Part 21

7.2K 901 286
                                    










Jayden berakhir dua hari di rumah Jeno, hari ini dia sudah merengek minta pulang. Awalnya Jeno hanya menyuruh Yeeun untuk mengantar Jayden, tapi Jaemin melarangnya; dia ingin Jeno dan dirinya yang mengantar Jayden.

Entah kerasukan apa Jaemin tiba-tiba saja ingin bertemu dengan Haechan, sedangkan Jeno yang tidak bisa menolak hanya bisa meng-iya-kan saja apa yang di minta Jaemin padanya. walaupun Jeno masih sangat-sangat kesal dengan Mark karena kejadian kemarin. tapi bisa apa jika Jaemin dan Jayden yang memintanya.

Sepanjang perjalanan Jeno hanya diam, tidak mengatakan apapun pada Jaemin atau Jayden yang duduk di pangkuan Jaemin. matanya menatap lurus ke arah jalanan.

"Jeno dari semalam kamu diam. Apa ada masalah?"

"Tidak, semua baik-baik saja. Aku hanya memikirkan strategi baru" ucap Jeno bohong

"Strategi untuk apa?"

"Aku juga tidak tau Na" balas Jeno singkat dan itu membuat Jaemin kesal

Memilih mangabaikan Jeno, Jaemin kembali bermain dengan Jayden. Acuh dengan sikap Jeno saat ini.

Tiba-tiba saja Jeno memelankan mobilnya. Dengan ragu dia mulai memasuki kediaman Jung. Ini hari minggu, dan kemungkinan adanya Jaehyun dan Mark lebih besar di bandingkan hari biasa.

Jeno memarkirkan mobilnya asal, tidak seperti biasa yang langsung masuk garasi. Lagipula dia tamu disini jadi untuk apa memarkir mobil dengan rapi nanti juga pergi lagi.

Saat Jaemin turun Jeno masih diam, dia malah memundurkan kursi mobil dan bersandar disana. Seolah dia bersiap untuk tidur.

"Jeno, ayo turun"

"Aku ngantuk Na, malas. Kamu saja ya sama Jayden"

"Kamu tega membiarkanku masuk ke sana sendirian. Ya sudah, kalau nanti aku tidak kembali jangan mencariku"

Tiba-tiba saja Jeno sadar apa yang di katakan Jaemin. bagaimana dia bisa membiarkan Jaemin masuk ke kandang singa sendirian. Oh sungguh kenapa Jeno mendadak menjadi bodoh seperti ini.

Segera Jeno turun, mensejajarkan langkahnya dengan Jaemin. mengambil tangan Jaemin untuk di genggamnya.

Jayden sudah berlari masuk kedalam rumah, meninggalkan Jaemin yang kini merangkul lengan Jeno. Saat sampai di dalam untungnya Jeno bertemu dengan Haechan.

Jaemin bertatap mata dengan Haechan, tapi Haechan menghindarinya. Seolah jika dia tidak ingin melihat Jaemin dan itu membuatnya sedih. Tau apa yang di rasakan Jaemin, Jeno hanya bisa menahan napas tidak mungkin dia berteriak ataupun membuat ulah disini.

Tujuannya hanyalah mengantar Jayden bukan membuat keributan, walaupun rasanya begitu ingin Jeno menghancurkan rumah ini. tapi seiring berjalannya waktu emosi Jeno semakin bisa di kontrol.

"Terimakasih sudah mengantar Jayden" ucap Haechan pada Jeno. hanya pada Jeno karena Haechan masih tidak ingin melihat Jaemin.

"Ya, aku yang membawanya aku juga yang harus mengembalikannya" balas Jeno

"Padahal aku bisa menjemputnya, kamu tinggal memberi tau alamatnya aku bisa datang"

Jeno mengerutkan keningnya, tidak suka dengan apa yang di katakan Haechan padanya. sebisa mungkin dia menyembunyikan tempat tinggalnya dan dengan mudahnya Haechan meminta alamat itu.

Jeno hanya tersenyum menanggapi ucapan Haechan, walaupun rasa kesalnya semakin besar saat Haechan terus bersikap tidak baik pada Jaemin.

"Tidak perlu repot,"

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang