Delapan Belas

14.1K 1.3K 63
                                    

Maudy menatap layar ponsel dan punggung kokoh di depannya bergantian. Kini ia sedang dibonceng oleh Darren dengan vespa kesayangan yang ia beri nama Sandra.

Ini bukan kali pertama Maudy. Dulu, Darren pernah mengantarnya pulang. Tidak sering memang. Dikarenakan jarak rumah Maudy dengan sekolah dulu lumayan jauh.

Darren sebenarnya oke-oke saja dengan jarak tersebut, tapi selalu Maudy tolak dengan alasan yang sama. Tidak ingin merepotkan.

Ponsel Maudy kembali bergetar, menampilkan ruang obrolan dengan Kafin Ganteng💙.

Nama kontaknya itu Kafin buat saat meminjam ponsel Maudy untuk membuka aplikasi My Telkomsel untuk mengisi paket data.

Kafin Ganteng💙: Aku gatau klo ada ulangan pulanh sklah ini syangkuuu.

Senyum miring Maudy tercipta saat membaca panggilan Kafin. Tidak bisa dia pungkiri, secercah rasa bahagia tiap kali sebutan itu Kafin berikan. Rasa bahagia yang muncul bersama dengan harapan.

Maudy tahu yang dia lakukan salah. Berharap dengan orang yang jelas sudah memiliki pasangan. Namun ia bisa apa ketika Kafin juga turut memupuk harapan itu?

"Dy?!"

Maudy tersentak mendengar panggilan Darren yang lumayan keras itu. "Eh? Kenapa?"

"Lo denger gue nggak sih dari tadi?" Kata Darren sedikit kesal. Dari tadi ia seperti mengobrol dengan Sandra. Tidak ada jawaban sama sekali.

Sandra lebih baik, dia masih memberikan suara mesin yang sama sekali tak Darren pahami.

"Eh sori-sori, gue nggak fokus."

Darren tidak menjawab. Cowok itu malah membelokkan motornya ke arah minimarket yang cabangnya sudah berada di seluruh Indonesia Raya.

"Ngapain, Ren?" Tanya Maudy.

Lagi-lagi Darren tidak menjawab. Dia hanya melirik Maudy sambil melepas helm bogo yang warnanya senada dengan Sandra.

"Balas dendam nih gue cuekin tadi?"

Darren berdecak. "Mau ikut atau nunggu di sini?"

Awalnya Maudy akan menjawab ingin ikut. Lumayan ngadem di tengah teriknya siang. Namun ponselnya berbunyi. Tanpa dilihat pun ia tahu siapa penelepon itu.

Kafin.

Maudy sengaja memberinya notifikasi khusus sejak bulan lalu.

"Gue disini aja deh,"

"Oke." Kata Darren sebelum berlalu dari hadapan Maudy.

Sepeninggal Darren, Maudy langsung mengambil ponselnya yang masih setia menampilkan panggilan Kafin.

"Halo?" Sapa Maudy ketika panggilan tersambung.

"Kok nggak jawab chat? Sengaja bikin aku khawatir?"

Maudy terkekeh. Telunjuk kirinya berputar-putar di atas jok motor. "Lupa."

"Masih di sekolah? Ada yang anter pulang?"

Senyuman Maudy terbit mendengar sedikit kekuatiran dari suara di seberang sana. "Ada."

"Siapa? Ojol?"

"Bukan. Temen." Jawab Maudy tanpa menjelaskan Darren.

"Cewek kan?"

"Kalau cowok kenapa? Nggak boleh?"

"Dy!"

Sebelah alis Maudy terangkat. Sedikit aneh dengan Kafin yang tiba-tiba berlagak sebagai pacar posesif. "Udah ah, temen aku udah datang."

"Dy, pertanyaanku belum dijawab lho. Cewek apa cowok?"

"Udah ah, bye! Goodluck tesnya."

Maudy lantas memutuskan sambungan telepon secara sepihak ketika melihat Darren berjalan ke arahnya.

"Nih," kata Darren datar sembari menyodorkan plastik putih berlogo biru ke hadapan Maudy.

Setelah mengetahui isi plastik tersebut, Maudy tertawa. Ternyata kebiasaan Darren tidak berubah.

Jika kesal dengan Maudy, maka cowok dengan hoodie hitam itu akan memberikan coklat dan ice cream untuknya.

Kebiasaan aneh yang Maudy suka.

"Sekarang ngasihnya banyak ya. Ren? Mentang-mentang udah jadi atlit intetnasional."

"Lebbay, Dy." Darren mendengkus pelan sebelum memakai helmnya kembali dan bersiap naik ke atas motor diikuti oleh Maudy.

..

"Thanks ya, Ren. Lo tuh baik banget, nggak ngerti lagi gue." Ujar Maudy yang berdiri di sebelah Darren. Mereka baru saja sampai.

"Sama-sama." Balas Darren singkat. Sama sekali tidak merespon pujian dari gadis yang tengah menjinjing kantong plastik pemberiannya tadi.

"Mau mampir nggak?"

Darren terdiam sejenak lalu menggeleng. "Gue harus jemput ponakan, Dy."

"Iya udah, kalau gitu hati-hati ya."

Sejurus kemudian, Darren pergi bersama vespa kesayangannya tanpa repot-repot membalas Maudy.

Maudy yang ditinggal hanya bisa menggeleng kecil. Dia sudah imun dengan sisi jutek Darren yang satu itu.

Saat akan memasuki rumahnya, ponselnya berbunyi, menampilkan pesan yang membuat bola mata Maudy berhasil melebar.

Kafin Ganteng 💙: oh cowo ya?

...
07 Desember 2019
Finally, uas selesai.

Implisit ✔Where stories live. Discover now