Awal

60.4K 3.2K 70
                                    

Multimedia: Hoverboard.

..

Pengertian implisit adalah sesuatu hal yang samar-samar atau diterangkan tidak begitu jelas.

..

Berbeda dengan kisah cinta remaja yang pada umumnya bermula dari MOS atau keterlambatan, maka kisah Kafin dan Maudy dimulai karena kepindahan Maudy di perumahan Permata Indah Residence.

Sore itu ketika Maudy sedang sibuk memindahkan barang ke rumah barunya, sebuah sapaan datang dari belakangnya. "Baru pindah?"

Maudy menghentikan kesibukannya lalu menoleh ke belakang dan sedikit terkejut dengan pemandangan yang dia dapat.

Cowok dengan seragam basket yang sedang berdiri di atas hoverboard hitam. Rambut dan wajahnya basah karena keringat , senyumannya teduh namun tatapan matanya tajam.

'Ganteng.' Batin Maudy setelah memindai objek indah di depannya.

"Iya. Baru pindah." Jawab Maudy ketika cowok itu mengulang pertanyaannya tadi.

"Welcome to PI Residence. Semoga betah di sini." Cowok itu kembali melempar senyum. "Kafin Danurendra. Rumah di pojok gang, dekat sama pos sekuriti."

"Maudy Cessavani. Panggil aja Maudy atau Cessa."

"Beautiful name. Just like the person."

Sudut bibir Maudy terangkat. Basa-basi seperti itu sering dia dapatkan, namun kali ini rasanya sedikit berbeda. Ada secercah kebahagiaan yang timbul dalam benaknya.

Sama seperti gadis sebayanya yang lain, Maudy juga lemah dengan pesona cowok-cowok ganteng seperti Kafin. Bedanya, Maudy lebih pintar mengendalikan diri.

"Cowok emang diciptakan sepaket sama ucapan-ucapan manis dan mematikan ya?" Ujar Maudy membuat kekehan renyah keluar dari bibir tipis Kafin.

Sebelah alis Kafin terangkat, bola mata coklatnya beradu dengan hazel milik gadis manis berwajah oriental di depannya. "Kesimpulan dari mana?"

"Temanku banyak dari kaum kalian. Dan mereka sering melontarkan itu ke cewek yang mereka incar," jawab Maudy cuek. Sama sekali tidak pengaruh dengan tatapan yang mungkin akan membuat gadis lain lemas karena tidak kuat.

"Contohnya?" Balas Kafin belum memutuskan tatapan mereka yang masih beradu.

"Beautiful name. Just like the person." Maudy mengulang perkataan Kafin dengan nada suara yang sama persis.

Mendengar itu, Kafin tertawa keras. Melalui pembicaraan singkat mereka, Kafin tahu gadis di depannya ini sedikit berbeda dengan beberapa gadis lain yang pernah didekatinya.

"Kalau itu masuk ke dalam ucapan manis atau mematikan?" Kafin dengan senyuman tipis di bibirnya. Senyuman yang lebih terlihat sebagai senyuman intimidasi.

"Both?" Jawab Maudy sembari menaikkan kedua bahunya santai.

Belum sempat Kafin membalas, panggilan yang ditujukan kepada Maudy terdengar. Maudy kembali memegang koper silver miliknya. "Sori, Mama udah manggil."

"Oke. Semoga nyaman di sini."

Setelah mengucapkan terimakasih dan senyuman sopan, Maudy menggeret kopernya masuk ke dalam rumah bercat putih gading itu.

Meninggalkan Kafin yang tidak pernah memutuskan pandangan ke arahnya.

..

13 April 2019

Implisit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang