih dimatiin' sebal Runa karena sambungan telfonnya diputus sepihak oleh Jaemin.

Setelahnya Runa mulai beranjak bangun. Terlebih dahulu ia merapikan ranjang tidurnya yang sedikit berantakan. Ia berjalan sempoyongan khas orang bangun tidur dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Ia mengambil handuknya dan masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Beberapa menit berlalu Runa sudah siap dengan baju santainya saat berada di rumah. Kaos pink oversized dan jeans pendek. Rambut hitam tebalnya ia sanggul ke atas. Setelah mandi dan berpakaian  Runa bergegas melangkahkan kakinya turun ke bawah menuju dapur. Tangan mungilnya ia gunakan untuk membuka kulkas, mengambil sebotol air minum dingin dan menuangkannya ke dalam gelas.

Langkahnya lalu menuju meja makan yang sudah tersedia sarapan untuknya. Hanya tersisa untuknya karena ibu dan ayahnya pasti sudah sarapan sebelum bekerja.

Ia makan dengan memainkan ponselnya. Menunggu Jaemin yang akan mengabarinya sudah sampai atau belum. Setelah habis makan ia membawa piring dan gelasnya ke wastafel untuk mencucinya.

"Yang?"

Runa terjengit kaget dengan panggilan itu. Ia lalu berbalik dan menemukan pemuda yang sedari tadi ia tunggu.

"Ngagetin sumpah" ucapnya mengelus dadanya.

"Kamu lagi apa? Udah sarapan?" tanyanya mendekat.

"Baru selesai sarapan, ini udah aku cuci piringnya" jawab Runa berjalan ke arah ruang tamu disusul Jaemin.

"Kamu mau ngapain ke sini bukannya belajar malah keluyuran" omel Runa.

"Orang nemuin calon istri kok malah dibilang keluyuran sih, Yang" kata Jaemin membela dirinya.

"Aku ke sini mau kamu ajarin aku soal-soal yang belum aku ngerti Yang. Ajarin ya" lanjutnya.

"Yaudah mana  kalau aku bisa aku bantu"

Jaemin segera mengambil lembaran soal yang ia bawa dan menunjukkannya pada Runa.

♡♡♡

Sudah beberapa jam mereka habiskan untuk belajar. Namun tiba-tiba Runa entah kenapa berlari cepat sambil membungkam mulutnya rapat. Jaemin yang melihatnya kebingungan dan mecoba menyusulnya ke dalam bilik kamar mandi.

"Huuek... huek... uhuk uhuk" Runa seperti memuntahkan semua isi yang ada di perutnya.

Runa lalu membasuh mulutnya dengan air dan berbalik badan. Ia terkaget kembali dengan Jaemin yang memasang tampang khawatir padanya.

"Kamu nggak papa?" tanyanya merangkul Runa keluar dari kamar mandi.

"Nggak tau perut aku rasanya mual, eneg gitu terus kepala aku juga pusing sekarang" keluh Runa.

Jaemin mendudukannya ke kursi sofa. Lalu mengambilkan Runa air minum ke dapur.

"Ini diminum dulu" menyodorkan segelas air putih pada Runa.

"Kamu kecapekan mungkin Yang. Jangan belajar terus. Kamu juga harus jaga kesehatan" nasehat Jaemin di samping Runa.

Runa tak menjawab Jaemin. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang beberapa bulan lalu ia coba menampiknya. Namun kini ia memang harus memikirkannya.

"Jae-Jaem?" panggil Runa tergagap.

"Hem? Kamu mau apa? Aku anterin tidur di kamar ya"

"Nggak" tolaknya cepat.

"Terus?"

"Aku takut" ucap Runa dengan tiba-tiba memeluk Jaemin. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang nan kokoh pemuda 18 tahun itu.

"Kamu takut apa? Aku ada di sini sama kamu Yang" ucapnya menenangkan.

Runa lalu melepas pelukannya dan menatap Jaemin dengan mata sembab  sisa air mata.

"Jaem gimana kalau aku hamil" ujar Runa yang membuat Jaemin membelalakan matanya.

"Ma-maksut kamu?" tanya Jaemin memastikan.

"Ya kita udah melakukan hubungan suami-istri Jaem, dan resiko terbesarnya adalah aku bisa hamil. Kamu tau selama 2 bulan ini aku nggak ngalamin siklus menstruasi" ujarnya panjang. Air mata sudah membasahi pipi Runa.

Jaemin tak membalas kali ini. Ia juga memikirkan perkataan Runa. Semua bisa saja terjadi. Ini resikonya, masalah kecil bisa jadi semakin membesar. Dan ini semua adalah kesalahannya.

"Aku takut Jaem" sambung Runa semakin terisak.

"Maafin aku Sayang. Kita akan sama-sama menghadapi semua ini. Aku nggak akan lari aku udah janji bakal lindungin kamu menjaga kamu. Aku mohon kamu kuat" kata Jaemin mendekap tubuh Runa.

♡♡♡

Keesokan paginya Runa masih merasakan mual. Beberapa kali ia harus bolak-balik kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi dalam perutnya. Tubuhnya sudah terasa lemas, kepalanya sangat pusing. Ia terduduk di samping pintu kamar mandi.

Namun perlahan ia bangun. Ia lalu meraih benda dalam kemasan plastik yang bulan lalu ia sengaja beli. Sebuah benda yang tak lain adalah testpack itu akan ia gunakan guna agar ia tau kebenaran dirinya yang memang mengandung atau tidak.

Tangannya bergetar saat ia coba mengetesnya. Selang beberapa menit ia menunggu sebuah garis  berjajar dua muncul di benda persegi putih itu. Runa membungkam mulutnya tak percaya. Tubuhnya mulai terhuyung ke belakang. Ia terduduk lemas. Air mata mulai membasahi pipinya.

Ia memikirkan bagaimana jika kedua orang tuanya tahu tentang kehamilannya. Bagaimana dengan sekolahnya, ia sangat takut. Kenapa semua beban harus ia yang menanggungnya? Ia tertekan, kesakitan sendirian.

EVIL | Na JAEMINWhere stories live. Discover now