Part 19

6.8K 872 172
                                    










"Terimakasih"

Jeno mengambil minum yang di letakkan di depannya. Tangannya kini sedang menyangga Jayden yang tertidur di pengkuannya.

"Kamu terlihat kurus?" tanya Jeno

"Jayden selalu bikin ulah, aku tidak bisa mengontrolnya"

"Maafkan aku ya" ucap Jeno lembut

"Untuk apa? Kamu tidak melakukan apapun."

Jeno memaksakan senyumnya, rasanya begitu aneh berbicara dengan Haechan saat ini. terlalu canggung.

"Untuk yang kak Mark lakukan padamu"

Haechan menghela napas, memalingkan wajahnya dari Jeno. Kedua telapak tangannya saling menggosok. Mencoba untuk mengurangi kegugupan.

"Dia yang melakukan kesalahan kenapa kamu yang meminta maaf"

"Aku minta maaf atas nama Jaemin. maafkan Jaemin jika membuat perasaan kak Mark berantakan"

"Aku mengerti, ini salahku. Aku yang membuat mereka dekat"

Jeno diam, begitu juga dengan Haechan. Tak ada suara diantara mereka. Jeno yang biasanya cerewet kali ini tidak bisa mengatakan apa-apa di depan Haechan. Rasanya sangat-sangat tidak nyaman.

"Apa kamu ingin pergi? Aku bisa membawamu?" tanya Jeno

Haechan mengigit bibir bawahnya. Ucapan Jaehyun kembali terbayang saat ini. sebenarnya dia ingin sekali pergi, tapi hatinya mengatakan jika dia harus tinggal. Entahlah, Haechan sendiri ragu dengan kehidupannya saat ini.

"Aku ... Aku tidak tau harus berbuat apa"

Haechan menundukkan kepalanya. Memainkan jemari tangannya yang ada di paha. Rasanya begitu sesak jika membahas tentang masalah ini.

"Apa kamu masih mencintainya?"

Tangan Jeno bergerak menepuk punggung kecil Jayden yang mulai bergerak gelisah di pangkuannya. Dengan elusan ringan di kepalanya, Jayden kembali tenang.

Jeno kembali menatap Haechan, menunggu jawaban dari sahabatnya itu.

"Bagaimana jika aku mencintai orang lain?"

Jeno sedikit terkejut dengan jawaban Haechan. Matanya mengerjap cepat saat mata Haechan menatapnya. Tiba-tiba saja Jeno menjadi gugup saat ini. jantungnya seperti di pacu. Dan itu membuat Jeno menjadi gelisah.

"Jangan bercanda Haechan"

Jeno mengalihkan pandangannya, kini dia menatap wajah Jayden. Tangannya memainkan pipi gembil keponakannya itu. Tidak menyadari jika Haechan menatapnya dengan perasaan terluka.

"Bagaimana kabar Jaemin? Dia baik- baik saja kan?"

Haechan mencoba untuk merubah suasana, memancing Jeno dengan nama Jaemin sangatlah mudah. kini dia kembali menatapnya. Tatapan berbinar, berbeda dari tatapannya yang tadi.

"Dia baik-baik saja. Dia hamil"

"Benarkan, selamat." Ucap Haechan, "Aku tidak menyangka Jayden akan memiliki adik. Dia pasti sangat senang"

"Tentu saja, tapi aku punya firasat buruk dengan anakku"

Haechan mengerutkan keningnya. Sedangkan Jeno hanya tertawa ringan dengan wajah Haechan saat ini.

"Apa maksudmu?"

"Kurasa tingkahnya akan melebihi Jayden"

Haechan tertawa dengan jawaban Jeno, begitu juga dengan Jeno. Rasanya sudah lama untuk mereka berdua saling berbicara dengan santai seperti ini. bercerita tantang bagaimana kehidupan mereka. Saling bertukar pikiran satu sama lain.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang