Part 14

7.3K 925 411
                                    








"Jeno dimana?"

Adalah hal pertama yang Jaemin tanyakan pada Yeeun saat dia membantu Jaemin untuk duduk di atas kursi roda.

Sejenak Yeeun hanya diam, tapi detik berikutnya dia tersenyum pada Jaemin

"Dia sedang ada misi" Yeeun memberikan beberapa barang Jaemin pada pengawal lain sebelum mendorong kursi rodanya untuk keluar ruang rawat ini.

"Aku keluar dari rumah sakit dan dia tidak menemaniku, astaga apa dia ingin mati" cemburut Jaemin

Yeeun menahan tawa di belakang Jaemin, membayangkan bagaimana bossnya nanti akan tersiksa oleh pemuda manis di depannya ini.

"Lagi pula kenapa aku harus pulang tengah malam seperti ini, tidak bisakah besok pagi atau siang?" tanya Jaemin

"Aku juga tidak tau"

"Misi apa yang Jeno lakukan, tidak biasanya dia mengabaikanku demi misi?"

"Kurasa misi kali ini sangat berharga untuknya, kudengar bayarannya lumayan tinggi. Jadi boss turun tangan langsung, bahkan dia tidak percaya padaku. Dia malah mempercayakanmu padaku" balas Yeeun menahan tawa saat melihat wajah kesal Jaemin

"Waktu itu dia menolak misi yang di berikan untuk melukai anak perdana mentri karena aku mengajaknya untuk membeli kura-kura. Tapi sekarang hanya karena uang dia membiarkanku keluar seperti ini. Sialan Jeno, jadi sekarang uang lebih penting di hidupnya" Jaemin terus saja mengomel tidak jelas

Beberapa penjaga dan Yeeun hanya bisa menahan tawa, mereka seperti mendapat hiburan karena Jaemin.

Mengabaikan ocehan Jaemin, Yeeun membawanya turun lewat belakang rumah sakit. Penjaga yang tadi mengikuti Yeeun kini menyebar entah kemana. Menyadari jika dia tidak melewati jalan yang benar, Jaemin menoleh pada Yeeun.

"Kenapa lewat sini, kenapa tidak lewat depan?"

"Ini perintah Jaemin. sudahlah, boss sendiri yang mengatur semua ini. sekarang kita pergi."

Jaemin hanya menganggukkan kepalanya, membiarkan Yeeun mendorong kursi rodanya.








Disisi lain, Jeno sedang berdiri di depan ruang rawat Taeyong. wajahnya terlihat dingin saat dua penjaga di depannya menahan untuk tidak membiarkan dia masuk.

"Tidak bisakah aku masuk, ayolah Mama di dalam dan kalian melarangku" ucap Jeno

"Tapi ini perintah Ketua, tuan muda tidak di ijinkan masuk."

Mengambil napas dalam Jeno menampilkan ekspresi wajah sedih, "Baiklah, aku tidak akan masuk"

Setelah mengucapkan kata itu Jeno mundur selangkah, hal ini membuat kedua penjaga tadi menurunkan bahunya merasa lega karena tuan mudanya menurut.

Toktok..

Suara ketukakan pintu terdengar dari dalam, kedua penjaga saling menoleh sebelum menatap pintu di belakang mereka. Saat mereka akan menolah pada Jeno, dengan cepat Jeno menyuntikkan suatu cairan di leher belakang mereka. Tak lama mereka berdua ambruk di bawah Jeno,

"Lah langsung, ku kira masih harus menunggu. Apa dosis yang ku berikan kebanyakan. Ah terserahlah, jika mereka mati apa peduliku"monolog

Membuka pintu lebar, Jeno tersenyum saat melihat anak buahnya berdiri di samping Taeyong. sat Jeno mengalihkan perhatian di depan tadi, ada anakbuah Jeno yang menyelinap dari jendela luar.

Jeno mengambil satu suntikan lagi di kantong jaketnya. Dengan perlahan dia menyuntikkannya pada infus Taeyong.

"Tidur sebentar ya Ma. Jeno janji, setelah ini Mama akan baik-baik saja" ucap Jeno sambil mencium kening Taeyong.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang