Part 7

7.6K 911 560
                                    




Meninggalkan kakak-adik itu, Jaemin berjalan pelan ke kamar Jeno. Rasa lelahnya sungguh terasa saat ini. Jaemin meletakkan tasnya di meja, melepas sepatu dia membaringkan tubuhnya di ranjang Jeno.

"Apa yang mereka bahas, muka kak Mark terlihat serius" monolog Jaemin, "Ah, sepertinya aku harus menganti baju. Dimana Jeno meletakkan pakaianku ya?"

Jaemin masuk ke dalam ruang ganti Jeno, mencari bajunya atau baju Jeno yang bisa dia pakai. Beberapa menit memilih baju, Jaemin sama sekali tidak mendapat apa yang di inginkannya.

"Ini kenapa di kunci sih, apa Jeno menyimpan bom disini"

Menutup salah satu laci, Jaemin dengan kesal kembali keluar dari kamar Jeno. Tujuannya adalah untuk mencari Jeno. Menuruni tangga, mata Jaemin melihat kesekeliling. Rumah yang gelap membuat dia harus fokus.

"Mereka kemana?" lirihnya.

Sesaat Jaemin ingat jika Mark mengajak Jeno ke samping rumah. Langkah Jaemin di percepat untuk menyusul Jeno.

"Jika saja dulu kamu bersama Renjun, kurasa kamu tidak akan tersesat seperti ini"

Langkah Jaemin terhenti, telinganya jelas masih berfungsi dengan baik. Itu suara Mark. Mendekati secara perlahan kini Jaemin berada di balik jendela. Rasa penasaran membuat Jaemin berdiri disana. Tidak ada niat untuk menguping, hanya saja Jaemin terlalu penasaran dengan apa yang mereka bahas. Karena jujur saja Jaemin tidak suka jika Jeno membahas Renjun.

"Katakan padaku kak, apa kak Mark mulai menyukai Jaemin lagi". "Tidak"

Jaemin mengigit bibir bawahnya, suara Jeno membuat Jaemin sedikit gugup. dia tau, Jeno mungkin sekarang sedang marah.

"Sejak kapan kak?". "Aku tidak menyukainya Jeno"

Jaemin memegang dadanya, rasanya dia salah berada disini. Semakin lama dia semakin mendengar kemarahan Jeno, dan itu membuat Jaemin sangat tidak suka. Jeno yang marah akan sangat mengerikan untuknya. Walaupun Jeno sama sekali tidak pernah marah padanya, tapi waktu Jaemin melihat bagaimana Jeno mengintrograsi tahanannya, Jaemin bisa menebak bagaimana jika Jeno marah ataupun kesal.

Jaemin memutuskan untuk kembali ke kamar Jeno, tidak baik untuknya menguping pembicaraan dua Jung itu.

"Aku tau Kak Mark waktu itu tidak mabuk. Yang aku tidak tau adalah kenapa waktu itu Kak Mark mengajak Jaemin untuk menemanimu minum. Tapi setelahnya aku tau"

Langkah Jaemin terhenti saat mendengar satu kalimat Jeno.

"Jaemin tidak tau jika kamu yang memperkosanya. Dia sama sekali tidak tau apa-apa. Selama ini dia bersikap dingin dan acuh padamu karena dia sungkan denganmu. Kamu selalu saja menatapnya dengan tatapan yang Jaemin tidak suka. Itulah sebabnya."

Napas Jaemin terhenti,tubuhnya membeku. Jangankan untuk bergerak, berkedip saja Jaemin sangat kesulitan. Jantungnya berdetak begitu cepat. Perlahan dia berbalik, melihat bagaimana kakak-adik itu saling menatap satu sama lain.

"Ku mohon kak, jangan memandang Jaemin dengan rendah. Ku mohon jangan menyakiti Haechan. Aku tau hubungan kita sedang tidak baik. Tapi tidak bisakah kak Mark bersikap biasa pada Jaemin"

Perlahan Jaemin berjuang untuk mendekati mereka. Matanya mulai panas dengan semua ucapan Jeno yang jelas terdengar olehnya.

Mata Jaemin semakin buram, terhalang oleh airmatanya. Entah apa yang Jaemin rasakan saat ini, yang pasti dia kecewa. Walaupun dia tidak tau harus kecewa dengan siapa. Karena keduanya, mereka berdua menyembunyikan semua ini darinya.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang