Sembilan Belas

14.4K 1.4K 69
                                    

Multimedia: pisang goreng keju ala Anne.

Warn!: part ini mungkin sedikit menguras emosi. Mungkin :v

Kalau ada penghargaan cowok paling jahat, mungkin Kafin bisa masuk sebagai salah satu nominasinya.

Beberapa saat lalu ia berdusta pada Maudy, mengatakan bahwa akan ada ulangan mendadak sehingga tidak bisa menjemput gadis itu, padahal sekarang dia sedang mengantar Hanin, Sang Kekasih pulang ke rumahnya.

Dan saat ini, dia malah gelisah melihat foto yang baru saja dikirim oleh Rila padanya. Hanin bersama seorang pria yang memakai seragam sama di depan rumahnya.

Sepertinya mereka baru saja sampai. Terlihat dari helm yang masih menghiasi kepala Maudy.

Rila: tikungan tajam neh. Udah gans, romantis lg. Lo tau ga? Barusan dy lepasin helmny Maudy trus habis itu rambutny Maudy dirapiin sama dy.

Tidak cukup dengan foto, Rila malah menambahkan pesan yang semakin membuat Kafin gusar di tempatnya.

Membalas Rila dengan emotikon jari tengah, Kafin menutup roomchatnya dengan tetangganya yang berdarah batak itu lalu membuka salah satu chat yang dia sematkan.

'Oh cowo ya?'

Setelah mengirimkan pesan itu, Kafin mencengkram setirnya cukup kuat. Entah mengapa, ia merasa tidak tenang setelah melihat kiriman beserta captionnya itu dari Rila.

"Bangsat lo, La." Maki Kafin pelan.

"Ha? Kamu ngomong, Kaf?" Tanya Hanin yang berada di kursi penumpang sebelah Kafin.

Mendengar itu, membuat Kafin menoleh dan mulai memindai gadis di sebelahnya itu. Memerhatikan Hanin dengan saksama. Mulai dari rambut yang Hanin kepang hari ini hingga flatshoes hitam dengan pita kecil yang gadis itu kenakan.

"Nin?" Panggil Kafin sambil menatap lurus ke arah mata Hanin.

"Kenapa?"

"Kamu kenapa mau sama aku?"

Hanin menatap Kafin bingung. "Kamu ngomong apasih? Nggak jelas."

"Oke, kita ganti pertanyaannya." Kali ini Kafin memindahkan fokusnya pada jalanan di depan, karena lalu lintas sekarang cukup ramai. "Pernah bosen nggak sama aku, Nin?"

"Serius nih, kamu nanya gini?"

Kafin mengangguk dua kali. Membuat Hanin menggumam, jari-jarinya bermain dengan seatbelt yang melingkari tubuhnya. "Kalau bosen sih pasti pernah, Kaf. Aku pernah baca, kalau bosen dalam sebuah hubungan itu wajar.

"Yang nggak wajar itu mutusin hubungan karena bosan." Lanjut Hanin.

Kafin berdeham, "gitu ya?"

"Kamu lagi bosen ya?"

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Hanin secara tiba-tiba itu membuat Kafin menggeleng cepat. Dia menyugar  rambutnya yang mulai menjadi incaran para guru BK.

"Kenapa nanya-nanya gitu?" Tanya Hanin lagi.

"Nggak boleh ya? Cuma pengen nanya aja." Kilah Kafin.

Hanin tidak menjawab. Gadis itu hanya berohria, lalu memilih memerhatikan pemandangan di luar jendela.

..

Waktu menunjukkan pukul delapan malam ketika Honda Jazz putih berhenti di depan rumah Maudy.

Kebetulan gadis itu sedang duduk di teras bersama Maura ketika mobil itu datang.

Kaca mobil perlahan turun, menampilkan seseorang yang berada di balik kemudi. Tanpa kaca itu terbuka pun, sebenarnya Maudy sudah tahu siapa pemiliknya.

Implisit ✔Where stories live. Discover now